Chapter 8: Hantu Mesum
Ibu mendobrak pintu kamarku. "Ada apa? Apa yg terjadi Olivia?!" Teriak Ibu khawatir.
Hantu itu menghilang tepat saat Ibu masuk. Aku menutup mulutku tapi sudah terlambat menyadari bahwa Ibu sudah mendengar teriakanku. Aku berbalik. "Ti-tidak, bukan apa-apa." Jawabku dan menampakkan senyuman.
Ibu menghela nafas dan jengkel. "Terus kenapa kau teriak?" Tanyanya lagi, dengan tatapan datar.
"Ta-tadi ada kecoa keluar dari bawah kasurku. Hehe." Jawabku.
"Itu karna kau belum menyapu lantainya, kau belum mengerjakan apapun daritadi, ya ampun, Ibu saja sudah sudah selesai membereskan dapur dan mulai memasak, kau masih belum melakukan apa-apa?" Keluh Ibu.
"A-aku sedang... Membereskan kasurku kok." Ucapku dan membetulkan sprei kasurku. "Iya, sebentar lagi aku sapu lantainya, I-ibu lanjut aja masaknya." Lanjutku.
"Aish, ya sudah. Jangan malas-malasan lagi." Ucap Ibu dan menutup pintu kamarku.
Aku menghela nafas dan duduk diatas kasurku. Aku berusaha menenangkan diriku dari mode kagetku tadi, hantu menyebalkan. Baru beberapa menit aku kagum sama wajah tampannya dan dia malah kembali ke bentuk seramnya. Aku benar-benar sebal. Aku melirik keseluruh ruangan, dia tidak ada. Entah kemana dia pergi, aku harap dia tidak akan kembali lagi kesini. Aku mengumpat sepanjang waktu sembari membereskan kamarku, kesal dengan perbuatan hantu itu dan ocehan Ibu. Semuanya membuat Mood-ku rusak hari ini.
***
Saat selesai makan malam aku membantu Ibu mencuci piringnya. Kami sangat lelah, Ibu langsung saja pergi ke kamarnya untuk istirahat, begitu pula aku. Aku rasa aku bisa tidur nyenyak malam ini, karna hantu itu tidak kembali. Aku duduk di depan cermin dan menghela nafas, mulai mengoleskan beberapa skincare. Setelah selesai aku berbaring dikasurku dan menarik selimut. Namun saat aku berbalik kesisi lain kasurku, hantu itu ada disampingku, ikut berbaring dan menatapku dengan mata normalnya.
"Aku kembali." Ucapnya. Aku benar-benar kaget hingga terjatuh dari kasurku. "Aww!" Ringisku. Aku harap Ibu tidak mendengar keributan dikamarku, aku rasa dia sudah tidur.
"Oh maaf, maaf. Apa itu sakit?" Ucapnya dan beranjak dari kasurku.
"Ka-kau!" Ucapku geram.
"Hehe. Aku tadi pergi untuk laporan." Ucapnya dan kembali duduk dikasurku, ia berbaring dengan santainya dengan tangan yg dilipat.
Aku meringis memegangi pinggangku yg rasanya mau patah. "Laporan? Apa maksudmu?” Tanyaku judes sembari naik ke atas kasur.
"Yah, sama seperti manusia, kami juga bekerja, aku punya boss. Dan tugasku menakut-nakutimu, aku lapor bahwa aku tidak berhasil membuatmu takut. Misiku gagal dan aku dihukum serta tidak dapat makanan malam ini." Jawabnya.
Aku merenggangkan badanku yg sedikit sakit tadi dan mengikat rambutku. "Ooh, kenapa tidak bilang saja bahwa kau berhasil. Memangnya kau makan apa?" Tanyaku penasaran.
Hantu itu duduk dari posisi rebahannya dan menatapku dengan wajah pucatnya itu. "Tunggu dulu, kenapa kau bicara seperti ini padaku?" Ucapnya.
Dan aku tersentak. Aku sadar bahwa yg sedang aku ajak bicara ini hantu bukan manusia, dan dia juga seorang laki-laki. Seorang pria dikamarku, dan duduk diatas kasurku malam-malam. Aku tidak percaya ini.
"A-aku ti-tidak tau." Jawabku terbatah dan sedikit memalingkan wajahku, aku tau pipiku mulai memerah.
Dia terkekeh. "Baiklah, biar aku jawab pertanyaanmu tadi." Ucapnya dan membetulkan posisinya tepat menghadapku.
"Kami tidak bisa bohong pada boss, dia bisa mendeteksi kebohongan ditubuhku jadi percuma saja, dan soal makanan, kami sebenarnya tidak benar-benar makan, kami lebih seperti menghirup sesuatu dari makanan itu, boss memberi kami energi dari makanan itu supaya kami bisa menampakkan diri pada manusia dan menunjukkan wujud seram kami."
Aku mengangguk mengerti. "Seperti itu rupanya, pantas kau tidak muncul dengan wujud serammu sekarang." Jawabku tersenyum miring.
"Yah, aku tidak punya cukup energi karna aku tidak dapat makanan. Lagipula, untuk apa menunjukkan wujud seramku kepadamu yg anak Indigo, aku lebih suka menakuti manusia biasa seperti Ibumu." Ucapnya dan kepala yg diangkat.
Kami saling menyinggung satu sama lain. "Aku peringatkan yah, jangan pernah berani menganggu Ibuku! Pergi sana, aku mau tidur. Menyingkir dari kasurku." Ucapku judes dan mendorongnya dari kasur.
"Eh?" Ucapnya kaget. "Ke-kenapa... Kau bisa menyentuhku?!" Lanjutnya.
Aku sadar, dan aku menyingkirkan tanganku dari lengannya. "Apa? Aku juga tidak mengerti." Jawabku bingung.
Hantu yg masih belum aku ketahui namanya ini tiba-tiba menampilkan smirknya. Ia mendekatkan wajahnya dan aku tersentak di dinding kasurku, wajahnya benar-benar dekat hanya beberapa inci dariku. Tangannya mulai terulur menyentuh daguku dan membuatku mendongak.
"Aku penasaran... Apa aku juga bisa menciummu?" Bisiknya dengan smirknya.
"Yak! Menjauh dariku!" Teriakku dan aku refleks menendang tubuhnya. Hantu itu terpental jatuh ke lantai. Aku tak sengaja, rasanya pasti sakit, aku khawatir dan langsung mengeceknya ke bawah. "Maaf, maaf, aku tidak seng-"
Tapi tidak ada apapun dilantai, dia menghilang. Namun saat aku kembali berbalik, hantu itu muncul lagi dan sekarang mendorongku hingga aku terbaring sepenuhnya dikasur. Dia selalu muncul tiba-tiba seenaknya. Dia terkekeh dan menindih tubuhku. "Haha, apa kau lupa bahwa aku ini hantu, aku tidak merasakan hal yg namanya sakit." Ucapnya.
Suaranya terdengar sangat manis, entah karena apa, aku tiba-tiba terdiam dan kembali kagum dengan mata indahnya. Ia tersenyum dan menatap balik.
"Namaku Edward, apa kau tidak keberatan jika aku..." Bisiknya lagi. Aku hanya bisa mengangah menatap wajah manisnya. Aku tidak terlalu mendengar apa yg sedang ia katakan. Saat ia mulai mendekatkan wajahnya aku seolah otomatis menutup mataku.
Perlahan aku merasakan benda kenyal yg menempel dibibirku. Aku juga bisa merasakan helaian rambutnya yg menyentuh dahiku. Aku benar-benar tidak sadar, ia mulai melumat bibirku dengan pelan, dan anehnya lagi aku malah otomatis membalasnya. Pikiranku kosong dan hanya dipenuhi oleh suara decakan dari ciuman kami.
Beberapa detik kemudian, Edward melepaskan tautannya, matanya melotot dan ia berkedip beberapa kali.
"Wow, aku benar-benar bisa menyentuhmu. Ya ampun, aku merasa seperti manusia!" Ucapnya sumringah.
Aku membuka mataku dan langsung duduk dari posisi rebahanku tadi. Aku bengong beberapa detik dan menyentuh bibirku yg basah, mengelapnya dengan telapak tanganku. Rasanya ingin teriak tapi tidak bisa. Itu barusan First Kiss-ku, dan aku memberikannya pada seorang hantu. Aku tidak percaya ini, apa yg dia lakukan padaku sampai dia aku tidak sadar dan menurutinya.
"Sialan kau." Umpatku dengan kepala yg tertunduk. Edward menghentikkan kegirangannya dan menatapku.
"Nona Olivia? Kau baik-baik saja?" Ucapnya, seolah tak terjadi apa-apa.
"Kau... Mencuri first kiss-ku!" Bentakku.
"Ups. Benarkah? Ma-maaf. Maafkan aku." Ucapnya dan menyatukan kedua tangannya.
"Apa yg kau lakukan padaku? Kenapa aku tidak sadar!" Bentakku lagi.
"Aku tidak tau. Aku tidak melakukan apapun. Kau tidak menolak ciumanku. Lagipula, tadi itu juga first kiss-ku loh." Jawabnya dan sedikit memiringkan kepalanya.
Aku tersentak. Pipiku benar-benar merona semerah tomat. Cara dia bicara selalu terdengar sangat manis. "Ka-kau pikir aku akan percaya? Wajah sepertimu itu, sepertinya punya banyak pacar. Kau pasti sering berciuman semasa hidupmu kan?!" Bantahku dan memalingkan wajahku.
"Eh? Itu tidak benar. Aku tidak pernah pacaran. Aku berani sumpah. Kau satu-satunya gadis yg menarik perhatianku untuk pertama kalinya. Aku menyukaimu." Ucapnya dan tersenyum lebar kearahku.
Lagi-lagi aku tersipu malu. "Jangan mengatakan hal semacam itu sembarangan!" Bentakku, aku malu sekaligus kesal.
"Mengatakan apa? Aku menyukaimu?" Lanjutnya.
Aku kembali tersentak. "Lupakan." Jawabku singkat, dan aku segera menutup wajahku yg benar-benar memerah.
"Hm, baiklah." Ucap Edward. Ia terus menatapku dengan senyumannya. "Aku suka tekstur bibirmu, dan... tubuhmu." Lanjutnya.
"A-apa?! Maksudmu apa hah?!" Teriakku kaget.
"Aku suka semua hal yg ada pada dirimu. Selain itu, nona juga sangat sexy." Bisiknya, dan emosiku jadi benar-benar memuncak.
"Dasar hantu mesum!" Teriakku, sebelum aku berhasil memukulnya dia sudah nge-glitch ke sudut tembok kamarku sembari tertawa puas.
"Aku peringatkan yah! Jangan macam-macam padaku, tetap disana dan jangan mendekat, aku mau tidur!" Ancamku, dan aku langsung menarik selimut menutupi wajahku.
Selang beberapa menit, aku merasakan kasurku seperti dinaiki seseorang. "Psssst... Olivia, kau sudah tidur?" Dan Edward berbisik tepat ditelingaku. Aku benar-benar kesal malam ini.
"Sudah kubilang jangan mendekat!" Bentakku.
Edward terlihat menundukkan kepalanya dan memainkan jarinya. "Kalau kau belum tidur, apa kau keberatan jika aku menyentuh... Itu... Hehe." Ucapnya dengan mulut yg dipout-kan.
Matanya melirik ke dadaku, aku menunduk dan melihat kancing bajuku yg separuh terlepas. Secepat kilat aku menutupinya dengan selimutku. "Sekarang aku benar-benar tidak percaya kalau kau tidak pernah pacaran, wajahmu saja yg polos, tapi ternyata pikiranmu itu mesum!" Bentakku kesal.
"Bukan, bukan seperti itu. Aku hanya merasa senang mengetahui bahwa kau bisa menyentuhku dan aku penasaran apakah aku juga bisa menyentuh bagianmu yg lain. Ini hanya untuk memastikan." Jelasnya dengan senyum tanpa dosa itu.
"Kau sudah merebut first kiss-ku dan sekarang kau mau merebut keperawananku?! Memangnya kau itu siapa?!" Bentakku yg sudah terlanjur emosi.
"Tenang... Tenang... Aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi, kalau kau mengizinkan yah..." Ucapnya dan mulai mendekatiku lagi.
"Cukup! Menjauh dariku, aku tidak mau terjebak dalam hipnotismu lagi!"
"Hipnotis apa? Aku sama sekali tidak melakukan apapun." Jawabnya dan ia malah semakin mendekatkan wajahnya.
Entah mengapa aku kembali fokus ke mata indahnya. Edward menyentuh leherku, dan ia kembali menciumku, ia mendorongku hingga aku kembali terbaring. Aku merasakan tangannya yg menjelajah tubuhku, dan sebelum tangan pucatnya itu semakin turun ke bagian yg sensitif ponselku berdering. Aku tiba-tiba sadar dan langsung mendorong Edward.
"Lihat, kau melakukannya lagi! Kau menghipnotisku. Kumohon berhenti melakukan ini, aku tidak mau punya anak dari seorang hantu!" Ucapku memelas.
Edward menaikkan alisnya. "Anak hantu? Wah, kau mengingatkanku lagi bahwa aku ini bukan manusia. Tapi, bagaimana bisa kau berpikir sejauh itu? Hahaha."
Aku hanya mendengus dan melihat layar ponselku.
Brian Is Calling...
Kenapa dia menelponku malam-malam begini? Aku tidak akan bertemu dengannya lagi, aku rasa tidak ada salahnya mengangkat teleponnya untuk yg terakhir kalinya.
“Hallo?” Ucapku.
"Olivia, aku dengar kau pindah sekolah, tapi kenapa?"
"Itu... A-aku punya masalah keluarga, aku tidak bisa katakan detailnya."
"Harusnya kau beritahu aku, aku sangat mengkhawatirkanmu."
"Aku…eh?!"
Edward mengusikku, dia memelukku dari belakang dan mencumbui leherku. Aku tidak mengerti kenapa hantu ini jadi begitu mesum, dia memanfaatkan kesempatan ini. Aku tidak bisa membentaknya atau aku akan dikira gadis bejad yg bermalam bersama laki-laki oleh Brian. Walaupun nyatanya memang iya, walaupun laki-laki ini adalah hantu. Aku hanya bisa meronta agar Edward melepaskanku, tapi sepertinya dia sangat keras kepala.
"Hallo? Olivia ada apa?!"
"Eh, I-iya Brian. Tidak ada. Tidak ada apa-apa kok."
"Hm, Lanjut soal tadi. Aku sangat merindukanmu. Bisakah kita..."
"Aww!"
"Ng? Olivia kau kenapa sih?"
"A-apa? Ti-tidak, aku hanya menjatuhkan sesuatu."
"Aku ingin bertemu denganmu,aku janji, pertemuan itu akan jadi yg terakhir untukmu dan aku. Aku mohon."
"Aku tidak tau Brian. Akhir-akhir ini aku dan Ibu sangat sibuk."
"Kalo begitu, kapan kira-kira kau punya waktu?"
"Entahlah, aku rasa... Aaaahh, aduh!"
"Eh? Olivia apa yg sedang kau lakukan?!"
"Tidak tidak, aku... Tanganku tadi terjepit pintu."
"Kau baik-baik saja?"
"Ya ya, aku baik-baik- Aahh Shh, hentikan!"
"Olivia, apa kau sedang... bersama seseorang?"
"Eh apa? Ti-tidak, ini tanganku perih sekali. Brian, nanti aku hubungi lagi kalo aku punya waktu... Aahhh. "
"Ta-tapi..."
"Shhh.. sudah dulu yah, dah!"
"Oliv..."
Call Is Ended
"Lepaskan! Apa yg kau lakukan?!" Bentakku geram. Aku membetulkan pakaianku dan mendorong hantu sialan ini.
Edward tampak menghiraukanku dan kembali memasukkan tangannya ke dalam bajuku. "Rasanya aku tidak bisa berhenti, kau membuatku candu." Bisiknya.
"Ahhh, hentikan! Singkirkan tanganmu dari-"
"Squishyku~" Potongnya.
Aku tak habis pikir, dia terus mencari kesempatan saat aku sedang bertelepon dengan Brian. Dia meraba semua tubuhku dan terus mencumbui leherku. Aku tidak tau darimana hantu mesum ini berasal. Yg jelas aku benar-benar jengkel.
"Edward sudah kubilang... ah... Hentikan, shhh... Singkirkan tanganmu dari dadaku!" Bentakku dan berusaha mendorongnya.
"Sebentar lagi, dan aku akan biarkan kau tidur dengan nyenyak. Aku sangat menyukaimu, Olivia Bella." Bisiknya lembut.
Aku tidak sanggup, jika dia terus seperti ini, mungkin akan berakhir sampai ke bawah sana. Edward sepertinya benar-benar ingin membuatku tidak perawan lagi. Kancing bajuku sudah terbuka semua gara-gara Edward. Aku langsung menyingkir dan beranjak dari kasur.
"Yahh, Olivia sedikit lagi..." Rengek Edward. Tidak, aku tidak akan terpengaruh dengan wajah manisnya lagi. Segera aku membelakanginya. Aku teringat sesuatu dan membuka kardus berisi buku-bukuku dan meraih buku sakral dari agamaku.Aku menyodorkannya ke arah Edward.
"Wow tenang... Olivia. Baiklah, aku akan berdiri... disini saja." Ucapnya sembari mengangkat kedua tanganya, dia berpindah ke sudut ruangan.
"Ya! Tetap disitu dan jangan berani melangkah 1 inci pun!" Teriakku kesal.
"Iya iya baiklah, tapi... Tolong kancingkan dulu bajumu itu, kau terlihat sangat sexy, hahaha." Ledek Edward. Aku mendegus dan duduk diatas kasur, memasang kancing bajuku satu-persatu.
"Wah, kau benar-benar cantik. Olivia Bella." Sahutnya lagi.
"Diam! Awas kalau kau berani mendekatiku lagi!” Bentakku dan meletakkan buku suciku disamping bantal.
...
