Chapter II
"Hm, entahlah" Gumamku.
Aku berjalan masuk kembali ke apartemen baru ini. Dinding berdominasi putih dan abu abu mewarnai seluruh ruangan dengan beberapa fasilitas yang tidak ku kira awalnya. Apartemen ini mempunyai satu kamar besar juga ruang makan dan ruang keluarga. Ada sofa mewah juga meja makan berwarna abu abu dengan 4 kursi juga dan beberapa furniture yang memang cukup mewah. Furnitur yang digunakan di apartemen sebagian besar diimpor dari luar negeri. Dan jelas terlihat sangat modern. Sedikit terbesit di pikiran ku bagaimana jika aku menjual apartemen semewah ini.
"Aku akan menikmati dulu hadiah ini" Gumamku kegirangan.
Apartemen ini juga memiliki balkon yang cukup besar cukup untuk membuat pesta barbekyu. Pikiran ku bertraveling lagi membayangkan jika aku dan pria dingin tersebut berpesta barbekyu disini.
"Aku kembali" Teriak Alice dengan membanting keras bir di meja kaca yang membuat aku kaget dan spontan membalikkan badan ku menghadap nya.
"Hm, Apa kau sedang menghayal dengan pria tadi" Goda Alice yang membuat aku gelagapan dan salah tingkah. Dia memang benar benar membuatku kehilangan konsentrasi. Aku berlari ke beberapa kardus yang ditumpuk dan mencari kardus yang bertulis pakaian dan membawa nya berlari ke kamar melewati Alice yang sedang membuka kaleng bir dan juga beberapa snack yang ia beli.
"Spongebob yang lucu" Lirih Alice
"Diam kau"
[]
Pukul 17 : 00
Sudah 6 jam aku dan Alice berkemas merapikan barang pindahan yang cukup berantakan. Sedikit bersyukur Alice mengekori ku tadi jika tidak aku tidak akan secepat membereskan barang barang ini.
"Dimana mereka? Aku sudah cukup lapar" Teriak bosan Alice yang sedang bergeliat bak ulat nangka di karpet abu abu berbentuk jejak kucing.
"Ayolah Alice bukan nya kau sedang diet " Sahutku
"Persetan dengan diet" Umpat nya dengan melempar telefon genggam milik nya ke ujung kaki.
Aku hanya tertawa disusul dengan kemarahan Alice yang sedang lapar berat. Aku berjalan melewati nya dan mengenakan jaket tipis ku lalu mengambil beberapa kantong hitam sampah barang tidak ku pakai untuk di buang ke bawah apartemen. Selagi aku menopang kantong hitam, seorang wanita berambut pirang berjalan pelan turun dari lantai atas. Tubuh nya berbentuk buah pir dengan pinggul yang lebar dengan wajah yang cukup manis ia menyapa ku walaupun sedikit seperti menahan sakit.
"Ah tetangga baru"
"Biasanya aku akan bilang sampai bertemu besok, tapi ini hari terakhirku disini" Ia pergi setelah mengucapkan perkataan misterius itu.
"Mengapa banyak sekali orang aneh di apartemen ini"
Aku berjalan dengan lemas melangkah pelan melewati anak tangga demi anak tangga dan sedikit berdengus kapan selesai lift apartemen ini diperbaiki di selang waktu itu Jack dan Ben muncul. Rasa lemas ku hilang setelah mencium aroma pizza, dan mereka masing-masing menenteng 3 kardus kotak pizza.
"Aku tersesat" sahut Ben yang melihat aku dengan wajah kesal yang ku buat buat.
"Alasan yang cukup standar" Lirih ku. Jack hanya tertawa mendengar jawaban ku.
"Bawah ini turun dan kembali ke atas dengan cepat" Sahutku merampas kardus pizza dan memberi nya kantong sampah, tampak kesal ia mengomel bahwa tindakan aku curang.
"Kami tunggu di atas Ben" Godaku sambil menggoyangkan kardus pizza dan berlari meninggalkan nya dibarengi Jack yang menyusul ku. Aroma pizza menyeruak di apartemen ku dan membuat Jack dan Alice bersemangat untuk memakan nya.
