Chapter 10: Menjalin Kontrak Dengan Hantu
"Ke-kenapa tidak bisa?" Tanyaku sedih.
"Jiwaku terikat disini, dan kata boss aku tidak bisa keluar dari apartemen ini karena tempatku memang disini." Jawabnya dengan kepala yg tertunduk, suaranya terdengar sangat imut seperti anak kecil yg merengek. Tetap saja aku kurang mengerti apa maksudnya.
"Jadi kau tidak pernah keluar sekali pun?" Tanyaku dan memegang kedua tangannya. Edward mengangguk."Tidak mungkin tak bisa, pa-pasti ada cara, iya kan?" Tanyaku terbatah. Aku benar-benar ingin mengajaknya keluar dan melihat dunia yg menyenangkan.
"Ya, sebenarnya bisa. Asalkan..." Ucapnya, dia berhenti saat menatap mataku dan melepaskan tanganku.
"Katakan saja." Sahutku.
"Asalkan kau bersedia menjadi majikanku, dan memelihara diriku." Ucapnya, aku bisa melihat ia memainkan jarinya karna malu.
"A-apa? Aku... Memelihara hantu? Ta-tapi..." Ucapku terbatah, aku benar-benar kaget dan pikiranku campur aduk. Edward tiba-tiba menghilang dan muncul di belakangku, ia memelukku dari belakang.
"Aku mohon, kau bersedia kan? Aku bisa pergi kemanapun yg kau mau, jika nona Olivia adalah tuanku." Ucapnya dengan mulut yg dipoutkan.
Dia selalu saja mempersulitku dalam menolak permintaannya, dengan suara manis itu aku hanya bisa diam. Aku melepas pelukannya. "Ta-tapi bagaimana caranya?" Tanyaku ragu.
"Apa kau punya benda yg bisa kau bawa kemana-mana?" Ucap Edward tersenyum simpul.
Aku berpikir sejenak dan melihat kanan kiri. Edward melihat sesuatu dileherku. "Bagaimana dengan kalung dengan mainan kucing itu? Kau selalu memakainya kan?" Ucapnya.
Aku menunduk dan melepas kalung itu. "Ah ya, kalau begitu kalung ini saja." Jawabku.
"Baiklah, apa aku boleh minta darahmu?" Jawabnya. Ucapannya itu membuat terkejut.
"Ooh, jadi sekarang kau mau merenggut hidupku?!" Bentakku.
"Ah tidak tidak, bukan itu maksudku.." Ucapnya menggelengkan kepala.
"Kau mau membunuhku lalu mengajakku bersamamu?!" Bentakku lagi.
"Aku hanya minta setetes darahmu, dengan begitu jiwaku akan menyatu dgn tubuhmu, dan kau akan menjadi tuanku yg baru." Jelasnya dengan cepat.
Aku terdiam, aku malu sudah salah sangka. "Ma-maaf. Baiklah, bagaimana caranya kau mengambil setetes darahku itu?"
"Kau bisa menusuknya dengan jarum." Jawabnya.
"Tidak, walaupun itu jarum, aku tidak berani menusuk diriku sendiri." Ucapku cepat dan memalingkan wajah.
"Hm, ya sudah. Berikan tanganmu.." Ucap Edward. Aku mengangkat tanganku dan ia langsung meraihnya.
Edward sedikit tersenyum ke arahku dan secepat kilat ia menggigit jari manisku. Aku sempat berteriak kecil karna kaget. "Maaf, apa itu sakit?" Tanya Edward, aku menggelengkan kepala. "Baiklah, aku lanjutkan."
Saat melihat darahku mulai menetes dijari manisku, Edward langsung menekannya untuk membuat darahnya keluar lebih banyak, setelah itu ia langsung menjilatnya dengan intens. Perasaanku tiba-tiba jadi aneh, Edward terus mengulum jari manisku seolah itu adalah permen, suara decakannya malah membuatku merasa geli, seolah ada kupu-kupu yg berkumpul diperutku.
"Edward... Cu-cukup." Aku menarik tanganku dan menyembunyikannya ke belakang tubuhku. "Kau bilang hanya 1 tetes." Lanjutku.
"Oh... Maaf, aku lupa. Darahmu sangat manis." Ucapnya. Ia berkedip nakal ke arahku. "Dan maaf sudah membuatmu ‘aktif’. Hahaha." Kekehnya.
"Apa maksudmu!" Gertakku dan membalikkan badan.
"Haha. Ya sudah ayo lanjut… Sodorkan kalungmu." Ucapnya. Aku mengangkat kalungku dan menyodorkannya padanya.
"Terus apa?" Jawabku datar.
"Katakan, bahwa kau mengikat jiwaku di kalung itu dan aku adalah milikmu. Katakan sebisamu, itu adalah sumpah."
Aku berpikir sejenak. "Hm.. Oke." Jawabku. Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Edward, aku mengikat jiwamu dalam kalung ini, mulai sekarang aku adalah majikanmu, kau adalah milikku. Dan aku berhak untuk memperbudak dirimu. Hahaha." Ucapku terkekeh diakhir kalimat.
"Hey! Apa maksudmu memperbudak!" Bentak Edward. Aku hanya terkekeh, saat setelah aku berkata demikian, Edward perlahan memudar.
"Eh? Edward? Apa aku salah bicara? Kau menghilang?!" Ucapku cemas. Edward hanya tertawa.
"Aku tidak pergi nona, jiwaku hanya berusaha masuk ke dalam kalung itu, tak lama lagi kalung itu akan jadi kalung keramat." Kekeh Edward hingga akhirnya hilang.
Aku merasakan getaran di mainan kucing kalungku. Aku mengguncangkannya dan mendekatkannya ke telingaku. "Edward? Apa kau ada di dalam?" Ucapku. Namun aku tak mendengar apapun. "Aku tidak percaya.
Aku memelihara hantu di dalam kalungku. Apa sekarang aku ini paranormal? Atau penyihir? Ck." Umpatku.
Aku menunggu selama beberapa menit, tapi Edward tak kunjung muncul. Aku tak bisa menunggu lebih lama lagi, aku langsung memakai kalung itu dan berlari keluar, mengunci pintu apartemen kami dan turun dengan lift.
***
Aku kagum dengan kota besar ini, gedung tinggi dimana-mana. Jalannya juga bersih bebas sampah. Walaupun ada banyak orang yg berjalan kaki di trotoar. Aku membuka map online diponselku dan mencari alamat 'House Of BTS'. Aku harus cepat memborongnya atau BTS Pop Doll-nya akan habis.
Aku berlari tergesa-gesa menuju tempat yg dituju. Akhirnya aku menemukan tokonya, dari depannya saja sudah banyak poster BTS, etalasenya saja ada ucapan selamat datang untuk ARMY, ini surganya BTS Stan. Aku bisa melihat banyak orang yg keluar masuk toko itu dengan banyak aksesoris BTS dan BT21 ditangan mereka. Aku tidak sabar untuk masuk.
Namun kalungku kembali bergetar. Aku menghentikan langkahku dan menunduk. "Edward, apa itu kau? Ayo cepat keluar, jangan bersembunyi terus di dalam kalung ini." Ucapku jengkel.
Dan tiba-tiba seseorang mencium pipiku dari samping, aku tersentak dan memegang pipi kananku. Aku tidak yakin dia siapa, apa ini Edward? Penampilannya sangat berbeda.
"Aku kembali, nona." Ucapnya.
"Edward? I-ini benar-benar kau?" Ucapku mendongak dan melotot tak percaya.
"Ya, apa aku terlihat Imut? Haha, baru ditinggal sebentar kau sudah merindukanku saja, nona Olivia." Ucapnya tersenyum lebar ke arahku.
Pipiku memanas dan aku menunduk. "Setidaknya, pakaian ini lebih bagus dari pada seragam sekolah kuno yg sebelumnya." Jawabku datar. Berusaha menutupi rasa maluku.
"Ya ya terima kasih." Ucapnya sumringah. Dia berdiri tepat di depanku. Membuat mataku terpaksa melirik ke semua bagian tubuhnya.
"Apa ini telinga kucing asli?" Ucapku penasaran. Aku menyentuhnya, tapi seketika kuping kucing itu menghilang seperti asap lalu muncul lagi. Lebih tepatnya, tanganku hanya menembusnya.
"Tidak, ini hanya bayangan dari kalungmu itu. Biasanya penampilan kami berubah menyerupai benda yg kalian berikan sebagai tempat tinggal kami. Kata boss-ku yg dulu, itu agar majikan kita mudah mengenali peliharaannya." Jawab Edward.
"Lalu apa ini? Kau tidak perlu memakai kalung untuk hewan seperti ini, kau jadi benar-benar terlihat seperti kucing peliharaan, lepas saja..." Ucapku dan berusaha melepas pengait kalungnya. Edward memegang tanganku.
"Tidak bisa, rantai dari kalung ini terhubung langsung ke kalungmu juga. Dan… Jangan menyentuh leherku, kau membuatku sensitif." Lagi-lagi aku tak mengerti maksudnya, aku menepis tangannya dan memalingkan wajahku.
"Kau... Aneh sekali." jawabku malu. Aku bisa mendengarnya terkekeh kecil.
"Nona, kau sangat menggemaskan." Ucapnya, sebelum aku melontarkan protes, Edward mengecup bibirku selama 3 detik, membuatku seakan tersengat listrik.
"Yak! Sialan kau!" Teriakku. Lalu Edward langsung menghilang. Sudah terlambat menyadari bahwa teriakanku membuat orang-orang disekitarku menatapku dengan tatapan heran. Ah ini sangat memalukan, aku lupa kalau aku ada di tempat publik, semua orang terkejut dengan teriakanku. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku dan berlari masuk ke toko BTS tersebut.
Aku memgumpat sepanjang jalan ke rumah setelah membeli apa yg ku inginkan. Hantu mesum itu selalu menciumku seenaknya dan tak peduli dimanapun. Kalau dia manusia, pasti sudah babak belur ku pukuli, tapi... Jika dia manusia, mungkin aku akan sangat menyukainya. Ah, apa yg kupikirkan! Dia tidak akan pernah menjadi manusia karna dia sudah mati. Aku harus ingat bahwa Edward adalah hantu.
***
"Aku pulang!" Ucapku membuka pintu Apartemen. Sepertinya Ibu belum pulang, aku lihat jam di ponselku, sudah menunjukkan jam 5 sore. Aku rasa Ibu akan pulang beberapa menit sebelum matahari terbenam.
Aku lelah dan langsung duduk di sofa, meletakkan tas belanjaanku diatas meja. Edward muncul lagi dari kalungku dan duduk disampingku.
"Lelah, nona?" Ucapnya terkekeh. Aku mendegus dan memasang wajah sinis ke arahnya.
"Kenapa melihatku seperti itu?" Tanyanya dengan wajah polosnya yg menipu.
"Bisakah kau tidak menciumku terus? Apa kau tidak bisa melihat ke sekitarmu? Kenapa kau menciumku sembarangan tanpa izinku?!!" Bentakku kesal.
"Menciummu memberikanku energi. Kau tidak suka dicium?" Tanyanya dengan kepala yg dimiringkan. Pipiku memerah lagi dengan wajah manisnya itu.
"Bu-bukan itu maksudku, kau... Jangan..."
"Kalau begitu, ayo berciuman~" Potongnya. Ia menepuk pahanya, mengisyaratkan ku untuk duduk disana.
Aku tersentak saat menyadari itu sekaligus kesal. "A-apa dipikiranmu hanya ada itu? Kau selalu ingin menciumku, apa kau tidak bosan?! Pergi sana!" Bentakku dan beranjak dari sofa, aku mengangkat tas belanjaanku dan pergi ke kamarku.
"Kau sangat manis dan seksi disaat yg bersamaan, aku tidak pernah bosan melihatmu, karna aku menyukaimu. Nona." Ucap Edward sembari mengekoriku.
"Kau pikir mengatakan kata ‘Suka’ itu semudah itu? Cih." Jawabku.
"Apa kau tidak menyukaiku?" Tanya Edward. Dan aku terdiam. “Apa detak jantungmu bergerak cepat, pipimu memanas, dan kau tidak sanggup menatap mataku?” Aku berbalik dan mendongak, benar saja, aku tak bisa menatap matanya lebih dari 3 detik. Jantungku selalu berdetak dengan kencang saat aku melihat mata hijaunya yg indah, perasaanku jadi tak karuan. Aku menunduk dan tidak mengerti, mana mungkin aku menyukai seorang hantu.
"A-aku... Aku, tidak suka padamu!" Jawabku langsung dan membelakanginya.
"Benarkah? Tapi aku merasakan aura yg berbeda saat kau menatapku."
"Entahlah, mungkin kau salah paham." Jawabku, berusaha menutupi kebohonganku.
"Tidak, aku yakin kau juga menyukaiku. Nona." Ucapnya.
"Tidak, aku tidak suka denganmu!" Bentakku.
"Ya, kau suka!"
"Aku bilang tidak!"
"Kau suka padaku, mengakulah?"
"Edward hentikan, aku tidak menyukaimu!"
"Baiklah, ayo kita lihat..." Ucapnya.
Edward mendorongku hingga aku terjatuh diatas kasur. "Coba lihat aku, nona... Apa kau bisa menahannya."
"A-apa maksudmu?!" Ucapku meragu.
Edward menyibakkan rambutku ke belakang, ia menatapku dengan tajam. Tatapan intens yg membuatku tak bisa berkata apa-apa. Ia semakin mendorongku hingga berada tepat diatasku.
"Edward, apa yg kau lakukan?" Ucapku meragu.
Hantu itu langsung mencium leherku, ia menjilatnya dengan intens. "Aaahh, Edward... Apa yg kau la-lakukan..."
Edward mengabaikan ucapanku dan terus mencumbui leherku dan membuat kissmark kebiru-biruan disana. Suara decakan yg dibuat Edward benar-benar meracau pikiranku. Aku sampai menarik kecil rambutnya dan mengacak-ngacaknya.
"Edward, he-hentikan... ahh, ti-Mmphh..!" Edward langsung membungkamku dgn mulutnya. Oh tidak, aku benar-benar gila dibuatnya. Lumatannya sangat lembut sampai aku otomatis membalasnya.
Aku tau tangan nakal hantu mesum ini menyoblos masuk ke dalam rokku. Aku sudah memohon agar Edward berhenti disela tautan kami, tapi dia sama sekali tidak mau mendengarkan. Hantu ini tiba-tiba turun dan mulai menjilati pahaku. Bajuku juga sudah sampai tertanggal gara-gara dia, pikiranku benar-benar kacau oleh permainannya dan aku tidak bisa berpikir dgn jernih.
Tanpa aba-aba Edward langsung menurunkan pakaian dalamku. Aku menahan teriakan dengan tanganku. Wajah Edward tertutupi oleh poni panjangnya, tapi aku bisa melihat senyum yg ia sunggingkan saat melihat kewanitaanku. Aku segera menaikkan rokku dan merapatkan pahaku, pipiku benar-benar memerah dan aku memalingkan wajahku ke samping karna benar-benar malu. Namun Edward lagi-lagi membukanya dgn lebar, ia menarik pipiku agar menatapnya.
"Hmmpph.." Edward kembali mencium bibirku dengan intens. Ah, aku bisa merasakan milik Edward dibalik jeans hitamnya yg bersentuhan dengan kewanitaanku. Apa dia sengaja menggesekkannya disana? Tangannya tak lupa memainkan payudaraku yg masih dibalut bra, aku hanya bisa mencengkram sprei kasurku, aku ingin berhenti tapi entah kenapa tubuhku berkata sebaliknya. Bajuku benar-benar berantakan sekarang.
Setelah itu dia kembali mencumbui leherku, tangannya berpindah ke pahaku dan menurunkan rokku sekali lagi.
"Aahk!... Edward... Sshh, cu-cukup!” Ia mengejutkanku dgn memasukkan 2 jarinya ke vaginaku tanpa aba-aba. Aku menggeliat karna benar-benar racau.
"Kau basah sekali, nona." Bisik Edward dengan nafas yg terengah-engah. Lalu ia menjilat belahan dadaku dengan intens. Tangannya tak henti-hentinya mengocok vaginaku dengan tempo yg lumayan cepat.
"Aahhh... Ti-tidak!.. Hentikan!" Racauku sembari mengacak-ngacak rambutnya.
Edward semakin lama mempercepat temponya. "Oohh... Astaga... Sshhh... Edward, Ahhhh sudah cukup."
Terus seperti itu hingga aku mencapai titik klimaks dan akhirnya mengeluarkan sesuatu. Aku bisa merasakan cairan yg keluar dan membasahi tangan Edward, aku melihatnya terkekeh. "Kau memberikanku energi, nona." Ucapnya.
Nafasku terengah-engah dan rasanya benar-benar lega saat Edward mengeluarkan tangannya dari dalam vaginaku. Lalu dia membersihkannya, aku kembali menggeliat saat lidahnya menggelitik dinding vaginaku, aku baru saja akan beristirahat.
"Ah... Sudah, Shhh... Edward." Desahku. Edward akhirnya berhenti dan menjilat sisa cairan disudut bibirnya. Ia menaikkan pakaian dalamku dan membetulkan rokku.
Nafasku masih tak karuan, Edward mengelap keringat tipis di wajahku tapi enggan menggancingkan kembali bajuku. "Kau terlihat sangat sexy dan menggairahkan saat ini, nona Olivia..." Bisiknya. "Ah, rasanya berat untuk berhenti sekarang..." Lanjutnya. Edward mengelus dadaku yg tak terkancing baju.
Dia kembali mengecup bibirku dan tanpa sadar aku membalas kecupannya. "Aku tau, kau menyukaiku... Jgn malu untuk mengakuinya. Kau tidak bisa menyembunyikan perasaanmu terhadap hantu, mereka bisa menebaknya dgn mudah, Hihi." Kekeh Edward.
Dan saat itulah aku melotot saat mendengar ucapannya. Aku akhirnya sadar dgn apa yg baru saja kulakukan. Edward telah melakukannya, aku yakin tak lama lagi dia akan melakukan hal yg lebih dari ini. Aku segera beranjak dari sofa dan menatap cermin, penampilanku benar-benar berantakan, rambutku acak-acakan, bajuku tersekat ke atas perutku dan belahan dadaku terekspos kemana-mana, dengan rok mini ini aku terlihat seperti gadis bayaran.
Tiba-tiba aku meringis saat hendak menghampiri Edward, rasanya perih sekali di selangkanganku. "Edward, ahh... Tanganmu kasar sekali!" Keluhku mengingat seberapa agresif dia menggerakkan tangannya dimilikku.
Hantu itu menghilang dan muncul di belakangku, lalu membopongku. "Ini karna kau masih perawan nona, rasanya memang sakit di percoabaan pertama, apalagi kalau juniorku yg masuk. Hehe." Bisiknya di belakangku.
Aku menepis tangannya dan menatapnya dengan tatapan sinis. "Perawan apanya! Aku sudah tidak perawan lagi gara-gara kau!" Bantahku.
"Tidak, kau masih perawan nona. Tenang saja, aku tidak akan memasukkan milikku tanpa izin darimu." Jawabnya terkekeh.
Aku mendegus dan kembali menatap cermin, leherku dipenuhi dengan kissmark. "Lihat apa yg kau perbuat! Jika Ibu tau, aku bisa dihukum habis-habisan." Keluhku.
"Maaf, sini aku hapus..." Ucapnya, Edward menarikku dan memegang pinggangku hingga tubuh kami menempel sempurna, ia kembali menjilat leherku.
"Hey! Jangan mulai lagi, sudah cukup, Edward!" Bentakku. Hantu itu menghentikkan kegiatannya namun masih memelukku.
"Nah, kissmarknya sudah tidak ada. Tapi...." Matanya melirik ke belahan dadaku yg berjarak beberapa inci dari wajahnya. Aku menyadarinya dan langsung mendorongnya atau dia akan memulainya lagi. "Baiklah tidak jadi, kancing bajumu. Aku tidak bisa menahan diri saat melihatnya." Ucap Edward dan terkekeh.
"Ini juga gara-gara kau! Dasar hantu mesum!" Bentakku sembari mengancing bajuku dengan cepat.
"Tapi kau gadis yg haus akan sentuhan kan? Selain itu, kau juga menyukaiku meskipun aku mesum. Hahaha." Tawanya lantang.
Aku hanya berdecih dan kembali menatap cermin. Benar saja, kissmark dileherku sudah tidak ada. Saat setelah itu aku mendengar pintu rumah.
Ceklek
"Ibu pulang?!" Ucapku kaget.
Secepat kilat aku merapikan rambut dan bajuku, aku meraih gagang pintu kamarku. Namun tiba-tiba Edward menegurku.
"Nona Olivia.." Panggilnya sebelum aku melangkah keluar.
"Apa?" Sahutku dgn alis yg diturunkan.
"Terima kasih untuk energi yg kau berikan." Kedipnya.
"A-apa maksudmu?" Ucapku ragu. Mengingat hantu itu hanya menjilat cairan orgasmeku. Saat aku sedang fokus-fokusnya menatap tajam wajahnya, tiba-tiba Edward sengaja berubah menjadi seram dengan mata super hitam dan besar miliknya. "Boooo!"
"Aahkk!" Teriakku karna benar-benar kaget, aku langsung keluar dari kamarku.Ugh, menjengkelkan sekali.
"Ada apa lagi Olivia?....." Tegur Ibu yg baru saja pulang.
"Eh? Ti-tidak ada." Jawabku menunduk.
Ibu hanya menggelengkan kepalanya.
Aku tak mengerti bagaimana bisa aku selalu terbuai oleh permaianannya, aku tidak sadar bahwa aku meladeni Edward. Dan dia juga terus bilang bahwa dia tidak menaruh mantra ataupun hipnotis apapun padaku, dia memang hantu yg mesum tapi sepertinya Edward punya hati yg polos dan jujur… Aku ingin mempercayainya tapi dia selalu membuatku jengkel. Apa mungkin, semua itu terjadi karna aku memang menyukainya?
Ah tidak mungkin. Aku tidak mau memiliki perasaan ini kepada orang yg sudah lama meninggal. Cepat atau lambat kami pasti akan berpisah suatu hari nanti, Edward tidak mungkin selamanya menempel padaku. Ya, aku tidak perlu khawatir, nanti juga aku akan melupakannya, begitu pula sebaliknya.
Mau bagaimanapun, manusia dan hantu tidak mungkin bersatu, tidak ada dalam sejarah apapun.
