Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 5: Hantu Maya?

3 tahun kemudian....

Sinar matahari pagi tepat menerpa wajahku dari balik gorden transparan yg masih menutup jendelaku. Aku mengernyitkan dahi dan menarik selimutku sampai menutup semua wajahku. Aku benar-benar malas untuk bangun hari ini.

Namun tiba-tiba, alarmku berdering.

Yah, aku benci suara berisik ini. Aku bangun utk mematikan jam bekerku yg menunjukkan pukul 8 pagi. Aku sudah terlambat, sangat terlambat pergi ke sekolah. Aku langsung beranjak dari kasur nyamanku dan membuka lebar gorden kamarku. Pagi yg harusnya hening menjadi ribut karna suara langkah kakiku yg tergesa-gesa.

Tap tap tap~

Aku buru-buru turun ke lantai bawah sehabis mandi dan memakai seragamku. Rambutku berantakan, aku tidak peduli. Sembari memasang dasi, aku berlari dan mengunci pintu rumahku. Meletakkan kuncinya ditempat biasa kami menyembunyikannya.

Bagaimana ini? Apa yg harus aku katakan pada Satpam dan wali kelasku? Demi tuhan jika ayah tau aku bolos hari ini, dia akan menendangku habis-habisan. Dan aku tidak mau membuat Ibu kesusahan karena urusanku. Bagaimanapun caranya aku harus masuk sekolah hari ini. Aku mencari taksi. Bus sekolah tidak akan muncul lagi dijam segini. Dengan susah payah aku mencari taksi dan berangkat ke sekolah.

***

4 jam pelajaran berlalu, waktunya jam istirahat. Namun aku tidak bisa pergi ke kantin seperti anak-anak yg lainnya karena aku sedang dihukum, yah, wali kelasku menyuruhku membersihkan toilet sekolah di jam istirahat pertama sebagai hukuman karena datang telat. Mau tak mau aku harus menurutinya atau dia akan menelpon orangtuaku.

Aku berjalan malas meraih ember dan pel, lalu pergi menuju toilet perempuan. Anak-anak lalu lalang dikoridor berbisik-bisik saat melihatku, ada juga yg curi-curi pandang. Aku tidak suka jadi pusat perhatian, tapi inilah hidupku. Dianggap sebagai gadis aneh disekolahku. Aku mendengus dan mengabaikan suara cekikikan anak-anak alay itu. Saat aku tiba di toilet, si wali kelas sudah menunggu di depannya. "Kau terlambat 10 menit, waktu istirahat tidak lama, kau harus pastikan toilet ini bersih tanpa noda sedikitpun yg menempel di wastafel. Mengerti?" Ucapnya tegas.

Aku memutar bola mataku dan mengangguk. Wali kelasku pergi setelah melihat anggukan dariku, aku tau dia pasti akan sering bolak balik kesini untuk memastikan aku benar-benar membersihkan toilet ini. Tanpa membuang waktu lagi aku mengambil air di toilet dan mulai mengepel lantai becek penuh noda sepatu disini.

Gadis-gadis di sekolah ini sangat jorok, aku tidak pernah menggunakan toilet sekolah seumur hidupku bahkan untuk buang air, paling sekedar membasuh tanganku saja. Dan aku baru tau bahwa toilet ini sangat bau. Ugh, menjengkelkan, bagiku ini hukuman terburuk di sekolah, aku lebih baik lari keliling lapangan daripada ini. Aku memungut bungkus-bungkus pembalut, tisu, dan plastik yg ada di setiap bilik toilet. Sangat menjijikan. Aku juga mengelap cermin yg penuh dengan noda lipstik dan telapak tangan. Semuanya aku lap, tak ada yg terlewatkan.

Selama setengah jam membersihkan toilet, aku menghela nafas dan mengusap keringat tipis yg mengalir di wajahku. Sangat melelahkan. Sekarang toilet ini tampak bersih dan wangi, tapi mungkin hanya bertahan untuk hari ini. Masa bodoh, yg penting aku menyelesaikan hukumanku. Baru saja aku akan duduk sejenak, bel pun berbunyi. Waktu istirahat telah berakhir dan aku harus kembali ke kelas.

Namun saat aku ingin meraih pel dan ember milik kelasku, aku mendengar suara tangisan, berasal dari salah satu bilik toilet. Aku tidak yakin ada orang yg masuk tadi, atau mungkin aku hanya tidak lihat? Aku ingin mengabaikannya, tapi aku penasaran. Aku hanya ingin memberitahukan padanya untuk tidak membuang sampah sembarangan karna aku baru saja Membersihkannya, dia menangis, aku rasa akan ada banyak tisu berserakan disana.

Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, perlahan aku ketuk bilik itu. "Hey, siapa di dalam?" Ucapku. Dan tangisan itu berhenti. Aku mendengar suara kunci bilik yg dibuka, orang itu membuka pintu biliknya. Seorang gadis dengan rambut panjang berantakan, ia menunduk dan aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"Ehm... A-anu... Aku baru saja membersihkan toilet ini, tolong jangan buang sampah sembarangan yah." Ucapku gugup dan memegang tengkuk-ku. Aku bisa melihat setetes air mata jatuh dari pipinya, dia tak menjawab ucapanku.

"Aku minta maaf, mungkin kau mengalami hari yg buruk. Tapi, bel sudah bunyi, kau harus kembali ke kelasmu." Tegurku lagi.

"Kenapa kau tidak menolongku?" Jawabnya dengan nada pelan nyaris tak terdengar. Aku tersentak dan mendekatkan telingaku utk mendengar lebih jelas.

"A-apa? Apa yg kau katakan?" Tanyaku bingung.

"Kau tau aku dibully, kenapa kau tidak menolongku?!" Bentaknya, dan ia mengangkat wajahnya. Saat itulah aku gemetar dan jantungku berdetak hebat. Gadis itu adalah Maya, teman yg sekelas denganku. Aku tidak menyadarinya karna rambutnya menutupi label nama seragam dan wajahnya. Namun, dia berbeda, Maya terlihat sangat mengerikan.

"Kenapa kau tidak menolongku, Olivia Bella?! Kenapa kau hanya diam saja saat aku di bully?!" Teriaknya lagi.

Aku mundur beberapa langkah dan benar-benar syok. Maya berjalan lambat mendekatiku dengan kepala yg miring tak natural, langkahnya patah-patah dengan darah yg terus mengalir dari mulutnya.

"Kau satu-satunya orang yg melihatku disiksa oleh mereka. Kenapa kau tidak melapor? Kenapa kau kau hanya diam seperti tak melihat apapun?!" Teriaknya lagi dengan mata yg melotot.

"A-aku sudah melapor, tapi guru enggan mengurus kasusmu karna tak adanya bukti! Mereka sangat pintar, jika aku ikut campur lagi maka aku juga akan kena! Maafkan aku Maya!" Jawabku. Aku tersandung oleh ember dan bokongku sukses menyentuh lantai. "Aduh.." Ucapku meringis.

Maya mengangkat tangannya, aku bisa melihat jari telunjuknya terpotong, entah kemana jarinya itu. "Lihat ini, mereka menjambak rambutku, mengurung dan mengikatku di gudang, menyiramku, memukuli dan menendangku, bahkan tega memotong jariku. Dan kau hanya diam saja? Kenapa?!" Bentaknya.

Aku tidak tau kalo separah itu perlakukan mereka. Aku jadi benar-benar merasa bersalah, tapi aku tidak bisa berbuat lebih, aku tidak mau dibully juga, aku tidak mau ikut campur lebih jauh. Aku sudah pernah melapor tapi tak ada gunanya, terkadang dunia memang tidak adil. Saat aku berbalik untuk kabur, gadis itu menutup pintu toiletnya. Aku menangis dan menyatukan kedua tanganku.

"Aku mohon Maya, maafkan aku. Ka-kau tidak mengerti, aku ini lemah, kau minta tolong pada orang yg salah, biarkan aku pergi." Rengekku.

Kepala Maya bergerak miring dan patah-patah dengan mata dan mulut yg masih mengeluarkan banyak darah. Ia menunjuk ke arahku. "Kau benar-benar jahat, Olivia Bella, kau tidak ada bedanya dengan mereka. Aku membencimu!" Teriaknya.

Maya mendekatiku lagi dengan langkah yg lumayan cepat, kedua tangannya terulur seolah ingin mencekikku. "Maya, hentikan!”

“Siapapun tolong aku!!" Teriakku sembari menggedor-gedor pintu toilet, aku menutup rapat mataku dan menangis dengan keras, aku sangat ketakutan dan tak sanggup membuka mata sampai seseorang tiba-tiba membanting pintu itu.

"Olivia Bella?!" Tegurnya. Aku membuka mata dan langsung berlari keluar dari toilet itu. Ku lihat ke dalam, Maya sudah tidak ada. "Kau baik-baik saja? Ada apa?" Tanya seorang anak laki-laki.

Itu adalah Brian. Dia adalah cowok dengan wajah bak pangeran di negeri dongeng, anak basket. Aku mengusap kasar wajahku dan berusaha mengatur nafasku yg terengah-engah, detak jantungku perlahan mereda. Aku menghela nafas dan menatap wajah cowok itu yg terlihat khawatir.

"Ti-tidak ada. Terima kasih banyak, Brian." Ucapku, sedikit menyunggingkan senyuman tipis.

"Saat aku ingin ke toilet laki-laki di sebelah, aku mendengarmu teriak minta tolong, kau membuatku takut, apa kau baik-baik saja? Siapa yg menguncimu disana?" Ucap Brian, ia mendekatiku dan memegang bahuku.

"Eeh, a-aku tidak tau. Ma-maaf, aku harus kembali ke kelas." Jawabku terbatah, aku menunduk untuk menyembunyikan rona merah di pipiku. Dia benar-benar tampan.

Aku bisa mendengarnya menghela nafas dan menyingkirkan tangannya dari bahuku. "Kau memang gadis yg aneh. Haha." Kekehnya. Aku mendongak dan pipiku benar-benar terasa panas, aku melotot mendengar tawanya yg terdengar menggairahkan.

"Baiklah, aku tadi ingin ke toilet, silahkan kembali ke kelasmu." Lanjutnya dengan senyum simpul manisnya. Dia berbalik dan berjalan santai ke toilet laki-laki.

Aku menatap sejenak punggung cowok itu dan menepuk pipiku. "Sadarlah, aku tidak pantas untuk pangeran seperti dia." Gumamku. Aku berlari menuju kelasku. Aku lupa membawa balik pel dan ember kelas, ah terserah, biarkan anak lain mengambilnya, aku tidak mau kesana lagi.

***

Sepanjang pelajaran aku tak bisa konsentrasi. Kilasan tentang Maya terus muncul dipikiranku. Dia menghilang selama 2 hari dan tidak masuk sekolah, apa artinya Maya sudah mati? Apa yg aku temui tadi hantunya Maya? Ugh, bagus... Sekarang dia ingin menuntut balas padaku. Dia salah orang, aku bukan orang baik yg rela ikut dibully hanya untuk membelanya. Aku sendirian, dan mereka berempat. Memangnya apa yg dia harapkan dariku? Cih, merepotkan.

Aku melirik gank gadis-gadis bejad yg duduk dikursi belakang. Mereka terlihat santai, menaikkan kakinya ke atas meja sambil memainkan ponselnya seolah tak terjadi apa-apa. Aku yakin, merekalah yg menyebabkan Maya hilang, atau mungkin, mati. Aku benar-benar bingung, apa yg harusnya aku lakukan.

"Tunggu, memangnya kenapa? Aku tidak peduli. Aku bukan orang yg kuat, sebaiknya aku tidak usah ikut campur atau aku akan berakhir seperti Maya." Gumamku dan menutup bukuku.

***

Aku menunggu di Halte bus, disini ada seorang hantu ibu-ibu yg selalu duduk dan menghantui halte ini. Aku sudah terbiasa dengan semua makhluk-makhluk pengganggu macam ini, mereka sudah jadi makananku sehari-hari. Aku mengabaikannya dan memasang earphone dengan volume yg lumayan keras.

Sebuah tangan menepuk pundakku dari belakang dan membuatku terkejut. "Baaa!!" Teriaknya dan terkekeh.

Lagi-lagi, Brian. Aku rasa dia selalu ada di dekatku. Dia duduk disebelahku dan menghalangi hantu Ibu-ibu tersebut yg menatap datar ke arahku. "Ayo pulang bersama?" Ucap Brian dengan senyum lebarnya.

Aku melepas earphoneku dan menggelengkan kepala. "Aku, bisa pulang sendiri." Jawabku singkat.

Brian mempoutkan mulutnya. "Ayolah, dari pada naik bus, lama. Sekali-sekali aku antar kau pulang, rumah kita kan searah?" Bujuknya. Aku menghela nafas. Cowok ini tidak mau menyerah dan terus mengusikku di Halte bus. Aku juga tidak bisa menahan mata puppy eyes-nya yg imut.

"Ah baiklah, kali ini saja." Ucapku dan membuang muka. Sungguh, aku bersikap sok jual mahal, padahal aku sangat menyukainya. Disaat aku memalingkan wajahku, aku sebenarnya sedang menyembunyikan pipiku yg memerah.

Brian terlihat sumringah dan menarik tanganku, aku berdiri di depan motor keren miliknya. Brian memberikanku helm dan aku langsung saja memakai helm itu dan naik ke atas motornya tanpa basa basi.

"Sebaiknya kau berpegangan, karena aku berkendara seperti Ghost Rider, hahaha." Canda Brian. Aku tersenyum dalam diam di belakangnya. Aku malu untuk sekedar memeluknya. Namun ia enggan melajukan motornya sebelum aku berpegangan dengannya. Terpaksa aku melingkarkan tanganku dipinggangnya, pipiku lagi-lagi terasa panas.

"Pegang yg erat yah, kalo gini kau bisa jatuh dari motorku." Ucap Brian dan merapatkan tanganku di perutnya. Aku sangat gugup, aku rasa Brian bisa merasakan detak jantungku yg berdetak tidak karuan, saking dekatnya, aku takut Brian bisa mendengar suara dari pikiranku juga.

Saat itu juga Brian langsung mengegas motornya dan melaju dengan kecepatan tinggi, menerobos dan memotong motor dan mobil di depannya. Ah, benar saja. Dia berkendara seperti orang gila. Aku tidak tau apa dia bisa memperhitungkan semuanya, dia sangat mahir berbelok-belok dan tak menabrak sama sekali. Aku kagum dengan keahliannya dalam berkendara, aku rasa dia bisa jadi pembalap atau akrobatik motor ekstrim, haha.

Yg jelas, aku senang bersama dengan Brian hari ini. Dialah orang yg bisa membuatku berhenti memikirkan Maya dan membuatku tenang. Namun aku lupa, Brian adalah cowok paling diincar di sekolah. Dan aku sadar, beberapa murid cewek disekolahku melihatku pulang bersama Brian yg berpegangan dengan mesranya. Saat inilah, aku menyesali apa yg terjadi hari ini. Mereka menjadi iri dan membenciku, menghasut anak-anak lain untuk tidak mendekatiku lagi. Sekarang aku mendapatkan bully-an yg tak henti-hentinya dari kelompok cewek bejad dikelasku. Sungguh, ini sangat kejam. Aku tidak tahan lagi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel