My Best Villian| 8
Tapi seketika Cloris teringat bahwa cara agar dapat bebas dari Piero adalah membuat Irene kembali, dan kini dia harus memaksa bibirnya untuk meminta maaf, "Baiklah aku minta maaf, jadi kau mau kembali pada Ero kan Irene?"
"Aku belum bisa kembali padamu Ero, kurasa aku butuh waktu," Irene pergi begitu saja sengaja meninggalkan semua orang yang berada di villa.
"Irene kumohon mengertilah, kembalilah padaku, aku mencintaimu," Piero menahan tubuh Irene.
"Kurasa aku akan menerima mu jika nanti saat yang tepat," Irene menepis tangan Piero dan pergi meninggalkannya.
Piero ingin mengejarnya namun dihentikan oleh Cloris, "dia tidak sepenuhnya jujur, percayalah dia berbohong Ero, mungkin dia mengetahui yang sebenarnya,"
"DIAM!" teriak Piero begitu keras.
"Bagiamana aku bisa diam jika dia memulai permainan, pikirlah Ero, bagaimana aku bisa membuat Irene kembali padamu jika Irene sudah tahu siapa aku, dan mengapa aku berada di samping?" perjelas Cloris tak kalah dengan teriakan.
"Dan kau Jerry, aku yakin bahwa kau yang memberitahu," wajah Cloris menatap Jerry serius.
"Apa untungnya diriku memberitahu, urus saja urusan mu, jangan menyeret diriku dalam masalah mu," jawab Jerry enteng.
Piero sudah muak melihat perdebatan ini, tangannya menarik baju Cloris hingga terangkat, "salahkan dirimu sendiri, jangan menyalahkan temanku,"
"Aku pernah belajar sedikit tentang ilmu sastra dan psikologis, aku bisa melihat mana yang berbohong dan mana yang benar," ucap Cloris sedikit terdesak.
"Sebaiknya aku menyetubuhimu, agar kau diam," Piero merobek baju Cloris dengan sekali tarikan.
"Ero jangan, aku sedang datang bulan," menahan tangan Ero yang semakin nafsu.
"Datang bulan?" Ucap Piero Menghentikan aksinya sejenak.
"Yah, aku baru saja datang bulan, kau mengerti kan," ucap Cloris berharap Piero membatalkan kata-katanya.
Piero meraba daerah kewanitaan Cloris, dan menemukan ada sesuatu yang menonjol, "berapa hari fase datang bulan mu?"
Cloris ingin menjawabnya namun tiba-tiba Derry mendahului pembicaraan, "tapi dia punya mulut untuk memuaskan mu Ero," teriak nya.
"Oh ya, kau punya mulut," Piero langsung mengeret tubuh Cloris masuk ke dalam kamar.
"Ero jangan dengarkan temanmu, lepaskan aku Ero!" tubuh Cloris memberi perlawanan seadanya.
Tanpa membuang waktu lagi ia mengambil sebuah kain, ditutupkan pada kedua mata Cloris, "kau kan budak sex ku, jadi harus bisa memuaskan majikannya,"
"Errrroooooo lepaaas!" teriak Cloris sangat kencang.
Piero menampar sedikit pelan pipi Cloris dan mencubit perutnya, "diamlah!atau aku menamparmu lagi,"
Percuma saja Cloris membantah, ia sungguh tidak sanggup berulang kali menerima tamparan dari lelaki itu, "baikkah, tapi buka mataku,"
"Sssttt," jari Piero menempel pada bibir Cloris.
Piero mengikat tangan Cloris sangat erat dan kencang, di ataskan tangannya lalu di robohkan tubuhnya di kasur.
"Ero ini terlalu kencang, bisakah kau lepas saja, aku janji tidak akan melawan mu," ucap Cloris pelan penuh rasa sakit.
"Aaahh.... aaaahhh.." desah Cloris karena ada sesuatu yang dingin menetes di lehernya.
"Ayok buka mulutmu," perintah nya.
Piero meneteskan tetesan es batu di mulutnya, lalu beralih pada lehernya.
Dibuka seluruh baju Cloris, di tempelkan es batu itu di area putingnya, "ohhkkk.. aah.. Ero dingin,"
Piero semakin memencet nya hingga ke dalam, "aaaaahhkkk.. Ero stop,"
"Bagaimana rasanya?" Tanya Ero.
Piero berdiri mengambil korek, ia membuka penutup mata Cloris, "bagaimana jika aku membakar puting mu," Ucap Piero menyalakan korek di depan Cloris.
Cloris mengeleng cepat, "jangan Ero, tidak, kumohon jangan,"
"Lalu?"
Piero pun beralih mengambil sebuah salep, yaitu salep pemanas badan "baiklah ini saja... ini rasanya tidak kalah panas," Piero mengolesi kedua putingnya bergantian dan sangat banyak.
Di masukkan seluruh es batu di mulutnya, hingga Cloris memuntahkan karena tak sanggup.
Dengan cepat Piero memasukkan penisnya di mulutnya, rasanya sungguh unik yaitu dingin bercampur kenikmatan, "ohhh.. kau budak Sex yang penurut.
"Eeempphhh.... emmpphh," kepala Cloris mengeleng ke kanan dan kiri.
Piero menjambak rambut Cloris dan memajukan lalu memundurkam secara berirama, "terus, seperti itu, lakukanlah itu, oghh.. aahhh," desah Ero kenikmatan.
Mata Cloris mulai menangis, memangnya dirinya binatang? Hingga diperlakukan seperti ini.
Dan parahnya rasa panas di kedua putingnya begitu menjalar dengan sempurna, sangat panas, begitu menempel dan terus semakin panas bahkan merasuk di dalam.
Piero mencabut penisnya hingga mulut Cloris terbatuk-batuk mengeluarkan cairan kental.
"Telan..."
Cloris mengeleng pelan.
"Aku bilang telan," Cloris tetap tidak melakukan.
Piero melirik ke arah dua puting nya yang sudah memerah, "panas? Aku tahu ini panas," Piero meremas payudara Cloris dan menggenggamnya kuat.
"Aahkk.... hentikanlah... aku tidak sanggup...." Tangis Cloris penuh kesakitan.
