Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3

"Ada apa, Yan?" tanya gue begitu sudah menjaga jarak dengan pintu kamar.

"Itu Kak. Si Dimas nyariin Kakak, dia bareng temennya." jawab Fian. Gue yang mendengarnya mengangkat satu alis gue sambil memikirkan apa yang membawa Dimas ke restoran di jam sekolah seperti ini.

"Oke, yuk ke depan." ujar gue, lalu mendahuluinya untuk masuk ke dalam restoran. Setelah sampai, gue pun melihat kesekitar untuk mencari sosok Dimas yang ternyata duduk nggak jauh dari pintu keluar. Dia menatap gue tersenyum dan gue segera membalasnya. Setelahnya gue pun melirik punggung cowok yang duduk tepat di depan Dimas, posisinya membelakangi gue sehingga gue nggak bisa melihat wajahnya.

Nggak mau membuang waktu lebih lama, gue pun akhirnya melangkahkan kaki gue menuju meja yang di tempati Dimas. Dan nggak butuh waktu lama juga bagi gue untuk menghampirinya karena setelahnya gue udah berdiri di meja tempat Dimas duduk dan tersenyum ramah untuk menyambut dia dan juga temannya yang bernama Askar. Terlihat dari name-tag yang dia kenakan.

Dalam sedetik otak gue langsung sadar. Nama itu belum lama ini ada dalam pikiran gue, dan sekarang sosoknya sudah berada di hadapan gue dengan ekspresi penuh tanya yang menghiasi wajahnya.

"Oke. Gue balik ke sekolah ya, Kar. Orang yang lu cari udah ada di depan lu noh." ucap Dimas yang udah berdiri dari duduknya. Setelah menerima anggukan dari Askar, dia pun langsung keluar setelah sebelumnya menepuk bahu gue sebagai tanda perpisahan.

Sepeninggalan Dimas, suasana jadi terasa canggung dan hening walaupun saat ini restoran sedang dalam pengunjung yang lumayan ramai. Namun itu nggak berlangsung lama, karena gue lebih tua disini, jadi gue tersenyum ramah dan mengambil alih tempat duduk Dimas yang ia duduki barusan. Setelahnya gue menatap ke arah Askar dan bersiap bertanya.

"Jadi, ada apa kamu nyari aku, Dek?" tanya gue berusaha sesopan mungkin.

"Bicara santai aja. Dan jangan panggil gue adek. Lu nggak setua itu kan?" balasnya dan cukup membuat gue speechless untuk beberapa saat.

Gue kira nih anak sifatnya kalem yang gue liat dari mukanya. Eh sekali ngomong, songongnya kelewatan. Dia bilang apa barusan? Gue nggak setua itu buat pantes manggil dia adek? Dia pikir umur gue berapa? 17 tahun? Iya, 2 tahun yang lalu gue umur segitu. Tapi kan sekarang gue udah 19 tahun. Dimas pun umurnya 16 tahun, dan cowok ini temennya Dimas jadi kemungkinan mereka seumuran. Jadi pantes dong kalo gue manggil dia Dek? Tapi...tapi...kenapa diaaa... Argh.

"Oke. Kita ngomong santai. Jadi lo ada urusan apa nyariin gue?" tanya gue yang jadi jutek karena ngerasa orang ini nggak respek sama orang yang lebih tua. Jadi buat apa gue respekin dia juga?

"Gue nyariin lu buat bicarain Adek lo yang meluk kaki gue tadi di sekolah." ujarnya. Gue yang mendengarnya pun langsung terdiam dan teringat kejadian Trina yamg memeluk Askar dan menyebutnya sebagai Ayah.

Gue juga sempet mempertanyakan hal itu, dan mungkin ini saat yang tepat untuk membicarakannya dengan Askar. Tapi... Dia bilang apa tadi? Adek gue!?

"Sorry. Tapi yang meluk lo tadi itu anak gue. Bukan adek gue." ujar gue.

Dia terlihat sedikit membesarkan matanya begitu gue mengucapkan kalimat itu. Setelahnya dia kembali memasang wajah biasa lalu melipat kedua tangannya di dadanya.

"Terserah. Bukan itu inti yang mau gue omongin. Yang mau gue tanyain itu, kenapa dia bisa manggil gue Ayah?" tanyanya.

Mendengar pertanyaan itu, gue segera memutar otak untuk menjawabnya se-masuk akal mungkin agar Trina nggak di salahkan dalam hal ini.

"Mungkin karena muka lo kayak bapak-bapak kali. Makanya dia manggil lo BAPAK." ucap gue dengan nada yang gue buat se-meyakinkan mungkin.

Askar terlihat nggak terima, dia mengerutkan dahinya menatap gue lalu menghembuskan napasnya karena mungkin merasa kalo wajahnya memang kayak amang-amang.

"Gue serius. Pas anak itu manggil gue Ayah, hati gue kayak bergetar dan degdegan. Apalagi pas kita tatapan. Gue kayak ngerasa ada sesuatu ikatan yang gue sendiri nggak tau apa itu. Gue nggak kenal elo, bahkan ini kali pertama kalinya kita ketemu. Tapi kenapa gue bisa ngerasain hal kayak gitu?" ujarnya, dengan mata yang memandang ke arah lain.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel