Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4

Sementara gue sendiri yang mendengar pernyataannya terdiam. Gue nggak menyangka kalo dia merasakan hal yang sama dengan apa yang gue rasakan. Gue juga merasa kalo gue sama dia memiliki ikatan. Tapi itu nggak mungkin kan? Gue nggak kenal dirinya. Bahkan selama gue disini dan sering bolak-balik itu sekolahan, baru kali ini ketemunya. Terus kenapa gue bisa ngerasain hal kayak gitu. Lebih parah lagi si Trina memanggil Askar sebagai Ayah.

Pemikiran itu berhasil membuat gue tersadar. Gue menatap Askar yang masih menatap lantai dan gue memperhatikan wajahnya baik-baik. Gue membanding-bandingkan wajahnya dengan wajah Trina mencari kemungkinan adanya kemiripan di antara keduanya. Namun detik berikutnya gue langsung menggeleng kuat.

Itu nggak mungkin. Wajah mereka nggak ada yang mirip. Apalagi posisinya dia lebih muda dari gue. 3 tahun lagi selisihnya. Nggak mungkin kan gue hamil sama anak sekolahan? Jelas nggak mungkin. Gue udah gila berpikiran kalau dia adalah Ayah dari Trina.

"Gue merasa ada yang nggak bener. Dan gue pengen mencari tau tentang hal itu. Apa gue boleh melakukannya?" tanyanya setelah diam beberapa saat.

"Hah? Maksudnya?" balas gue.

"Gue mau mencari tau maksud dari perasaan gue ini. Sekarang gue bahkan ngerasa deg-degan ngomong dan bertatapan langsung sama lo kayak gini. Dan itu dalam hal yang baik. Gue merasa senang yang gue sendiri nggak tau kenapa. Jadi gue minta izin sama elo untuk mencari tau alasannya. Boleh?" jelasnya. Dan lagi-lagi dia mengucapkan kalimat yang sama dengan apa yang gue rasakan.

"Oke. Gue ijinin. Tapi lo mau ngelakuinnya dengan cara apa?" tanya gue. Gue pun juga penasaran sebenarnya.

"Gue bakal tinggal disini sampai gue tau jawabannya." ujarnya enteng.

"Hah!?"

"Nggak ada, nggak ada! Itu mah namanya lo modus. Cara macam apa itu main pengen tinggal disini segala. Gue kenal lu aja kagak. Ngobrol aja cuma gegara firasat yang nggak jelas. Nggak nggak nggak. Ntar tau-taunya lo orang jahat lagi." balas gue langsung dan menolak gagasannya.

"Udah ah sana. Lo balik sekolah. Ganggu waktu gue aja lo." tambah gue dan bangkit dari duduk gue.

Gue berniat pergi dan beranjak dari sana. Namun gue gagal melakukannya karena Askar menahan tangan gue dan membuat gue berhenti melangkah saat itu juga.

Gue ingin berbalik dan bersiap untuk memarahinya. Namun gue kembali gagal, karena dengan tiba-tiba Askar memeluk gue erat dan menempelkan telinga gue ke dadanya yang berdetak cepat yang sangat jelas gue dengar dan gue rasakan. Gue terdiam mendengar detakan itu yang seirama dengan detak jantung yang gue rasakan. Apalagi saat Askar berkata dengan suara yang lembut yang menyapu gendang telinga gue dengan indahnya.

"Gue bener-bener merasakan hal yang ngebuat gue pengen mencari taunya, Kak. Dan gue mohon sama elo untuk ngijinin gue melakukan hal itu dengan cara yang gue ajukan tadi." ujarnya.

Mendengar dia menyebut nama gue dengan sebutan Kak, apalagi dengan nada yang lembut membuat gue nggak ada pilihan lain selain mengiyakan permintaannya. Gue sendiri nggak tau gue mengiyakan permintaan itu menggunakan logika gue atau perasaan gue. Tapi yang jelas, gue merasakan kenyamanan yang nggak bisa gue jelaskan begitu gue merasakan pelukan hangat yang Askar lakukan terhadap gue.

Dan gue nggak ingin hal ini cepat berakhir. Walaupun itu cuma mimpi.

Trina.... Maafin Mamak Nak, udah gatel begini sama cowok lain. T.T

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel