Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

My Best Villian| 9

Cloris tidak akan menangis kali ini, mulutnya tidak akan menjerit, tidak juga mendesah jika Piero menyentuh tubuhnya, sudah cukup puas lelaki itu mengotori tubuh Cloris dengan sifat arogan Ero, sekarang bukan waktunya untuk meratapi nasib, tapi bagaimana cara agar keluar dari nasib Cloris saat ini.

Ia mengelus pergelangan tangannya yang masih sakit, berjalan pelan ke arah kamar mandi, menguyur tubuhnya dengan air shower di atas.

Mata Cloris terpejam, hati Cloris telah terluka saat ini, ia rindu papanya.. ia merindukan saat bahagia bersama keluarganya.

Pelupuk mata Cloris mengeluarkan air mata, namun karena tercampur oleh air yang mengalir dari atas shower tak dapat di bedakan mana mata menangis dan mana yang air mengalir.

Cloris Membuka mata dan menatap arah kaca, menyemangati dirinya sendiri seperti biasa, namun kali ini benar-benar berbeda, rasa sakit yang ia alami takkan pernah bisa ia berbagi pada satu orang pun.

Jegleg.....

Suara gesekan pintu transparan

"Kau ini mandi lam-"Piero belum selesai berbicara namun Cloris keluar begitu saja melewati Piero.

Tangan Piero sengaja memegang pergelangan tangan Cloris yang memerah berharap itu adalah rasa sakit dan sedikit menekan.

"Aaahkkk...ini sakit sekali," batin Cloris dalam hati namun bibir Cloris tetap mengunci diam.

"Kenapa kau diam?" Tanya Piero.

"Lepaskan tanganku, biarkan sekarang aku pergi, aku tidak kabur dari masalah ku.. tapi aku akan bertemu Irene dan membawa kembali padamu," Ucap Cloris tanpa menatap Piero atau memandang sedikit pun.

Piero mengamati wajah Cloris dengan begitu dalam hingga tersadar raut wajah Cloris benar-benar menggambarkan rasa sakit, dan dirinya lebih tersadar jika dari tadi tangannya masih menekan pergelangan tangan Cloris.

Piero melepaskan dengan cepat, "kenapa kau menyembunyikan rasa sakit itu?"

"Bukan urusanmu," ucap Cloris pergi begitu saja dari hadapan Piero.

Cloris mulai menata rambutnya di meja rias, ia mengikat dengan model ekor kuda, memakai baju dan keluar di ruang tamu.

"Mau kemana kau?" teriak Piero.

"Ke Apartemen Irene," Balas Cloris dingin.

"Akan ku antar," Piero menarik paksa lengan Cloris dan memasukkan tubuh Cloris di dalam mobil.

~

"Itu apartemen nya, ayo turun!" Perintah Piero.

"Tidak, kau tidak boleh turun! kau pulang saja, karena jika kau turun, aku tidak akan pernah berhasil," ucap Cloris membuka pintu mobil dan menutup kembali.

Piero menatap punggug Cloris hingga benar-benar hilang memasuki gedung apartemen.

Cloris menekan bel kamar Irene berulang kali, Irene pun membukakan pintu dan hanya memakai handuk, terlihat di belakang ada seorang lelaki hanya memakai boxer menghadap belakang.

"Hai jalang, ada apa kau kemari?" Irene tersenyum mengejek.

Cloris pun memasuki kamar apartemennya tanpa se izin Irene, "hai aku tidak menyuruh mu masuk," teriak Irene.

"Kembalilah pada Ero, aku tahu kau sudah mengerti bahwa aku adalah budak Sex nya kan," ucap Cloris tanpa basa-basi.

Mendengar kata budak Sex lelaki yang tadinya sibuk dengan mencari pakaian nya pun memalingkan wajahnya dan melihat ke arah sumber suara, "Cloris," sapa Malio.

"Ma-Malio" Cloris tak menyangka bahwa ternyata lelaki yang tidur dengan Irene adalah Malio kakak tirinya.

"Kau? kau berpacaran dengan Irene?" tanya Cloris.

Tangan Irene hendak menutup mulut Malio, "Yah .. kenapa?" Irene pun tiba-tiba mengaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kau budak Sex? Maksudnya?" Malio tak mengerti dan kebingungan.

"Malio aku mohon buat Irene kembali pada kekasihnya bernama Ero, sudah itu saja tidak lebih," kata itu pun membuat Malio menjadi cemburu setengah mati.

Ia mendekati Cloris dan memperhatikan tubuhnya, "kau budak Sex? Aku tak menyangka bahwa kau sungguh menjijikan, oh.. ya.. jangan harap aku menyerahkan Irene pada Ero, aku sungguh tak Sudi," balas Malio, sedangkan Cloris tak mendengar ocehan Malio itu membuat kepala Cloris bertambah pusing, ia lebih memilih pergi.

~~~~~

Hujan malam ini sangat deras, Cloris berjalan sendirian menyusuri trotoar, tangannya memeluk dirinya sendiri bukan karena kedinginan, tapi ia sudah benar-benar tidak bisa berpikir lagi .

Ia tidak akan menemui Piero sebelum membuat Irene kembali padanya, dan untuk membuat Irene kembali pada Ero dia harus berhadapan dengan kakak tiri yaitu Malio,Pilihan yang sangat sulit di antara yang tersulit.

Kaki Cloris terus melangkah tanpa lelah hingga kini berada tepat di depan rumahnya, ia merindukan papanya, tapi saat ini waktu benar-benar belum tepat.

Kaki Cloris kembali melangkah menyusuri jalanan malam yang sepi, hujan sudah sedikit reda namun rambut Cloris masih basah akibat hujan yang baru saja turun.

Cloris berhenti sejenak pada kursi yang berada di dekat jalanan, 5 menit kemudian datanglah beberapa lelaki menghampiri nya, "bisakah kita menghabiskan malam bersama?" Ucap para pria itu dengan mencolek dagu Cloris.

"Jangan sentuh aku!"  teriak Cloris dan menepis.

PUK

suara lemparan batu mengenai punggung lelaki yang menggoda Cloris, "jangan tidur dengannya.. ku jamin kau menyesal,"

"Ero," ucap Cloris yang hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.

"Maksudmu?" Tanya salah satu lelaki itu.

"Aku sudah meniduri nya lebih dari 30x.. oh.. tapi silahkan jika kau mau," ucap Piero santai mendekati para lelaki tersebut.

Cloris tak percaya, ia berfikir bahwa Ero akan menyelamatkan dirinya.

Dan salah satu lelaki itu hendak mencium Cloris namun tiba-tiba Piero memukul terlebih dahulu dan menghabisinya, begitu pula dengan lelaki lain yang sudah menerima beberapa tonjokan dari Ero.

Piero segera menarik tangan Cloris dan mengajak Cloris berlari.

"Kenapa kau menyelamatkan aku Ero?" Tanya Cloris berterik melepas genggaman Piero.

"Karena aku tidak ingin budak Sex ku di sentuh oleh yang lain, kau hanya boleh memuaskan aku, ingat itu!" Perintah Ero tak ingin tahu.

"Tunggu! apakah kau melihat bahwa Irene bersama lelaki di apartemen." Tanya Cloris.

"Tidak, sudahlah jangan mengarang cerita," lagi-lagi Piero menarik tangan Cloris dengan paksa.

"Aku tidak mengarang, dia bahkan tidur bersama kakak tiriku,"

"Jelaskan padaku bagaimana kau bisa mengikuti ku?" Tanya Cloris meninggikan suaranya.

"Dengar! kau adalah tahanan ku, jadi jangan harap kau bisa kabur,"

Piero terlalu terburu-buru hingga tersandung sesuatu dan akhirnya terjatuh, tubuh Cloris berada di atas dan tak sengaja mencium bibirnya, "eemmmpp,"

"Uhw." mata Cloris membulat sempurna, entah setelah insiden ini Piero akan memarahinya atau tidak .

__________________________________

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel