Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Scramble for a bench, 7

Di komen dong!

Pagi hari Ven memutuskan untuk pergi berkeliling sendirian. Bahkan Bintang sudah menyuruh untuk tetap di kamar selagi pergi keluar untuk membeli makanan. Tapi Ven tidak menuruti perkataan Bintang.

Tinggal di kamar rawat membuat Ven mengingat kejadian semalam dan itu membuatnya bersedih. Maka dari itu dia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitaran rumah sakit tanpa infus yang menempel di tangan. Yaa.. Ven melepas infus itu ketika pergi~bagi Ven itu ribet jika harus membawanya.

Brak...

Ven terjatuh karena seseorang menabraknya dan mengakibatkan tangan yang cedera terbentur lantai. Dan itu sangat menyakitkan.

Suster, dokter dan orang lain yang lewat di depan mereka sangat menikmati hiburan yang sedang terjadi bahkan ada juga yang menganggapnya tidak patut untuk di tiru. Pasalnya saat mereka bertabrakan cewek itu tidak sengaja mencium bibir Ven dan posisinya tepat di atas tubuh Ven dengan sangat dekat. Detakan jantung bisa terdengar jelas dengan dada yang naik turun. Ven melotot~cewek itu panik.

"Ahhhhhh,,," teriak Ven histeris dan langsung menutup mulutnya.

"Yang seharusnya teriak itu gue bukan loo! Gimana sihh lo, dasar mesum?" cewek itu mencak-mencak tidak jelas dan mengelap bibir beberapa kali menggunakan kedua tangan.

"Mesum? Aku? Hahahaha lucu banget. Yang nabrak duluan siapa, aku atau kamu?" kata Ven di selingi tawa kecil sambil memegang tangan yang terasa sakit.

"Ya elo lah masa gue!" teriak cewek itu membuat Ven kesal.

"Heh, aku jalan di pinggir tembok gak di tengah sedangkan kamu. Jalanan masih luas atau jangan-jangan kamu,,,?!"

Plak...

Tamparan singkat mendarat di pipi Ven dengan mulus. Sangat keras dan sakit. Membuat Ven terkejut.

"Gue bukan cewek murahan asal lo tahu itu. Dan lo itu pembawa sial!" ujar cewek itu langsung pergi meninggalkan Ven yang masih terpaku di tempatnya tanpa membantunya berdiri. Ven merasakan sakit untuk kedua kali.

"AKU BUKAN PEMBAWA SIAL. ASAL KAMU TAHU ITU!" teriak Ven keras menjawab perkataan cewek itu.

Seketika Ven mulai teringat sesuatu tentang dirinya dan seperti pernah bertemu dengan cewek itu. Tapi di mana dan kapan???

∆∆∆

Dari tadi Ven mengeluh kesakitan kepada Bintang karena pergelangan tangannya mulai kambuh. Tapi bukannya menghibur Bintang justru memarahi habis-habisan.

"Kakak suruh kamu diam disini gak usah kemana-mana. Nurut bisa kan! Coba sekarang lihat, udah tangan di gantungin kayak gitu pipi lagi nambah satu. Mau apa lagi? Tinggal kakinya yang masih utuh, mau kakak cederai sekalian?!" omel Bintang habis-habisan dan membuat Ven syok.

"Kakak kok ngomong kaya gitu sih, gak sayang ya sama adek?!" ujar Ven kepada Bintang. "Ven kan lagi sakit seharusnya hibur kek, kasih apa kek, dielus-elus kek, ini malah diomelin sambil nyumpahin!" cemberut Ven.

"Kakak gak akan omelin kamu kalau kamunya nurut!" ujar Bintang masih marah kepada Ven.

Sekitar 30 menit Bintang terus memarahi dan tidak membiarkan Ven menjawab omelannya. Ven hanya bisa duduk diam saat di marahin sambil memainkan selimut yang menempel pada tubuhnya.

"Kamu dengerin engga sih kakak ngomong apa malah mainan selimut!" ucap Bintang teriak.

"Dengerin kok kak, udah dong adek aja capek dengarnya masa kakak yang omel dari tadi gak capek. Nanti cepat keriput lho, emangnya kakak mau kalau nanti keriput. Engga kan?!" ujar Ven menatap Bintang dengan tatapan sendu.

"Ya engga lah! " ucap Bintang menanggapi perkataan Ven sambil mengatur nafas. Kebanyakan mengomel membuatnya kehabisan tenaga.

Setelah kemarahan Bintang mereda. Dia pun mulai memperhatikan dan merawat Ven sampai dia diperbolehkan untuk pulang. Bintang merawatnya dengan hati-hati.

∆∆∆

Keizya datang kerumah sakit tempat Ven di rawat dan membawakan buah tangan.

"Gimana kondisi lo, udah baikan. Ini gue bawakan buah-buahan untuk lo. Semoga lo suka ya?" ujar Keizya kepada Ven.

Ven menatap buah tersebut, "

"Makasih Keizya, kenalin dia kakak ku. Kak Bintang namanya," Ven mengenalkan Bintang yang sedang duduk di kursi sambil memakan pisang.

"Halo kak?" ujar Keizya kepada Bintang.

"Teman atau pacar nih?" tanya Bintang yang langsung mendapat tatapan dari Ven. Berusaha untuk menggodanya.

"Teman kok kak. Ya do'ain aja ya semoga bisa jadi pacar?!" ucap Keizya membuat Ven terkejut ketika mendengar perkataannya, Bintang pun ikut tersedak.

Ven mulai tidak nyaman karena Keizya terus menerus mengajaknya mengobrol dan Bintang yang menyadari hal itu mulai bertindak. Dia harus membiarkan Ven istirahat.

"Maaf nihh Keizya tapi Ven harus istirahat dia kan lagi sakit, bisa kan?" ujar Bintang sopan.

Keizya paham dan tidak tersinggung sama sekali. Cewek itu berpamitan setelah 10 menit mengobrol dengan Ven.

"Iya gue bakal pulang kok, tapi lo cepat sembuh ya. Supaya bisa ketemu lagi disekolah?!" ujar Keizya bersiap pulang dan mendapat anggukan dari Ven.

Bintang tidak enak karena sudah terang-terangan mengusir Keizya tapi mau bagaimana lagi dia tidak punya pilihan lain.

∆∆∆

Sepulangnya Keizya, Ven beristirahat dengan tenang di ruang rawat sendirian, karena Bintang terpaksa pulang mengambil laptop untuk membuat tugas di rumah sakit. Tugas itu nantinya akan di kirim ke dosen melalui e-mail besok pagi.

Seorang cewek dengan terburu-buru meninggalkan rumah sakit dan tidak sengaja menjatuhkan dompet di dekat Bintang. Bintang yang melihat dompet jatuh pun langsung mengambil dan ketika ingin mengembalikannya cewek itu sudah pergi jauh. Cowok tersebut lalu membuka dompet untuk mengetahui identitas pemiliknya.

"Kartu pendaftaran siswa baru SMA Galaksi , Kikanaya?!"

∆∆∆

Selama seminggu Ven di rawat di rumah sakit dan hari ini sudah diperbolehkan pulang tepat dihari minggu siang hari. Tangan yang patah tidak membuat Ven kesulitan untuk bergerak. Sesampainya di rumah, Bi Situ menyambut kedatangan Ven dengan memberikan segelas susu hangat ketika sampai di depan pintu.

"Buat Bintang gak ada bi?" tanya Bintang ketika Bi Situ menawarkan susu kepada Ven.

"Kakak mau?!" ujar Ven menawarkan susu yang sudah diminum. Dan Bintang langsung menolaknya.

"Buat kamu aja, biar cepat sembuh?!" ujar Bintang sambil mengacak-acak rambut Ven.

Disisi lain saat Luna turun dari kamar, rasa iri mulai datang melihat kedekatan Bintang dengan Ven.

"Wahhh, habis pulang langsung minum susu nih. Enak ya?" sindir Luna kepada Ven.

Ven mendengar perkataan Luna dengan santai sambil meminum susu itu sampai habis.

"Enak, mau?" tanya Ven menawari Luna minum.

Alhasil Luna kesal karena perkataannya tidak berpengaruh kepada Ven. Bintang sedikit bangga melihat Ven bisa bersikap tenang dan rileks. Walaupun Bintang tidak tahu apa yang ada di hati Ven saat ini.

∆∆∆

"Kak besok Ven sekolah ya?! Ven memulai topik pembicaraan ketika Bintang menemuinya dikamar untuk memberikan obat.

"Emang udah sembuh?" tanya Bintang sibuk membuka obat milik Ven.

"Udah kok, cuma tangannya aja yang masih nyeri. Daripada besok Ven dirumah sendiri terus kakak kuliah kan lebih baik kalau Ven sekolah kan, ada Riki sama Leon kok yang jagain Ven. Jadi kakak jangan khawatir ya. Udah seminggu lo kak, kalau nanti Ven ketinggalan pelajaran gimana,,?" ujar Ven panjang lebar, Bintang menyimak dengan baik.

"Yaudah kalau mau sekolah. Tapi besok jika tangannya sakit langsung minta ijin ke UKS. Mengerti!" Ven langsung mematuhi perkataan Bintang dan minum obat.

Jujur Bintang lebih tenang jika Ven berada di sekolah daripada dirumah tanpa kehadirannya. Jika Ven di rumah sendirian Dina maupun Luna pasti akan mengganggunya dan harus berurusan dengan Leeno.

∆∆∆

Pagi hari ketika Ven turun dari tangga dia melihat ayahnya sedang bertelepon dan langsung mendatangi pria tersebut. Tapi sudah keduluan Luna ketika mengetahui niat dari Ven dan langsung mengajak Leeno pergi agar Ven tidak bisa mengobrol dengan Leeno.

Ven hanya bisa menatap kepergian Leeno sebelum berangkat sekolah dengan tatapan sedih. Kejadian di rumah sakit tidak membuat Ven putus asa. Dia masih mau berjuang untuk mendapatkan hati Leeno. Dan membayar uang rumah sakit kepada ayahnya sendiri senilai 2,5 juta.

"Ayah gak pernah berfikir bagaimana Ven bisa mendapatkan uang itu jika Ven saja masih sekolah dan tidak bekerja. Kakak gak ngijinin Ven kerja trus Ven harus dapet uang itu dari mana?"

∆∆∆

Kikanaya siswi baru SMA Galaksi telah mencuri perhatian ketika pertama kali menginjakkan kaki di sekolah ini. Rambut yang diikat menjadi satu dengan seragam branded di tubuhnya menandakan jika cewek itu berasal dari kalangan berada. Beberapa cowok bahkan secara terang-terangan mulai mendekat meminta nomor ponsel, tapi cewek itu bersikap cuek.

Kelas XI IPA 1 bersorak atas kedatangan Ven di sekolah lagi. Ada yang memberikan ucapan selamat dan lainnya.

"Kalian senang bukan karena aku kan. Tapi selama aku gak berangkat kalian bingung mau nyontek sama siapa kan?" ujar Ven ketika satu kelas pada heboh melihat dirinya di sekolah.

"Aelah Ven kok lo tahu sih," ujar salah satu siswa dengan cengegesan.

"Kok lo udah berangkat sih?" tanya Leon ketika sampai di depan pintu kelas. Ven menatapnya heran.

"Gue kan senang kalau lo gak berangkat jadi saingan gue gak ada," ujar Leon bercanda.

"Well, tangan lo udah sembuh. Kok masih di gantung gitu!" Riki mulai bertanya tentang kondisinya.

"Belum Riki. Gak mungkin sembuh dalam waktu sekejap, mustahil!" kata Ven sambil melihat tangannya~pasrah.

Selama mereka berbincang-bincang siswi baru itu mulai menghampiri kelas mereka. Ven yang penasaran mulai bertanya-tanya. Itu cewek waktu dirumah sakit kan. Kok ada disini, batin Ven.

Wajah Ven berubah ketika melihat cewek tersebut. Ven sudah mengenal lebih dulu daripada teman-temannya.

"Siswi baru dari kelas kita. Cantik kan!" ujar Leon memperkenalkan cewek itu ke Ven sambil mengarahkan jari telunjuk.

"What! you're serious. You're not kidding right?!" tanya Ven terkejut. Ternyata mereka sudah mengenalnya.

"Sok Inggris lo. Iya gue serius!" Leon heran kenapa Ven terkejut mendengar berita itu.

"Astaghfirullah?!" Ven menepuk dahi lalu masuk ke dalam kelas.

Riki dan Leon saling adu tatap satu sama lain. Seperti sedang mengisyaratkan sesuatu.

See you

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel