Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 12: Bermain Dengan Edward

"Aku pulang!" Teriakku sesampainya diapartemen.

Namun tak ada jawaban dari Ibu. Aku pergi ke dapur dan melihat meja makan, ibu sudah memasak banyak makanan. Ada secarik kertas di dekat salah satu mangkuk makanan tadi. Kertas itu bertuliskan:

Olivia sayang,

Maaf, sepertinya Ibu akan kerja lembur malam ini, gara-gara tadi telat ibu di hukum sama pak Direktur. Ibu sempat pulang dijam makan siang dan memasak makanan untuk makan malammu, jangan lupa makan yah? Oh iya, dan tidak usah menunggu ibu, tidurlah dengan nyenyak karna ibu tau kamu pasti lelah dihari pertamamu masuk sekolah baru.

Aku mempout-kan mulutku dan menaruh lagi kertas itu.

"Yah... Aku sendirian malam ini." Keluhku dan menghela nafas.

"Aku ada disini, nona." Bisik Edward tiba-tiba dari belakangku. Aku terkejut dan tak sengaja menyenggol meja, hampir menumpahkan mangkuk berisi sup dimeja makan. Hah.. Dia selalu muncul secara tiba-tiba.

"Edward, bukannya kau bilang mau pergi malam ini?" Ucapku, sembari berjalan ke kamarku.

Dia mengekoriku ke kamar. "Iya. Tapi aku akan tinggal sebentar, saat kau tertidur aku akan pergi." Jawabnya.

Aku hanya mangguk mengerti, meletakkan tasku dimeja belajar dan mengikat rambutku di depan cermin.

"Nona..." Tegur Edward.

"Apa? Ah ya, baguslah... Temani aku sampai aku tertidur." Jawabku dengan pandangan mata ke cermin, masih fokus mengikat rambut.

"Iya tapi... Kau masih ingatkan? Aku butuh energi. Kau sudah janji disekolah tadi bahwa kau akan...." Ucap Edward.

Mataku melotot saat mengingatnya. Aku berbalik dan menatapnya, ia hanya menampilkan smirknya. Aku berdehem dan langsung mengambil handuk untuk mandi, lalu kabur ke kamar mandiku.

"No-nona! Hey!" Tegur Edward. Aku tak mau mengubrisnya. Aku benar-benar gugup. Edward tidak akan berani menyusulku ke kamar mandi karna dia pernah janji tidak akan masuk saat aku ada di dalam. "Ya ampun nona, padahal kau sudah janji… Jika kau tidak memberiku energi, aku akan jadi hantu yg lemah dan tidak bisa melakukan apapun." Teriak Edward, ia mengetuk pintunya.

Aku hanya bisa terdiam dan menatap diriku di cermin wastafel. Aku yakin Edward tetap akan menungguku diluar. Sepertinya tidak ada pilihan lain, aku adalah majikannya dan sudah tugasku untuk memberinya energi sebagai makanannya, aku tau apa yg akan terjadi jika aku enggan memberinya energi tapi… Aku belum pernah melakukan ini dan aku sangat gugup. Apa boleh buat, aku harus memberanikan diri, kali ini aku akan bermain dengan penuh kesadaran bersama Edward.

Selama setengah jam aku mandi dan berdiam diri di dalam kamar mandi, bahkan rambutku yg tadinya agak basah sekarang sudah kering, aku terlalu gugup untuk keluar. Tapi tak mungkin aku harus menunggu disini selamanya kan? Aku mencengkram kuat handuk yg masih membalut tubuhku lalu membuka pintu pelan-pelan, melangkahkan kakiku keluar perlahan.

Aku tersentak saat melihat Edward yg sudah menungguku diatas kasur dengan tangan yg disilangkan. "1 setengah jam. Pasti kau sudah siap kan?" Ucapnya.

Aku menunduk, pipiku benar-benar panas dan jantungku rasanya mau copot. Aku berbalik badan, berniat untuk kembali ke kamar mandi, namun Edward langsung menghilang dan muncul di depanku, menghalangi pintunya.

"Apapun yg kau lakukan, kau tau bahwa kau tidak bisa menghindar dariku seperti ini terus, nona Olivia." Ucapnya dengan alis yg diturunkan.

"Anu.. Eeh..Edward... A-apa harus seperti ini memberikanmu energi? Tidak ada cara lain?" Jawabku terbatah.

Dia menggelengkan kepala. "Kau seorang wanita sekaligus boss ku, karna itu kau harus memberiku energi dan sebagai gantinya aku akan menuruti semua permintaanmu. Seperti itulah cara kerja kontraknya, nona." Jelasnya, Edward mulai mendekatiku dan aku mundur beberapa langkah.

