My Best Villian| 6
Jerry memencet bel Apartemen Irene, Derry dibelakang bersama Piero dan Cloris yang juga menunggu Irene membukakan pintu.
"Katakanlah pada kekasihku jika kita bukan siapa-siapa," ucap Piero dengan menekan lengannya, Cloris hanya diam tak menjawabnya.
"Ero mau apa kau kesini," Tanya Irene membuka pintu dan matanya syok melihat Piero sudah di depan pintu.
Piero menerobos pintu masuk Irene begitu saja dengan menarik tangan Cloris, "ayok jelaskan pada kekasihku siapa kau,"
"Untuk apa kau mengajak orang yang sudah kau hamili Ero," Irene menatap tidak suka.
Jerry dan Derry ikut memasuki apartemen Irene dan langsung duduk, melihat sedikit pertengkaran antara keduanya.
"Irene, percayalah dia bukan kekasihku," Piero hendak mencium Irene namun Irene memundurkan langkahnya, "jangan mencoba mencium aku Ero, hubungan kita sudah selesai,"
"Ehm.. yaa .. kita tidak ada apa-apa, aku ingin menjelaskan bahwa kemarin hanya salah faham," ucap Cloris tanpa menatap mereka.
"Apa? Salah faham, Ero jelaskan padaku siapa dia," Irene mengamati setiap tubuh Cloris, sedikit ada rasa iri karena tubuhnya benar-benar indah.
Piero memeluk Irene dari belakang Begitu mesra, "Aku tidak kenal padanya, sudahlah Irene kau percaya padaku kan?"
"Dasar jalang, bisa-bisa nya mengakui tunanganku sebagai kekasihmu," Irene menampar pipi kanan Cloris.
"Kau menamparku?"
Cloris berbalik menampar Irene namun ada tangan yang mencegahnya, "meminta lah maaf pada Irenez" perintah Piero.
"Tidak akan, tidak pernah, karena dia yang menamparku," Cloris meludahi wajah Irene dengan begitu berani.
Sontak hal itu membuat Irene mengeram kesal karena sudah di ludahi, "kau, berani-beraninya meludahi ku,"
"Ero bahwa hewan peliharaan mu ini keluar," teriak Irene.
"Yah, tenanglah jalang aku akan keluar," teriak Cloris tersenyum.
Piero merasa bahwa wanita ini sama-sama memiliki watak yang keras, "Irene tenanglah aku akan selesaikan ini terlebih dahulu,"
"Kau adalah lelaki bodoh Ero, tidak bisakah kau melihat ada bekas kondom disana, itu artinya dia habis bercinta dengan lelaki lain," Cloris memberi gerakan mata pada atas ranjang, dan Piero pun meliriknya.
Piero menatap Irene yang menunduk "Irene kau mengkhianati ku,"
"Tidak Ero aku," Irene binggung mencari sebuah alasan.
"Jerry dan Derry selidiki siapa lelaki itu,aku ingin membawa wanita ini pergi dahulu,"
Piero pergi meninggalkan apartemen Irene, menarik pergelangan tangan Cloris, "Ero lepas," teriak Cloris.
"Diam kau! kau tidak menyelesaikan masalah, kau menambah masalah," tanganya terus menarik paksa Cloris berjalan cepat.
Setiba sampai di dalam mobil lelaki itu melempar tubuhnya di dalam jok belakang, Piero yang duduk di depan menjalankan mobilnya dengan cepat.
"Kemana kita?" tanya Cloris mencoba bangkit dari posisi.
"Diam dan lihatlah," lelaki itu menambah kecepatan mobil.
Piero mengemudi mobilnya dengan melewati jalan yang sepi, sangat sepi bahkan tak ada satupun orang yang berada di kawasan tersebut.
Cloris mengamati kiri dan kanan, tak ada seseorang, Piero menghentikan mobilnya mengunci jendela mobil , tubuhnya meloncat kebelakang dan menaiki tubuh Cloris.
"Apa yang kau lakukan," tanya Cloris cemas.
"Menyetubuhimu,"
Piero mengangkat rok pendek Cloris yang tak memakai celana dalam, dimasukkan jarinya dan menekannya, "kau membuatku frustasi, sekarang kau harus melayaniku,"
"Jangan Ero," Cloris menepis setiap cumbuan yang di berikan padanya.
Telapak tangan Cloris menutup bibirnya agar lelaki itu tak bisa menyentuh bibirnya, "eemmh.."
"Kenapa? Kau tidak berhasil membuat Irene kembali padaku," Piero mengangkat kedua tangan Cloris hingga terbentur kaca mobil.
"Masih sakit, kau lupa apa yang kau lakukan padaku malam itu," matanya berkaca-kaca ingin mengeluarkan cairan bening.
Piero melepas resleting celananya, memplorotkan celana dalamnya, tangan Piero melebarkan kedua paha Cloris, kaki kanan Piero di selipkan pada sendenan jok mobil, sedangkan kaki kiri di biarkan tergelentang di bawah.
Terlihat alat kewanitaannya sedikit memerah, ia tak memperdulikan itu semua, ia menggesekkan penisnya di bibir vagina Cloris, lalu memajukan sedikit, "hentikan Ero, perih," mata Cloris terpejam beberapa detik.
"Agh.. Ero lepaskan," rasa perih itu kembali muncul di area selangkangan Cloris.
"Aku suka sempit ini, oohh, aku akan melakukannya setiap hari agar kau tidak sakit lagi, begitu kan budak sex?" Piero meremas buah dada Cloris.
Tubuh Piero terus mengocok liang kewanitaan Cloris tanpa henti, mempercepat nya hingga lebih cepat tanpa ampun, Piero melihat air mata Cloris yang semakin deras, mungkin itu adalah hal yang paling ia sukai melihat air mata itu jatuh.
"Ero cukup, aku lapar," Suaranya sedikit serak.
"Oohh, aahh, sempit sekali," Piero memajukan penisnya hingga benar-benar masuk seluruhnya.
Piero menghisap lehern Cloris, mengigit nya sesekali, "aahkk.. Ero hentikan,"
Ia menembakan cairan putihnya ke dalam rahim Cloris, "aaaagghhhhh," teriak Piero penuh nikmat.
"Ero kenapa kau mengeluarkan nya di dalam?" Tubuh Cloris mengejang begitu hebat.
Piero tak menjawab, ia membenarkan resleting nya kembali hingga rapi seperti seperti semula, "rapikan pakaianmu, kita makan,"
Ia beralih duduk ke depan, memakai sabuk pengaman, "rapikan pakaianmu," perintah Piero sebelum menyalakan mesin mobil.
Piero melempar sekotak tisu di belakang, "bersihkan cepat,"
Cloris mengambil beberapa tisu tersebut dan mengelap alat kewanitaannya dengan pelan, tapi matanya masih menangis meneteskan air mata.
~
Piero sudah duduk memesan beberapa makanan dan minuman di meja, "makanlah, aku tidak ingin kau mati sebelum kau membuat Irene percaya," ucap Piero.
Cloris tak menjawab ia meneruskan memakan dengan lahap .
Piero merasa kesal karena Cloris tidak menjawab nya, ia melihat bawah meja dan sekeliling ruangan, tepat sekali karena meja tersebut tertutup dan tidak terbuka.
"Kemarilah, kau makan di sampingku!" perintah Piero.
"Apa?"
"Kemarilah aku ingin menyuapi mu," ucapnya sekali lagi .
"Tidak mau," Cloris sudah merasakan bahwa hal itu tidak terjadi dengan baik.
"Baiklah, lihat ini," Piero berdiri dari duduknya, mengambil satu buah sosis mendekati Cloris, ia memeluk tubuh Cloris dari belakang, "istriku... makanlah yang banyak yaa," ia sengaja mengeraskan suaranya agar orang tidak merasa curiga.
"Ero apa yang kau lakukan,"
"Ahk.. agh .. Ero.." Cloris merasa ada sesuatu memasuki alat kewanitaannya.
Lelaki itu menancapkan satu buah sosis tersebut di dalam vagina Cloris, namun tidak seluruhnya penuh, "jangan melawan ku, jangan bermain-main denganku, aku tidak suka di bantah, kau mengerti,"
Cloris merasa sudah cukup di permalukan olehnya ia pun berteriak dan meminta tolong, dan salah satu pelayan pun datang, "maaf nona apa ada yang bisa saya bantu," tanya pelayan tersebut.
"Tidak ada, kembali lah, istriku sedang mengandung, mungkin istriku sedikit tegang," jawab Piero, pelayan itu pun mengangguk dan pergi.
"Ero, lepaskan aku, aku akan membuat Irene kembali padamu, secepatnya....secepatnya..." ucap Cloris lirih.
"Yah, karena semakin cepat itu semakin baik," Piero mengecup pucuk rambut Cloris.
Piero pun meletakan uang di atas meja, "ayo kita pergi,"
"Ero bagaimana aku bisa berjalan jika, jika kau memasukkan -"
"Berdiri cepat," Piero memotong perkataannya.
Cloris menggelengkan kepalanya, "aku tidak bisa,"
Lelaki itu menarik lengan Cloris dan menarik tubuh Cloris begitu saja meninggalkan tempat makannya.
"Hentikan, cukup Ero," teriak Cloris saat mereka berdua berada di luar ruangan.
Plak...
Cloris menampar nya dengan keras "kau ingin mempermalukan aku? Aku akui aku bersalah waktu menganggu pertunangan mu, tapi harusnya kau mengerti perasaan ku dan apa yang aku rasakan"
"Aku tidak perduli apa yang kau rasakan, karena aku hanya butuh tangisanmu bukan ketulusan mu, aku hanya butuh tubuhmu, bukan cintamu.. ingat itu!" tegas Piero.
Cloris akan mengingat perkataan lelaki tersebut, dan saat ini yang harus ia lakukan adalah membuat Irene kembali padanya, ia ingin segera bebas dari lelaki psikopat tersebut.
