6
"Apa lo juga merasakan rasa sakit ini?" tanyanya sambil meraih tangan gue yang sudah berubah posisi menjadi berada di dadanya yang bisa gue rasakan detak jantungnya yang berdetak sangat cepat seperti yang gue rasakan saat ini.
Gue mengangguk menjawabnya. Gue memang merasakan sakit yang amat dalam di hati gue, dan gue nggak tau sama sekali kenapa itu bisa terjadi. Yang jelas, saat ini mata gue terpejam setelah merasakan benda kenyal yang menyentuh bibir gue dan melumatnya lembut.
Gue nggak berontak, apalagi mendorongnya menjauh agar ciuman yang saat ini terjadi segera terlepas. Gue malah membalas ciuman itu 3 detik setelahnya dan membuat satu mata gue mengeluarkan air mata karena rasa sakit yang gue rasakan.
Ciuman itu berlangsung lama. Nggak ada tambahan kecepatan apapun yang kami lakukan selama berciuman. Kami melakukannya dengan perlahan sambil terus menghayati yang kami rasakan masing-masing. Perasaan sedih yang kami rasakan kini perlahan menghilang seiring bertambahnya waktu ciuman kami yang masih terjadi.
Kini gue bisa merasakan asin karena air mata yang gue keluarkan tadi. Namun sepertinya gue salah. Rasa asin itu bukan berasal dari air mata gue aja. Melainkan air mata Askar yang juga mengalir begitu gue membuka mata gue dan melihat kedua pipinya yang basah.
Perasaan canggung pun segera terjadi saat Askar membuka matanya dan menatap gue dengan tatapan sendu yang entah gue sendiri nggak tau itu kenapa. Yang jelas, itu nggak seberapa, di bandingkan dengan suara benda jatuh yang ngebuat gue maupun Askar menoleh ke asal suara yang ternyata disana terdapat sosok Diki yang terdiam di tempatnya dengan satu tangan yang menutupi mulutnya yang terbuka lebar.
Gue panik. Gue langsung aja mendorong tubuh Askar menjauh dan berjalan mendekat ke arah Diki dan berusaha menjelaskan tentang apa yang baru saja dia saksikan.
"Ki...ini..nggak seperti yang kamu pikirkan kok. Kami berdua, ehh..itu..." ucap gue yang sulit untuk menjelaskan bagaimana agar Diki tidak salah paham dan menilai gue jelek di matanya.
"Kami berdua pacaran. Dan kehadiran lo ganggu suasana. Lo bisa pergi?" ujar Askar yang entah kenapa sangat berbeda dari nada saat berbicara sama gue. Tapi gue nggak mementingkan itu. Gue berbalik kepadanya dan melotot galak menatapnya.
Diki terlihat terkejut.
"Maaf, Kak. Maaf saya ganggu. Kalo gitu saya pergi dulu, ntar 20 menit lagi saya balik." ujarnya cepat. Lalu belum sempat gue panggil namanya dia udah ngacir duluan dan meninggalkan gue yang geram dengan ucapan Askar yang bikin suasana tambah kacau.
Gue berjalan ke arahnya dan detik berikutnya gue pun memukulnya kuat di bagian bahunya. Dia mengerang dan menatap nggak terima ke arah gue.
"Apa!?" galak gue saat melihat matanya yang dibuat-buat sedih.
"Udah. Sekarang cepet lo pergi dari sini. Ciuman tadi nggak ngerubah apapun sama keputusan gue." ujar gue dan kembali mengusirnya.
"Jangan gitulah. Gue kan emang niatnya pengen tau aja. Setelah tau gue bakal turutin apa yang lo ucapin kok. Janji." balasnya sambil mengangkat kedua jarinya sebagai sinyal janji yang ia ucapkan.
Gue menggeleng, dan kemudian ingin kembali menjawab.
"Nggak bisa. Rumah gue nggak muat untuk nampung satu orang la--"
"Pap-pah..." ucapan gue terpotong begitu suara Trina bisa gue dengar begitu jelas di gendang telinga gue. Gue menoleh kebelakang gue, dan benar saja, ada Trina di sana dengan piyama dan rambut berantakan sehabis bangun tidur.
Ia mendekat ke arah gue, namun setelah matanya menangkap sosok Askar ia beralih ke arah bocah itu setelah sebelumnya menyebutkan kata Ayah dengan gembira.
"Ayahhh.." ucapnya jelas, lalu berlari kecil ke arah Askar.
Askar yang melihat itu tentu saja seneng. Dia malah berjongkok dan menerima rentangan tangan Trina untuk di gendongnya. Setelah itu dia pun menoleh ke arah gue sambil tersenyum mirip seakan mengejek gue yang gagal mengusirnya.
"Tolong bawain koper gue ya, Kakak." ucapnya ngeselin, lalu kemudian berlalu masuk ke dalam dan meninggalkan gue yang mencak-mencak sendiri sambil menatap kedua koper besar yang sayangnya koper tersebut terlihat mahal.
Haahhhhhh musibah apa lagi ini Tuhan....
