Chapter 3: Party
Zach
Renata Baldwin mengundang aku dan Louis untuk hadir di acara ulang tahun sekaligus pertunangannya dengan Billy. Hal mengejutkan karena akhirnya wanita itu memutuskan untuk menikah dengan seorang pria. Renata merupakan sahabat baik mantan kekasihku. Aku datang selain karena undangannya juga aku akan mempertanyakan dimana keberadaan kasihku setelah 3 tahun dia menghilang ditelan bumi. Aku tau hubungan kami sudah sepenuhnya selesai ketika dia pergi akan tetapi, aku ingin tau lebih dari alasan dia pergi karena pekerjaan.
Aku dan Louis berbicara dengan rekan kami. Sepertinya anak gadis Stevenson pun datang, aku hanya mengenal Althea yang disampingnya adalah wanita kemaren yang tidur denganku di ranjang? Apakah dia saudari Althea? Wajah mereka sekilas hampir mirip meskipun ada beberapa perbedaaan. Aku terus menatapnya yang terlihat bosan sementara, Althea berbincang asik dengan teman sebayanya.
"Lara Stevenson. Kakaknya lebih cantik akan tetapi, dia terlihat menggoda bukan?" Louis berbisik di telingaku, matanya mengarah ke kelompok para wanita yang berbincang dengan Althea.
"Mana yang kau sebut itu?" Tanyaku karena aku tak sepenuhnya mengerti tatapannya spesifik mengarah kepada siapa.
"Gadis yang tepat berada di samping Althea, itulah Lara. Adiknya Althea, seorang pengacara muda yang pandai dan berbakat." Dia menunjuk ke arah wanita yang semalam tidur denganku di ranjang. Aku sedikit terkejut karena aku tak pernah melihat adik Althea sebelumnya.
"Mengapa kau terlihat terkejut? Dia tenang. Bukankah dia gadis yang kau cari kemaren karena kau sempat tergila-gila dengan permainan ranjangmu itu? Dia sangat cantik, kan?" Tanyanya lagi memastikan bahwa apa yang dipikirkan benar menurutku.
"Entahlah, aku tidak tau. Hans menelponku karena urusan pekerjaan. Aku harus pergi dulu." Aku pamit keluar untuk mengangkat telpon penting dari Hans sekaligus untuk mengalihkan pembicaraan Louis. Aku tak suka jika ada yang ikut campur terhadap urusan pribadiku meskipun mereka adalah anggota keluargaku sendiri.
Dia melaporkan mengenai bisnis di tempat dan waktu yang tidak tepat. Pesta seperti ini membuatku sulit mendengar dengan jelas ucapan Hans karena musiknya diputar dengan sangat kencang. Sekilas aku memperhatikan tamu-tamu yang lain minum, berbincang dan beberapa berada di kerumunan untuk berdansa dengan pasangannya maupun orang lain secara acak yang mengajak mereka berdansa. Aku meminta Hans untuk menemuiku besok sebab aku tidak bisa mendengar dia melapor dengan jelas. Sekilas terdengar suaranya yang putus-putus mengatakan kerugian yang dialami. Aku bosan mendengar angka kerugian yang sama setiap tahunnya bahkan setiap bulan.
Hans dan rekan sudah mencoba menyelidiki semuanya. Siapa orang dibalik setiap penyerangan dan pencurian atas properti kami. Stevenson tidak mungkin melakukan hal itu sebab mereka mengalami hal yang sama atau hal itu yang dapat memicu untuk mencuri barang-barang yang dapat diimport di luar negeri dengan harga yang lebih mahal. Tidak ada bukti yang kuat jika Stevenson mengirim orang-orang untuk mencuri barang-barang milik Foster. Ketika Piers tertangkap, dia hanya mengakui bahwa dia mencontoh teknik yang digunakan Foster agar tetap terhindar dari hukum. Mereka seharusnya lebih tau karena Everly dan putrinya Lara adalah seorang pengacara. Bahkan mereka memiliki firma hukum sendiri.
Aku yakin Harry Stevenson menyekolahkan putrinya pada bidang hukum bukan tanpa sebab alasan yang jelas. Dia butuh pelindung, dia butuh seseorang yang dapat membantunya sebab kami pun melakukan hal yang sama. Mendiang nenekku Stella dan Rhea adalah seorang pengacara yang banyak membantu bisnis illegal milik Foster. Meskipun kami jarang melakukan hal itu karena untuk mencegah kecurigaan oleh aparat penegak hukum. Ketika melakukan perdagangan pun tak jarang kami mengalami kerugian. Namun, hal itu tidak sebanding dengan hasil dari perusahaan-perusahaan milik Foster yang telah legal.
Catatan kami bersih kecuali mendiang paman Franklin yang akhirnya dihukum penjara seumur hidup karena telah membunuh istri dan anaknya sendiri. Dia memiliki berbagai catatan kriminal yang menjadikan nama baik Foster sempat tercoreng. Aku tidak tau bagaimana kabarnya sekarang dia di penjara. Dia hadir terakhir kali pada pemakaman ayahnya, kakek Calvin yang meninggal karena dibunuh oleh orang misterius yang masih belum kami temukan namanya.
Aku kembali ke pesta setelah menelpon Hans, pestanya semakin meriah sementara, Lara tidak ada di gerombolan para gadis yang sedang mengobrol bersama Althea. Mereka sibuk tanpa memperhatikan kemana perginya Lara. Aku sedikit khawatir, bukan apa-apa hanya saja kami memiliki musuh yang sama, dia dapat dijadikan target untuk dibunuh sebab dia adalah seorang pengacara yang memiliki kekuatan.
"Kau melamun saja? Mengapa kita tidak coba keberuntungan untuk berdansa dengan para gadis? Siapa tau kita dapat menemukan jodoh." ucap Louis membangunkan lamunanku yang baru saja menemukan dimana letak Lara berada.
"Kau saja, aku tidak begitu tertarik dengan pesta ini. Kau tau, waktuku habis karena harus menemanimu datang ke pesta ini!" protesku kepadanya, aku seharusnya menyelesaikan beberapa pekerjaan di rumah.
Louis pergi sendirian menghampiri para gadis, dia berhasil mengajak Althea untuk berdansa dengannya. Dia tidak tau saja jika Althea sudah punya tunangan, dia tak pernah memperdulikan permusuhan di antara keluarga kami. Dia lebih suka kedamaian, fokus dengan hidupnya sendiri, pekerjaan dan wanita. Itu juga kami tidak memiliki masalah dengan anak perempuan Stevenson.
Louis sangat menikmati setiap gerakan bersama dengan Althea, keduanya tampak bahagia sementara, aku ingin menghampiri Lara yang dia tersandung lalu, jatuh pada pelukanku. Jantungku berdegup kencang ketika kedua mataku bertatapan dengan kedua matanya yang indah. Dia hanya melotot menatapku, masih terkejut ku rasa. Ketika Althea berlari menghampirinya, aku melepaskan pelukanku lalu, pergi untuk mengangkat telpon yang berdering beberapa detik yang lalu.
"Aku ingin berbicara hal penting denganmu akan tetapi, kau justru menghilang. Bukankah seharusnya kau masih bekerja malam ini?" Aku mengusap kepalaku karena terasa sedikit berantakan. Teriakan Papa begitu nyaring di telinga, dia tak akan pernah membiarkan aku menikmati satu pesta pun.
"Aku akan kembali beberapa menit lagi, acaranya masih belum selesai. Untuk menempuh jalan pulang pun memerlukan waktu yang lama, Pa. Lagipula, apakah besok tidak ada hari lain sehingga, kita harus membicarakan hal itu hari ini?" tanyaku kepadanya, dia terdengar tergesa-gesa untuk membicarakan sesuatu.
"Baiklah, aku akan menunggu sampai besok pagi di ruanganku setelah sarapan." Dia menutup telponnya tanpa pamit.
Aku menghampiri Lara yang masih berdiri agak jauh dari dimana tempat para tamu berdansa dan menikmati musik. Raut wajahnya terlihat kesal karena permintaannya ditolak oleh Althea. Aku sekilas mendengar dia meminta untuk segera pulang akan tetapi, dia berakhir berdiri melihat kakaknya menikmati pesta bersama teman-temannya. Aku berjalan menghampirinya yang sedang minum untuk menghibur rasa sepinya.
"Apa kau butuh teman minum?" Aku membawa minum yang ku ambil dari pelayan. Dia hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Kau tampak tidak menikmati pestanya, apakah kau tidak menyukainya?" Tanyaku kepadanya.
"Tidak, aku hanya butuh udara segar akan tetapi, Althea memintaku untuk diam disini. Aku sedikit bosan melihat mereka berpesta sementara, aku hanya disini saja." Jelasnya.
"Kita bisa berdansa bersama jika kau mau. Ini bukan pertama kali kau berpesta, tampaknya." Dia mengangkat dagunya menatapku, "Ya, memang bukan dan terima kasih sudah menangkapku agar tidak jatuh kesakitan. Aku harus pergi untuk mencari udara segar." Aku menangkap pergelangan tangannya ketika dia hendak pergi keluar.
"Aku senang karena dapat menemukanmu, Nona Stevenson." Dia berbalik badan dan menatapku sinis, "Aku tidak pernah menyangka akan berakhir tidur satu ranjang denganmu, Tuan Foster. Hidupku menyedihkan sekali seolah tidak ada pria lain sehingga, aku harus tidur dengan musuhku sendiri!" Ucapnya terdengar kesal.
"Lepaskan aku atau aku akan berteriak-"
"Bagaimana kau bisa mendapatkan pertolongan sementara, pengawalmu tidak ada di sini." Ucapku memotong kalimatnya yang terdengar mengancam.
"Aku tidak peduli, jika kau tidak melepaskan tanganku maka, aku akan berteriak."
"Berteriak." Ucapku mengulang kata terakhirnya. Aku masih memegang erat pergelangan tangannya. Dia diam, ku rasa raut wajahnya dapat mengatakan bahwa dia sedang khawatir dan kebingungan.
"Apa maumu, Tuan Foster?" Aku tersenyum menyeringai mendengar pertanyaannya yang sangat tepat.
"Aku akan menjemputmu besok pagi di depan kantor, kau harus bersiap karena ada sesuatu yang harus ku tunjukkan kepadamu."
"Aku rasa tidak ada sesuatu di antara kita jadi, kau tidak berkewajiban untuk menjemputku baik untuk menunjukkan karyamu atau untuk berkencan sebab aku tidak akan pernah mau menerima itu." Aku tersenyum menyeringai mendengar kata karya, sepertinya dia mengerti kesukaanku.
"Ya, kau harus melihatnya. Dan aku ingin kita berlanjut."
"Kita sudah selesai ketika aku keluar dari kamar hotelmu pagi itu, aku tidak ingin menemuimu lagi, Tuan Zach Foster yang terhormat." Dia melepaskan pergelangan tangannya dari genggamanku.
"Bagaimana kau namaku, Nona Stevenson?" Aku menarik pergelangan tangannya sebelum dia pergi meninggalkan aku.
"Althea, dia mengenalmu. Dia sedikit terkejut kau berkeliaran di sini dengan adikmu. Aku harus pergi, Zach. Jika ingin bertemu besok, jemput saja. Sepertinya aku tidak punya alasan untuk menolak." ucapnya pasrah. Aku tersenyum melepaskannya. Dia pergi mengambil minum dan meminta Althea untuk segera pulang.
Tidak sulit untuk mengajaknya berkencan, aku tidak pernah tau kita akhirnya akan bertemu dalam kesempatan lain. Sebenarnya, aku menyukai setiap gerakannya di ranjang, tubuhnya yang mempesona, gerakannya yang menggairahkan serta aroma tubuhnya yang sangat memabukkan. Dia bahkan lebih, lebih dari apapun termasuk salah satu orang yang masih tersisa di dalam hatiku. Sejenak aku melupakan nama itu ketika bertemu dengan Lara, dia benar-benar menghibur rasa sakit di dalam hatiku sejenak. Memandangi wajahnya adalah hal terindah dalam hidupku. Hatiku terasa begitu jatuh kemudian mengalir ke dalam dirinya. Aku dapat merasakan detak jantungnya sesaat ketika aku menangkapnya ke pelukanku.
Sesaat aku sempat mencarinya, aku tak percaya ketika Louis mengatakan bahwa dia adiknya Althea. Samar sekali ketika ku tatap wajahnya, dia jauh lebih cantik daripada ketika masa mudanya. Aku tidak tau perasaan apa yang sedang ada di dalam hatiku ini. Namun, aku rasanya ingin sekali menangkapnya lagi lalu, membawanya ke atas ranjang. Aku sangat menyukai tubuhnya yang lihai, indah dan matanya yang menyenangkan. Aku tidak akan melupakan malam itu, malam dimana kita melakukan seks. Aku ingin melupakan itu karena Papa tetiba menelponku untuk pulang.
Aku meminta Louis untuk segera berpamitan karena aku harus melanjutkan pekerjaanku untuk presentasi besok pagi. Ada beberapa dokumen yang perlu ku periksa dan ku tanda-tangani. Akupun perlu istirahat menyiapkan energi untuk berbicara dengan Papa besok pagi. Aku masih tidak mengerti apa yang akan dia bicarakan, jika boleh menebak dia mungkin saja akan menjodohkan aku dengan gadis. Sudah berulang-ulang kali dia melakukan hal itu dan berakhir dengan kegagalan. Aku tak pernah suka dijodohkan, aku akan jatuh cinta lagi jika memang sudah waktunya.
Aku masih ingin berada di pesta untuk mengenang singkat waktu ketika aku memiliki kesempatan untuk menatap mata indahnya. Ada sedikit keinginan untuk bertemu dengannya lagi besok. Aku akan menunjukkan sesuatu kepadanya, sesuatu yang dia suka dan dia kagumi. Ketika aku mencoba untuk menemukan dia yang melarikan diri dari kamarku pagi itu. Aku menemukan banyak hal tentang dirinya yang tersembunyi. Selain menjadi pengacara yang taat pada hukum, membantu banyak orang bahkan ketika mereka tidak mampu membayarnya. Dia sangat menyukai suatu karya. Ku rasa dia akan menyukai koleksiku. Aku terkesan dengan pembicaraan semalam dimana dia seolah dapat menebak bahwa aku mengoleksi beberapa karya.
"Kita sudah memutuskan untuk berhenti akan tetapi, Stevenson membutuhkan kita. Jadi, ku harap kau dapat kerja sama dengan baik terutama dengan Hank. Kau pun harus berhenti mengoleksi hal-hal gila di museummu itu. Aku tidak suka." ucapnya memperingatkan setelah rapat.
"Koleksiku tidak pernah menyakitimu, Pa. Mereka duduk diam dan terpajang, ada hanya untuk dinikmati. Lagipula, Yasmin meninggal karena dia tidak pernah punya kesempatan untuk itu."
"Jangan membahas itu di depan ibumu." ucapnya ketus.
"Aku juga tidak tertarik membicarakan hal itu lagi, Carl. Aku sudah muak!" ucap Mama yang berlalu meninggalkan kami di ruangan.
"Aku tidak yakin Yasmin melakukan hal itu."
Papa menatapku sinis, "Melakukan itu atau tidak itu bukan urusanku, Zach. Aku sama sekali tidak tertarik membicarakan hal itu."
"Kau memang tidak akan merasa bersalah bukan?" kataku,
"Semua hal yang terjadi di dunia ini adalah takdir. Aku menyesal karena kehilangan Yasmin akan tetapi, ibumu tidak akan memaafkanku jika kita membahas itu di depannya. Bisa kau tidak membahas hal itu di depannya, hmm?" protesnya. Dia terlihat marah sekaligus penyesalan. Matanya tak bisa berbohong bahwa dia pun bersedih atas apa yang telah terjadi.
Kematian Yasmin menyisakan luka mendalam bagi keluarga kami. Dia banyak bercerita dia menyukai suatu karya yang dapat membuatnya bahagia. Dia menyebutnya 'passion' ketika membuat karya itu. Dia tak pernah meluangkan waktunya untuk menjadi dokter. Setiap hari, setiap saat Papa selalu memarahinya karena nilainya yang jelek. Dia sebenarnya bisa, hanya saja waktunya bukan itu. Dia tidak bahagia dengan belajar di fakultas kedokteran meskipun dia bisa. Dia hanya bahagia ketika membuat suatu karya yang dapat menenangkan pikirannya sejenak, dapat meredam amarahnya dan mendatangkan bahagia.
Sayangnya, dia harus meninggal di kamarnya sendiri. Kami masih belum tau apa penyebab dia meninggal setahun yang lalu. Dia meninggal begitu tragis, darahnya mengalir ke atas lantai diiringi dengan sebuah lagu bermakna kematian yang menggema di ruangannya. Sekilas mengingat hal itu membuatku merasa sedikit bersedih dan melupakan bahwa aku harus bertemu dengan Lara hari ini.
To be continued...