"Pizza dan bir memang perpaduan yang sempurna" Ucap Jack yang sudah menegak 4 kaleng bir. Disamping nya terlihat Alice seperti gelandangan yang sangat kelaparan dan tidak peduli dengan masalah berat badan nya dan juga Ben yang sedang berusaha membuka kaleng bir lagi dengan wajah mabuk nya.
"Hah… yang benar saja. Hari pertama ku di apartemen baru ini harus berakhir dengan kalian"
"Menginap lah malam ini" Ucapku pelan pada mereka. Mereka yang mendengar permintaan ku senang dan berterima kasih juga mencoba memeluk ku.
"Menjauh lah! Kau lengket Alice! Ben berhenti memeluk kaki ku!"
"Jack akukan sesuatu! " Teriak ku melihat kebrutalan Ben dan Alice yang sedang mabuk tersebut.
[]
Sepuluh menit kemudian, seseorang mengetuk pintu. Ketiga temanku langsung menatapku berharap agar aku yang membukakan nya.
"Kenapa malah menatap balik?" Tanya Alice yang tengah berbaring luas di karpet abu abu, seperti nya dia benar benar nyaman di situ.
"Kau kan sudah terlanjur berdiri, ayo buka" Suruh Ben seenaknya, ia juga melambaikan tangan nya agar segera aku membukakan pintu yang terus saja berbunyi.
"Baiklah. Dasar"
Angin malam bertiup sangat kencang saat pintu apartemen terbuka. Gelap malam sangat khas langit gelap bertabur bintang juga sedikit terlihat dan aku melihat sosok yang sangat familiar. Sosok pria berambut biru legam berdiri di depan ku dengan memakai kaos hitam dan celana pendek juga dengan rambut yang sedikit teracak membuat kesan seperti pria yang seksi. Dengan kaos yang sedikit basah karna keringat membuat tubuh bagian atas nya tercetak sangat jelas, memperlihatkan bahu bidang dan dada kekarnya. Seperti nya ia baru selesai nge-Gym di taman bawah apartemen. Penampilannya yang sedikit berantakan begitu menarik.
"Zale" Gumamku. Aku berharap suara ku tidak di dengar oleh nya.
"Bisakah kalian mengecilkan suara musik kalian dan berhenti memalu tembok pada larut malam seperti ini " Ucapnya dingin. Membuat senyum ku hilang saat ingin menyapa nya sebagai tetangga yang baik.
"La-larut malam" Ujarku gagap sambil mengeluarkan ponselku dari saku. Pukul 20:42. Yang benar saja ini bahkan belum pukul sembilan bahkan waktu masih SD aku biasanya tidur lebih larut dari jam yang diharuskan.
"Kau dengar Ben! Pelankan suara musik mu itu!" Bentakku pada Ben yang seperti nya mabuk berat dan tidak mengerti apa yang ku katakan. Jack yang mengetahui nya langsung mematikan speaker yang menyala, terlihat Ben marah ketika suara musik nya dimatikan. Zale menatap jijik pada Ben.
"Terimakasih" Kata Zale singkat sebelum ia berjalan dan menaiki tangga dengan terburu-buru. Bahkan ia tidak berpamitan padaku.
"Bagus. Kita bertetangga dengan pria perusak kesenangan" Gerutu Ben sambil berbaring lemas disamping Alice yang sudah tertidur duluan.
"Aku yang tinggal disini, bukan kalian"
"Aku hanya tidak mau dibenci tetangga. Terutama tetangga seksi yang membantuku memindahkan beberapa kardus tadi" Ujar lagi pada Ben. Ia terlihat menatap ku lalu mendengus kesal.
"Seleramu terhadap laki-laki… Payah" Sahut Ben.
"Lihat Jack, dia jauh lebih tampan dari pria perusak kesenangan itu" Tambah Ben lagi sambil menunjuk Jack yang sedang mengambil remote tv dan memutar siaran bola favoritnya.
"Kau gila" Ucapku pada Ben dengan menendang kaki nya yang sengaja di naik kan nya agar aku berharap menyenggol nya.
Bersambung...
