Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Kejadiannya

Terlihat banyak orang yang berkerumun melihat apa yang terjadi, si gadis kecil melihat sekelilingnya dan tidak menemukan sang adik. Saat itu dia berpikir jika mungkin sang adik berada dalam salah satu kerumunan itu, jadi tanpa pikir panjang dia langsung berjalan menuju kerumunan itu. Si gadis terkejut setengah mati setelah mendekat dan mendapati sang adik terkapar berlumuran darah di sekujur tubuhnya, gadis kecil itupun berlari mendekati adiknya sambil menangis dan menggoyangkan tubuh adiknya lembut berharap sang adik sadar.

Tak lama kemudian suara sirine mobil ambulans terdengar, dan kemudian membawa sang adik menuju rumah sakit. Di dalam ambulans seorang perawat memasang selang oksigen pada adik gadis kecil tadi, namun tiba-tiba si perawat mengatakan jika sang adik tidak bernafas.

Dia seketika menjerit ketakutan perawat itu kemudian memberikan pertolongan pertama pada sang adik, wajah gadis kecil itu pucat rasa takut benar-benar menghantuinya.

Bagaimana jika sang adik meninggal? Atau bagaimana dia bisa menghadapi kedua orangtuanya?

Sesaat kemudian setelah mendapatkan pertolongan pertama dari sang perawat akhirnya si adik kembali bernafas, si perawat mengatakan padanya jika sang adik kembali bernafas membuat sang kakak bisa sedikit bernafas lega. Sampainya di rumah sakit, adiknya langsung mendapatkan perawatan di ruangan ICU karena keadaannya yang sangat kritis. Lima belas menit kemudian, kedua orangtuanya datang bersamaan dengan dokter yang keluar dari ruang ICU.

Kedua orangtuanya langsung menyambut si dokter dengan raut wajah pucat dan muram, dokter melihat wajah sepasang suami istri itu dengan wajah yang sendu.Dengan berat hati mengatakan jika sang putra telah meninggal dunia karena kehabisan banyak darah akibat benturan yang sangat keras di sekujur tubuhnya. Ibu yang mendengar keadaan putranya langsung jatuh pingsan, beruntung ada seorang perawat yang hendak masuk ruangan itu sempat menangkap tubuh wanita yang baru saja ditinggalkan oleh putranya. Sedang sang Ayah tidak memperdulikan istrinya langsung berlari memasuki ruang ICU kemudian memeluk tubuh tanpa nyawa putranya yang masih terasa hangat itu sambil menangis terisak hatinya begitu pedih dan serasa remuk.

Sang adik dimakamkan di hari yang sama, sepulang mereka dari pemakaman sang adik. Si gadis kecil itu mulai merasakan perubahan sikap dari kedua orang tuanya. Bahkan dia tidak mendapatkan pelukan dari kedua orang tuanya selama masa berkabung, di hari selanjutnya mereka bahkan tidak menyapanya sama sekali.

Setelah hari berkabung, mereka kembali ke Mansion tempat mereka tinggal. Saat si gadis kecil hendak masuk ke dalam kamarnya dengan tiba-tiba si Ayah datang dan menyeretnya ke halaman belakang Mansion disana mereka menghajar si gadis kecil dengan sebuah tongkat kayu dan mengenai tepat pada kakinya, kemudian si Ayah menghantamkan si gadis kecil pada tembok dengan kerasnya hingga darah mengucur dari kepalanya, dia menangis kesakitan,. Beberapa saat kemudian sang Ibu datang, matanya terlihat sendu. Berharap sang Ibu akan menolongnya, namun ternyata si Ibu malah menyiramnya dengan air yang di penuhi dengan es batu, hari itu rasa cinta dan kasih sayang dari kedua orangtuanya yang selama ini dia rasakan, rasanya sudah lenyap begitu saja.

Si gadis kecil itu sebenarnya tidak begitu mengerti karena masih terlalu kecil untuk memahami mengapa kedua orangtuanya berlaku demikian padanya.

Penyiksaan yang dirasakan oleh si gadis tidak serta-merta berakhir begitu saja, dia masih terlalu polos saat itu. Setelah disiksa oleh kedua orang tuanya gadis kecil itu menangis hingga terlelap dan bangun karena merasa lapar. Dia tidak menemukan apapun kecuali sepiring nasi basi, akhirnya si gadis kecil itupun memakan nasi basi itu di dapur, dia tidak berani mengeluh, karena takut akan kembali di pukuli oleh mereka.

Bagi keluarga Yamasaki, apapun yang terjadi. Nama baik keluarga Yamasaki harus tetap terjaga dengan baik, akhirnya dengan keadaan terpaksa kedua orangtua si gadis kecil itu harus menyekolahkannya, dan berpura-pura menyayanginya layaknya keluarga harmonis yang selalu bahagia saat berada di hadapan banyak orang agar orang-orang terus memuji keluarga Yamasaki dan selalu menatapnya dengan penuh rasa iri dengan kebahagiaan dan keharmonisan keluarga mereka.

Setiap pulang sekolah, si gadis kecil itu akan langsung pergi ke dapur untuk menikmati makan siangnya dengan yaitu menu nasi basi spesial yang berhasil membuatnya mampu bertahan menyambung hidupnya selama ini. Perutnya sudah tidak sakit lagi, mungkin perutnya sudah berhasil beradaptasi dengan keadaan.

Hari demi hari terus di laluinya dengan rasa sakit di tubuhnya akibat pukulan dari Ayah atau Ibunya yang sudah tidak dia perdulikan lagi, baginya itu sudah menjadi bagian dari dirinya. Meskipun terkadang beberapa temannya bahkan gurunya sering bertanya mengapa di tubuh gadis ini banyak terdapat lebam, dia hanya mengatakan jika dia telah terjatuh atau itu terjadi karena dia terlalu lelah saja.

Alasan-alasan itu sebenarnya ganjil untuk semua orang, tapi saat kedua orangtuanya dipanggil ke sekolah oleh guru wali kelasnya, sebenarnya orang tuanya tidak bisa mengelak. Namun mereka berhasil lolos karena dengan pandainya si gadis kecil menutupi apa yang telah dilakukan kedua orangtuanya padanya.

Hal ini membuat wali kelasnya tidak bisa mengatakan apa-apa lagi selain mempersilahkan mereka pulang begitu saja, meski begitu hal yang sama masih terus terjadi dan pemandangan itu terus terlihat oleh orang-orang di sekitar si gadis kecil.

Namun apa daya, si gadis kecil selalu menutupi lukanya dengan sempurna.

Setiap hari si gadis kecil harus bangun pukul tiga pagi hanya untuk membersihkan seluruh mansion itu sendiri sebenarnya mansion itu memiliki sekitar dua puluh pelayan, namun apa yang dia lakukan pada anaknya sungguh membuat mereka merasa miris, perlahan si Ibu memberhentikan semua pelayan dan menyisakan seorang pelayan saja untuk memasak. Sedang pekerjaan lain adalah tanggungjawab si gadis kecil.

Tiada hari tanpa perlakuan kasar dari kedua orangtuanya. Di tambah lagi ketika ada tamu yang berkunjung, maka kedua orangtuanya akan berubah mendadak 360 derajat, dan apabila dia memperlihatkan wajah sedihnya dihadapan tamu. Maka dia akan di hukum semakin berat. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, hingga akhirnya tahun berganti tahun si gadis akhirnya kini berusia tiga belas tahun dan duduk di sekolah menengah pertama.

Gadis kecil itu bernama Yuki Yamasaki, Yuki yang dulunya hanya seorang gadis kecil sekarang telah bertumbuh menjadi gadis muda cantik dan berhati lembut meskipun perlakuan buruk tidak pernah berhenti mendekapnya.

Meskipun hidup selama bertahun-tahun dalam ketidakadilan dan luka, karena kedua orangtuanya yang selalu bersikap buruk padanya, namun itu tidak lantas membuat dia membenci kedua orangtuanya. Lambat laun dia mulai memahami alasan mengapa kedua orangtuanya menjadi sangat membencinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel