My Best Villian| 7
Di Apartemen, Irene sungguh tak percaya bahwa wanita yang baru saja di bawa oleh Ero adalah budak nya sekarang, terlebih di belakang kata budak ia menambah kata Sex yang berarti budak Sex .
Jerry dan Derry lah yang mengatakan itu semua, karena memang saat ini mereka berada di pihak Irene .
"Jadi Ero sudah menidurinya?" Tanya Irene hampir tak percaya.
Jerry menyalakan remot tv, "Ya begitulah, Ero akan terus menyiksanya hingga kau benar-benar kembali pada Ero,"
Tentu semua itu menjadi sesuatu yang membahagiakan untuk Irene, bisa saja ia memanfaatkan kondisi ini.
"Irene kami sudah menceritakan semua, jadi jelaskan mengapa ada kondom dan katakan pada kami dengan siapa kau tidur?" sahut Derry menagih kesepakatan yang telah di buat.
Irene tersadar dari lamunan nya, "Oh...oh itu kondom milikku," jawabnya dengan Jujur.
Derry mendekati Irene dengan raut wajah sedikit kesal, "kau mengkhianati Ero? Mengapa kau tidur dengan lelaki lain,"
Irene memalingkan tatapan sejenak berpura-pura sedih, "Bukan sepenuhnya salahku, siapa yang lebih dulu mengacaukan nya Derry,"
Jerry dan Derry pun beranggapan bahwa semua kesalahan ini memang oleh wanita bernama Cloris itu, yang harus membuat Irene dan Ero berpisah.
"Kalau masalah itu sebaiknya kau bicarakan saja pada Ero," Jerry tak berhak memutuskan bahwa Irene tak boleh bersama Ero, karena ia mengerti jika Ero sudah mencintai seseorang maka masa bodoh dengan apa yang terjadi.
"Jadi kau mau kembali pada Ero? Kembalilah Ren, Ero begitu menyayangimu," ucap Jerry to the point
"Oh tentu, aku akan kembali pada Ero, tapi aku ingin melihat wanita menyebalkan itu sakit dahulu, bukankah jika aku tidak mau kembali dia akan terus disiksa?" Irene membatin dalam hati.
"Irene," suara mereka membuyarkan lamunan Irene.
"Oh, aku tidak percaya bahwa Ero menyiksa wanita itu, sebelum aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri," wanita ular itu sengaja berbicara seperti itu agar bisa melihat secara langsung.
"Kau percaya atau tidak terserah, yang jelas kita berdua sudah jujur, tapi jika kau ingin benar-benar yakin maka ikutlah kita di Villa pribadi Ero," Derry menjawab dengan datar.
**********
Piero mengajak Cloris di Mansion miliknya dan bertemu Papanya Tn. Pieytro Magenta D'rajor, Ero terus mengandeng tangan Cloris memasuki kamar papanya.
"Hai budak, katakan pada papaku bahwa kita tidak akan pernah menikah," bisik Piero dan mendorong tubuh Cloris di ambang pintu.
Cloris hanya diam tak menjawab, namun tubuhnya mampu masuk ke dalam kamar karena paksa Piero.
Saat memasuki kamar Tn. Eytro langsung memandang wajah Cloris dan terkadang mata Tn. Eytro bergerak ke atas seperti seseorang yang mencoba mengingat wajahnya.
"Selamat malam Tn. Pietro...Tn. Pieytro maksudku," sapa Cloris dengan senyum.
"Kau kekasih Ero? Kemarilah gadis cantik," Cloris berfikir bahwa Tn. Pieytro sama seperti Ero yang ganas, sadis, bahkan kejam, namun ternyata tidak, Tn. Pieytro sungguh menyambut dirinya dengan baik.
Cloris juga tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, ia mendekati Tn. Eytro dengan menambah senyuman manisnya, "maaf , apa kondisi Anda baik-baik saja?" Tanya Cloris.
"Aku sedang memikirkan mu, jadi sudah berapa bulan usia kandungan mu?" tanya Tn Eytro.
Cloris memikirkan sejenak, kira-kira ukuran berapa bulan untuk perut yang belum membuncit, "2 Minggu, ya benar... usia kandungan ku 2 Minggu,"
Tn. Eytro menganggap itu benar karena belum membuncit sama sekali.
Setelah beberapa menit mereka berdua berbincang, Piero pun memasuki kamar papanya dengan wajah masam.
"Pa.. jadi papa sudah mendengar kan semuanya, kita tidak ada ap-"
"Oh yah, papa sudah mendengar Ero, bahwa usia kandungan ku 2 Minggu," Cloris memotong ucapan Ero.
Lelaki itu mengernyitkan dahi tak mengerti, "aku tidak paham apa maksudmu?"
"Jadi kapan kalian menikah?" Tanya Tn. Eytro dengan tangan memegang dadanya dan sedikit terbatuk.
Piero melirik sejenak Cloris, kini ia sudah mengerti bahwa Cloris tak mengatakan yang dia inginkan, "oh... rupanya kau ingin menambah emosiku.. baiklah budak Sex.. lihat saja nanti," Piero membatin, ia pun langsung menarik tangan Cloris keluar dari kamar.
*************
Ero membawa Cloris kembali berada di Villa pribadi, tetapi sesampai di depan villa Piero melihat kedatangan Jerry, Derry dan orang tersayangnya, Irene sudah menunggu di luar.
"Irene, sayang," Piero memeluk dengan sangat erat.
"Lepaskan aku Ero, jangan memelukku," Ucap Irene sedikit berjual mahal.
Piero menyuruh mereka masuk terlebih dahulu di dalam, walaupun Cloris tak di pedulikan oleh Piero karena kehadiran Irene ia tetap mengikutinya dari belakang.
Piero begitu erat memeluk Irene seakan tak ingin kehilangan, ia marah ketika mendengar Irene tidur dengan pria lain, tetapi Irene juga membalikkan keadaan dengan berkata bahwa Ero sudah meniduri wanita penghancur yang ada di depannya.
Cloris bisa Mendengar itu semua, dan seketika otaknya berfikir bahwa mungkin saja Irene mengetahui status dirinya apa di mata Piero, pasti kedua teman nya yang memberitahu, karena melihat dari tatapan Irene yang seakan mengejek sangat menonjol.
"Aku tidak mau kembali padamu Ero, hatiku sudah terlalu sakit," Ucap Irene meneteskan air mata palsu.
Nice... nice... sekarang feeling Cloris sudah tak dapat di ragukan, Irene sengaja mengatakan itu agar dirinya semakin lama tertahan oleh Piero.
Cloris mendekati kedua pasangan tersebut dan menatapnya dengan malas, " kembalilah padanya Irene, kenapa kau tidak ingin kembali? Apakah kau sudah tahu yang sebenarnya?" Ucap Cloris begitu ketus.
"Hai... diamlah!" bantah Piero.
Irene tersenyum sedikit di bibirnya, ternyata yang dikatakan oleh Jerry dan Derry adalah kebenaran, "Ero, berapa kali kau meniduri wanita jalang ini?"
Cloris merasa tak terima disebut jalang, bukankah dia sendiri yang jalang, "Jalang teriak jalang, sungguh memilukan," senyum Cloris menggoda menantang.
"Kau lihat Ero, dia sungguh keterlaluan mengatakan aku jalang, apakah kau hanya diam saja,"
"Kau... ayo cepat meminta maaf pada Irene," paksa Ero pada Cloris.
"Tidak akan,"