"Ayo mulai." Ia tiba-tiba menggendongku ala bridal style. Aku tersentak dan mencengkram kuat handukku karna takut terlepas dari tubuhku. Ia menurunkanku diatas kasur dengan pelan.

"Ah ya, aku lebih suka rambutmu diurai." Ucapnya, saat itu juga Edward membuka kuncirku dan menyibakkan rambutku ke belakang.

Aku hanya bisa menunduk karna tak sanggup menahan rasa malu. Edward memegang pipiku dengan jemarinya dan langsung menciumku tanpa aba-aba, membuatku tersentak dan terpaksa menutup rapat mataku. Ia melumatnya penuh nafsu. Aku yg hampir kehabisan nafas mendorongnya untuk melepas tautan bibir kami.

"Edward... Pelan-pelan." Ucapku terengah.

"Sssstt." Bisiknya ditelingaku. "Semakin panas permainannya, semakin besar energi yg ku dapat.” Mataku terbelalak saat mendengarnya, ia malah terkekeh dengan ekspresiku. “Nona, aku tau kau pasti bisa menikmatinya." Sambungnya.

"Ta-tapi... Aku belum siap. Aku masih... Hmmpph!" Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Edward membungkamku dengan bibirnya dan melumatnya dengan agresif.

Ia menyingkirkan tanganku yg hendak mendorongnya lagi lalu menarik handukku dan membuangnya ke lantai.

"Ah ya, nona sayang, apa kau ingin aku melepas bajuku juga atau biarkan saja seperti ini?" Ucapnya dengan suara serak dan basah-nya yg menggoda.

Benar juga, rasanya tidak adil jika aku tak memakai apapun sementara dia masih utuh. Aku hanya memalingkan wajahku dan menutupi tubuhku dengan tangan karna malu.

“Tidak ada jawaban? Baiklah, kurasa ini yg kau inginkan.” Kekehnya. Edward melepas kaosnya dan membuangnya ke lantai, tapi masih menyisakan jeansnya. Aku tak bisa menahan diri untuk tak melihat dada bidangnya dengan abs diperutnya yg sangat menggoda.

"Ada apa dgn mata itu?" Ucapnya berkedip nakal. Aku langsung memalingkan wajahku lagi dan menarik selimutku. “Ah-ah, selimut tidak diizinkan diatas kasur, saat ini.” Bisiknya. Ia merampas selimut itu dan membuangnya jauh-jauh. Sekarang tak ada yg menutupi tubuhku lagi.

Edward mendorongku untuk berbaring sepenuhnya dikasur dan menindihku, tanpa basa basi ia kembali menciumku. Rasanya benar-benar seperti tersengat listrik saat tubuh kami yg tak dibalut apa-apa saling bersentuhan.

Edward turun ke leherku dan mencumbuinya. Tangannya meremas payudaraku dengan pelan dan saat itulah aku merasakan ribuan kupu-kupu yg berterbangan diperutku.

"Aahhhh, Edward... Aaahhh Sshhh...." Racauku.

"Tubuhmu sangat halus dan harum... Apa yg kau lakukan di kamar mandi selama itu sampai tubuhmu begini, hm?” Ucapnya terkekeh.

Lalu, hantu mesum ini tiba-tiba melahap payudaraku dan meremas yg lainnya dengan intens.

"Edward.... Cu-cukup! Hhmphss... A-aku tidak tahan...!" Racauku dengan sedikit mengacak rambutnya.

"Ahh nona sayang, kalau begitu jangan ditahan...." Bisik Edward, ia kembali mencium bibirku dengan agresif. Tangannya mulai mengelus perutku lalu turun ke pahaku. Dia menelusuri seluruh tubuhku dengan tangan nakalnya.

"Hmmph... Edward..!" Dorongku pelan.

"Mau aku bantu untuk mengeluarkannya?” Ucapnya. Aku menaikkan alisku, tanda bahwa aku bingung dengan ucapannya. “Kau mau jariku atau… juniorku?" Lanjutnya, aku melotot saat menyadari maksudnya. Tapi entah mengapa tubuhku seolah menginginkan sesuatu yg lebih dari sentuhannya, aku tidak tahan.

"A-aku takut… Edward. Tapi…” Ucapku saat merasakan sesuatu yg besar bersentuhan dengan milikku dibawah sana.

"Sssttt… Aku tau, tidak perlu buru-buru, nona." Ucap Edward terkekeh. Ia turun dan membuka lebar pahaku, menatap intens kewanitaanku. Aku terkejut saat tiba-tiba Edward menyentuhnya. “Ooh.. masih disegel, kalau begitu aku akan membukanya dengan jariku dulu untuk sekarang yah..”

“A-apa?” Ucapku gugup.

“Kalau sudah pas, baru aku akan memasukkan punyaku. Maaf jika kau tidak terlalu puas dengan jariku.” Ia membelai wajahku dan mengecup singkat pipiku. “Jangan sungkan untuk meminta sesuatu agar aku tau apa yg kau suka, oke?”

Aku tidak terlalu mengerti apa yg dia ucapkan, tapi yg jelas kewanitaanku terus berkedut dari tadi, dan aku benar-benar tidak tahan lagi dengan jarinya yg hanya memutar di dinding Miss V-ku. Karna itu aku mencengkram lengannya dan menatapnya dengan tatapan memelas.

Edward terkekeh dan memahami maksudku, dia memberikanku ciuman yg intens, tangannya perlahan masuk ke dalam kewanitaanku, 2 jari berhasil lolos begitu saja. Aku mengigit bibir Edward disela tautan kami karna sedikit sakit. Edward sempat tersentak dan melepas ciumannya, tapi dia sama sekali tidak keberatan jika aku melampiaskannya kepada dirinya, ia terkekeh singkat dan kembali melanjutkan ciuman tadi, namun sekarang dia menambahkan 1 jari lagi.

"Bisakah kau.. le-lebih cepat?!" Desahku.

“Hm. Kau harus keluar yg banyak yah, nona sayang.” Angguknya. Edward semakin mempercepat temponya.

Aku menggigit bibir bawahku dan mencengkram bantal. Aku benar-benar gila dibuatnya, pikiranku kacau. Sementara itu, ia menghisap payudaraku dengan intens sambari terus mengocok Miss V-ku dengan tangannya. Aku sampai mengacak-ngacak rambutnya dan hanya bisa menggerang hebat dengan permainannya yg membuatku tidak mau berhenti.

"Katakan jika kau akan keluar, nona.” Bisik Edward.

Aku menggeleng. "Teruskan.... Aahh…Hmppph." Racauku.

Suara basah yg terbentuk dari kewanitaanku mendominasi kamarku. Tangan Edward terus mengocoknya dan menekannya sedikit dalam, dan saat itulah Edward berhasil menyentuh titik klimaks-ku.

"A-aku mau keluar. Edward…!” Erangku.

"Keluarkan saja...Tidak apa." Ucap Edward. Karna tak mampu menahannya lagi, aku akhirnya orgasme, cairanku membasahi tangan Edward. Seperti yg pernah ia lakukan sebelumnya, Edward menjilatinya namun setelah itu dia mengeryitkan dahinya.

"Ah, tidak. Ini tidak cukup nona. Aku butuh lebih banyak..." Ucapnya. Aku hanya menatapnya dengan nafas yg terengah. "Lihatlah, kewanitaanmu terus berkedut walau sudah orgasme. Aku rasa dia ingin sesuatu yg lebih memuaskan...?"

Aku segera merapatkan pahaku dan menggeleng. "Edward, aku tidak mau." Jawabku saat menyadari ‘sesuatu’ yg dia maksud adalah miliknya.

"Kau yakin? Nona, aku berani jamin bahwa kau tidak akan hamil, lagipula aku ini hantu, tidak ada kehidupan lagi dalam diriku, jika kau paham maksudku…?" Ucapnya sembari mengelus pahaku dengan tatapan intens.

"Edward, a-aku lelah.. Sudah yah?” Ucapku, aku berniat untuk beranjak dari kasur dan mengambil selimut, namun hantu ini malah mendorongku lagi dan sekali lagi menindih tubuhku. Menggigit kecil daun telingaku dan menjilatnya.

"He-hentikan...! Aah… Hey!” Teriakku. Namun Edward malah menahan tanganku dan menguncinya.

"Maaf nona, kau harus orgasme sekali lagi karna energi yg kau berikan belum cukup. Aku butuh lebih banyak untuk menampakkan diri pada manusia..." Ucapnya, masih sibuk menjilati telingaku dengan intens.

"Tapi aku lelah, Edward...!" Rengekku. Aku tersentak saat Edward menekan pelan Miss V milikku dengan lututnya.

"Aku butuh lebih banyak untuk berkomunikasi, menggerakkan benda, berkeliaran, menyentuh, dan masuk ke dalam tubuh manusia...." Lanjut Edward. Telingaku rasanya mau meleleh saat ia berulang kali menjilatinya dengan lidah nakalnya, bahkan Edward sengaja membuat suara yg terdengar menggairahkan untuk menggodaku.

"Cu-cukup! Aahhh.. ahh ya ampun...!" Ribuan kupu-kupu kembali hinggap diperutku, dan ya, Edward berhasil membuatku terangsang untuk yg kedua kalinya.

"Tenang saja, nona... Serahkan padaku." Ucapnya dengan senyum yg disunggingkan.

Rasanya sangat geli saat ia turun untuk menjilat perutku sedangkan tangan satunya memainkan putingnku dengan lembut. Aku benar-benar lelah tapi Edward terus menggodaku. Dan sekali lagi Ia memasukkan jarinya ke dalam Miss V milikku. Ia menggerakannya pelan lalu perlahan cepat.

"Aahh...Edward... Cu-cukup! Ngghhh..." Desahku. Air mataku menetes tanpa sadar. Memang rasanya sakit tapi sedikit tertutupi oleh kenikmatan. Aku bahkan tidak tau bagaimana rasa sebenarnya, aku benar-benar bingung. Aku ingin berhenti, tapi juga tidak mau berhenti.

"Edward... Edward!" Racauku. Ia menciumku lagi, kali ini ia menciumku dengan lembut. Aku otomatis membalasnya, setidaknya mengurangi rasa sakitnya.

"Aku janji, kewanitaanmu tidak akan sakit lagi saat kau bangun besok.” Bisiknya.

“Hm..?” Aku menatapnya bingung.

“Aku mencintaimu, nona Olivia." Ucapnya sembari mengelap air mata tipis dipipiku.

"Ya.... Se-sedikit lagi...." Ucapku. Edward hanya terkekeh dan kembali mempercepat temponya. Aku mencengkram sprei kasurku saat segera mencapai puncak.

“Biarkan aku mendengar desahanmu lagi, nona sayang.” Bisiknya.

"Aahh... Lebih cepat, Edward..! Nghh… Shhh... Aah..!!"

Dan aku akhirnya orgasme untuk yg kedua kalinya. Edward langsung menjilati cairan itu seperti orang yg kelaparan, takut kalau ada setetespun yg jatuh. Aku menyunggingkan sedikit senyuman saat melihatnya.

"Edward... Apa kau sudah selesai?" Tegurku, sedikit terkekeh dengan nafas yg tak beraturan. Ia mengabaikan ucapanku dan masih menjilati sisa cairan ditangannya seperti kucing. "Edward…?" Panggilku sekali lagi.

Ia akhirnya menatapku. Namun matanya sudah berubah warna, sekarang menjadi kuning keemasan. Pupilnya menipis persis seperti mata kucing yg bersinar dikegelapan. Bahkan dia memiliki taring-taring kecil seperti hewan tersebut. Aku segera memeluk bantal untuk menutupi tubuhku.

"Edward... Apa itu kau?" Ucapku yg mulai gugup. Aku terus mundur hingga tersentak di dinding kasur. Hantu itu terlihat berbeda dari sebelumnya, ia menatap tajam ke arahku lalu terkekeh.

"Kau pikir aku siapa? Aku ini Edward, nona. Terima kasih untuk semua energi yg kau berikan. Sekarang aku penuh, aku bisa melakukan apapun malam ini." Jawabnya sembari mengelus wajahku dengan jemarinya.

Aku menghela nafas lega. Ku kira ia benar-benar berubah, berubah jahat mungkin? Aku sedikit meringis saat ingin berdiri dan membersihkan diri ke kamar mandi. Selangkanganku benar-benar sakit.

"Maaf nona, tapi seperti yg ku bilang sebelumnya, besok kau akan baik-baik saja. Untuk sekarang, mau aku bantu?" Ucapnya. Tapi rasanya masih canggung dengan wujudnya yg satu ini. Aku seperti melihat orang lain, aku masih suka wujudnya yg lama.

"Edward, apa bentukmu akan seperti ini mulai sekarang?" Tanyaku. Edward menggelengkan kepalanya.

"Tidak, saat energiku menipis, aku akan kembali seperti sebelumnya dan saat aku penuh, aku akan seperti ini. Begitulah seterusnya. Kenapa, kau tidak suka yah?" Ucapnya.

Aku langsung menggeleng dan menunduk. "Bukannya tidak suka. A-aku hanya sudah terbiasa dengan Edward yg sebelumnya."

Ia hanya terkekeh. "Jangan takut, aku akan kembali seperti semula. Sekarang biar aku bantu…” Edward mengangkatku dan membawaku ke kamar mandi.

Keran dibak mandi itu hidup dengan sendirinya saat Edward hanya melototinya. Ia menurunkan ku ke dalam bathtub milikku dengan pelan. Aku sedikit meringis karna bagian bawahku masih sakit. Airnya hangat dan tidak terlalu dingin. Edward tersenyum ke arahku, senyumannya tetap terasa hangat meskipun taring kecil menghiasinya. Aku menunduk. "Te-terima kasih." Ucapku.

Edward memasukkan tangannya ke dalam air di bathtub ku. Ia membuat gerakan melingkar, dan dalam hitungan detik ada banyak kelopak bunga mawar yg tiba-tiba keluar. Baunya sangat harum dan membuatku tenang, aku sumringah dan hampir tak percaya ia bisa melakukan ini.

"Apa ada yg kau butuhkan lagi, nona?" Ucapnya tak lepas dari senyum manisnya.

"Hmm tidak ada. Sekarang aku mandi 2 kali karna kau." Ucapku terkekeh. Edward hanya ikut tertawa, ia memopang dagunya di Bathtub sembari memandangiku. Rasanya benar-benar canggung saat ia tidak melakukan apapun selain memandangiku berendam di bathtub yg penuh dengan kelopak mawar. "Kau cantik sekali..." Sambungnya dengan helaan nafas.

Aku mencipratkan sedikit air ke wajahnya karna malu. "Sudah, pergi sana!" Usirku terkekeh.

"Nona pikir, bisa berjalan lancer saat ini?" Ucapnya. Aku tersentak dan terdiam, aku lupa bahwa Miss V ku masih perih. "Dengan energi yg kau berikan ini, aku bisa melakukan apapun.... Aku bisa melayanimu sebelum aku pergi." Lanjutnya.

"Ehh.. Sepertinya aku sudah selesai. Dan.. A-anu, itu..." Aku menunjuk handuk yg tergantung dibelakang pintu kamar mandi. Edward hanya mengangkat tangannya dan handuk itu terbang sendiri ke tangannya. Aku benar-benar takjub dengan kekuatan hantu ini. Dia selalu membuatku terpukau.

"Tidak... Biar aku saja yg melakukannya." Ucapnya saat aku hendak meraih handukku ditangannya. "Apa kau bisa berdiri, nona?" Lanjutnya. Aku menghela nafas dan langsung berdiri, agak sedikit sulit diawalnya karna masih sakit.

Edward membalut tubuhku dari belakang. Aku seperti anak kecil yg sedang dimandikan oleh hantu, hal ini membuatku tertawa sendiri. Setelah itu dia mengangkatku lagi ala bridal style. Aku sempat terkejut dan berpegangan erat dipundaknya.

***

"Aku akan segera temukan tubuh yg putus asa, semoga tidurmu nyenyak, nona Olivia." Bisiknya sembari mengelus kepalaku. Dikiranya aku sudah tertidur oleh belaiannya, tapi aku belum tidur. Sebelum dia hendak menghilang aku langsung menarik tangannya.

"Kapan kau akan kembali?" Ucapku.

"Eh? Kau belum tidur yah…?" Ucapnya. Aku hanya diam masih menunggu jawabannya. "Kapanpun saat kau memanggilku, aku akan datang." Lanjutnya tersenyum simpul.

"Kau harus kembali!" Ucapku tegas.

"Kenapa kau jadi takut begini? Selama kau memakai kalungmu, aku bisa mendengarmu dan menghampirimu dimana pun. Itu seperti alat pelacak bagiku. Jadi jangan khawatir, nona sayang." Jelas Edward.

"Hmm, baiklah. Aku mohon, hati-hati.." Ucapku.

Edward terkekeh. "Aku ini hantu. Tidak akan terjadi apa-apa padaku." Ucapnya. "Tidur yg nyenyak yah nona, aku harus pergi sekarang karna energiku punya batasnya."

Aku mengangguk, Edward mengecup singkat keningku dan ia membuka jendela kamar. Ia berbalik untuk menatapku sekali lagi, "Tidak akan terjadi apa-apa padaku, mungkin." Gumamnya. Aku mengeryitkan dahi saat tak mendegar jelas apa yg ia katakan.

Edward tersenyum simpul. "Aku mencintaimu. Sampai nanti." Ucapnya, lalu menghilang dalam sekejab. Ia membiarkan angin sepoi-sepoi masuk melalui jendelaku yg terbuka. Aku tak mau ambil pusing memikirkan apa yg Edward gumamkan tadi, tapi sinar bulan benar-benar indah diluar sana, membuat mataku lelah memandanginya hingga akhirnya tertutup rapat karna tak sanggup menahan kantuk.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel