Cafe atmosphere at night, 5
Komen dong!
Masalah|Uang
Keizya berusaha agar tidak menangis di hadapan kedua cowok itu. Diusapnya beberapa air mata yang sudah jatuh di pipi manisnya.
"Keizya kamu kenapa kok nunduk?" tanya Ven saat melihat Keizya menundukkan kepala.
Keizya berusaha untuk menatap muka Ven kembali."Gue gak pa pa kok?" ucap cewek tersebut, singkat.
"Ohh.." ujar Ven.
"Ven ngomong-ngomong bekal yang gue kasih ke lo itu dari Keizya,,?" perkataan Leon di potong cepat oleh Keizya.
"Gue cuma pengin tahu aja rasanya gimana. Kalau gue yang nyoba sendiri kan pasti rasanya sama. Makanya gue minta Leon buat ngasih bekal itu ke lo Ven agar nanti gue tahu rasa masakannya enak atau engga gitu kalau orang lain yang makan?" ucap Keizya ngeles dan berharap Ven mempercayainya.
Leon hanya bisa diam padahal dia tahu semua itu.
"Jadi rasanya gimana?" tanya Keizya kepada Ven.
"Enak!" ujar Ven singkat tanpa basa basi.
"Kita bisa jadi teman kan?" kata Keizya kepada Ven penuh arti.
Keizya Eudora Pratama
Tinggi, cantik, seksi dan menyukai Ven karena dia beda. Jadi inceran kakak kelas, tapi lebih memilih Ven, "Tidak boleh ada yang mengambil sesuatu dariku kalau dia tidak mau mati, itu prinsip hidupnya".
Ven menganggukkan kepala tanda jika dia mau berteman dengan Keizya. Gadis itu tersenyum walaupun dalam hatinya hancur.
"Aku pulang ya Leon?" Ven pamit pulang karena hari sudah sore di tambah dia harus bekerja di sebuah kafe baru-baru ini nanti malam. Walaupun Ven anak kaya tapi dia harus mencari uang sendiri untuk kebutuhan sekolah dan lainnya.
"Sekarang? Naik apa, mau gue antar?" tawar Leon ingin mengantar Ven pulang.
"Atau kalau engga bareng gue aja! Gue juga mau pulang kok, mau ya kan kita teman?" tawar Keizya supaya bisa berduaan dengan Ven lebih lama lagi.
"Emang kamu tahu rumah ku?"
"Engga sih. Tapi kan nanti bisa di tunjukkin sama lo!" ucap Keizya memaksa.
"Udah bareng dia aja gak usah kebanyakan mikir. Kelamaan lo, kapan lagi coba lo pulang diantar cewek. Lagian lo itu beruntung ada yang suka sama lo walaupun lo orangnya sedikit,,,?" ujar Leo menggantungkan ucapannya.
"Dikit apa, kok gak di lanjutin?" tanya Ven penuh selidik.
"Udah sana pulang! Di tungguin kakak lo tuh di rumah gak kasihan apa,"
"Iya deh aku pulang. Ayo Keizya!" ajak Ven dan Keizya mengikuti dari belakang.
∆∆∆
20.15 p.m
Di sebuah tempat yang masih banyak pengunjung datang silih bergantian di sertai suasana ramai nan berisik membuat malam hari di cafe menjadi lebih hidup. Bahkan para karyawan yang bertugas pun merasa semangat akan kerjaannya.
Kring. .. Kring...
Suara bel pintu cafe berbunyi menandakan jika ada pengunjung baru. Nampak seorang cowok bersama temannya masuk dan memilih tempat duduk. Karyawan yang melihat langsung datang menghampiri dan mulai bertanya tentang menu yang akan di pesan oleh pengunjung itu.
"Permisi, mau pesan apa?" kata petugas itu dengan ramah sambil memberikan daftar menunya. Dan tak lain petugas karyawan itu adalah Ven.
Melihat daftar menu dengan teliti "Gue mau pesan, emmm Spageti Carbonara 1 sama minumnya Orange Juice dah itu aja! Lo pesan apa?" tanya cowok itu kepada teman di depannya.
Ven sibuk menatap buku sambil memainkan bolpoin, mencatat pesanan yang sudah di pesan.
"Samain aja sama lo!" ujar temannya sibuk main ponsel.
"Okay, berarti Orange Juice 2 sama makanannya tadi apa ya?" cowok itu langsung melihat karyawan, karena lupa makanan apa yang di pesan.
"Spageti Carbonara mas?" ujar Ven masih sibuk mencatat.
"Hhhh, lo jadi waiters?" tanya cowok itu kepada Ven.
Tidak percaya jika waiter itu benar-benar Ven dan bukan orang lain.
"Kak Hanif kok di sini?" tanya Ven kepada senior sekolah. Hanif adalah pelanggan yang telah di layani oleh Ven.
"Ini tempat umum broo,?!" ujar Hanif masih memperhatikan waiters tersebut dengan sinis dan seketika muncullah sebuah ide di kepalanya yang brilian itu.
"Berarti Kak Hanif tadi pesan 2 Spageti Carbonara dan 2 Orange Juice kan? Sebentar tak ambilin pesanannya!" Ven berniat pergi tapi Hanif mencegahnya.
"Tunggu dulu...!?" ujar Hanif, Ven kembali menatap wajah seniornya.
"Iya ada apa Kak?" tanya Ven, heran.
"Gue mau pesan yang lain?!" ujar Hanif mulai mengerjai Ven.
"Yang tadi gak jadi?" tanya Ven memastikan pesanan yang sudah di pesan.
"Engga, mana daftar menu!" Ven langsung memberikan daftar menu dan mulai mencatat ulang.
"GUE PESAN BAKED SALMON, BEEF STEAK SAMA PESTO CHICKEN BAKED. MINUMNYA CAPPUCINO, HOT CHOCOLATE, FLAVOURED SODA, LATTE, FRUIT JUICE,,,?" Hanif membaca daftar menu satu persatu tanpa berniat membelinya.
Tanpa curiga Ven mulai mencatat pesanan itu dengan cepat.
"Kak Hanif masih banyak? Ini udah kebanyakan? Apa habis nanti?" ujar Ven di sela-sela mencatat pesanan Hanif.
"Dah itu semua, cepet pesenin jangan pakai lama. Dan yaa, lo sendiri yang harus bawa makanan dan minuman itu ke meja gue!" kata Hanif memperingatkan Ven.
Ven langsung memproses pesanan Hanif setelah selesai memesan sambil sesekali melihat catatan pesanan sekali lagi. Anak kaya kalau mesan gak perlu liat harga ya. Enak banget jadi Kak Hanif.
Setelah kepergian Ven dari meja mereka. Hanif mengajak temannya pergi ke cafe lain dan tidak berniat memakan apa yang sudah di pesan sebelumnya. Dan itu semua hanya untuk mengerjai Ven.
20 menit kemudian...
Ven datang kemeja Hanif dan terkejut ketika melihat meja itu kosong, tidak ada pengunjung yang duduk di kursi itu. Ven benar-benar terkejut~panik.
Ven lalu bertanya kepada karyawan lain dan tahu jika sedang di kerjain oleh kakak kelasnya. Di tatapnya pesanan itu dengan rasa iba karena tidak jadi di makan.
"Trus ini semua siapa yang bayar, sebanyak ini? Mana cafe udah mau tutup lagi trus pengunjungnya tinggal dikit. Ini siapa yang bayar ya allah...?" Ven bingung harus bagaimana dengan pesanan yang di pegang.
Dan akhirnya Ven juga yang harus membayar sekaligus mendapat teguran dari manager cafe itu.
"Kak Hanif, tega sama aku. Aku bakalan minta uangnya besok di sekolah!?" kata Ven cemberut karena gaji miliknya di potong. Dia benar-benar kesal karena ulah Hanif.
∆∆∆
Pagi hari ketika bel istirahat berbunyi Ven langsung menemui Hanif untuk membahas masalah semalam, bahkan semalaman Ven tidak bisa tidur dengan tenang sebelum cowok tersebut membayar kerugiannya.
"Tumben Ven lo ke kantin?Biasanya bel istirahat berbunyi lo ngeluarin bekal dari tas lo?" tanya Riki melihat Ven yang langsung berdiri dari bangku saat bel istirahat berbunyi.
"Engga aku ada perlu. Nanti aku ke sini lagi?!" ujar Ven langsung pergi.
∆∆∆
Di koridor kelas XII banyak anak yang memperhatikan dan bertanya-tanya kenapa dia ada di sini, di daerah koridor kelas 12.
"Kak Hanif?!" panggil Ven berjalan ke arah cowok itu ketika sedang duduk di bangku bersama temannya.
"Ganti rugi!" kata Ven tidak basa-basi sambil menjulurkan tangan.
Hanif yang merasa di ganggu mulai memperlihatkan kemarahannya."Maksud lo?" Hanif memutar bola mata malas. Pura-pura tidak tahu apa yang di inginkan Ven.
"Ganti rugi soal pesenan tadi malam di cafe! Aku gak mau tahu pokoknya kamu harus ganti rugi. Titik?!" ujar Ven sedikit membentak dan memancing kemarahannya.
Hanif yang semula duduk akhirnya berdiri dan memperlihatkan tatapan ketidaknyamanannya. Tatapan itu seperti elang sedang mengincar mangsa.
"Lo barusan bentak gue hahhhh!Mulai berani lo sama gue, cuma waiters aja belagu. Sadar diri!" bentak Hanif mengacungkan tangan ke arah Ven. Ven yang di bentak pun kaget.
"Engga, aku cuma mau kamu bayar utang sama aku!? Itu aja kok!" ujar Ven pelan memperhatikan Hanif yang sedang marah.
Dan tanpa di sadari siswa-siswi mulai menertawakan Hanif jika dirinya mempunyai utang dengan Ven.
"Diam lo semua, siapa yang suruh kalian ketawa!" Hanif melihat ke arah mereka yang sedang menertawainya dengan sorotan tajam "Dan lo cupu, kapan gue minjam uang dari lo. Ngapain juga gue harus ganti uang lo soal di cafe itu kesalahan lo. Salah sendiri bodoh!" ujar Hanif penuh penekanan di setiap kata. Kasar.
"Aku gak perduli kamu mau bilang apa sama aku. Yang penting kamu ganti rugi, gara-gara kamu gaji aku di potong tahu!" ujar Ven maksa.
"Gue gak mau ganti kerugian lo. Dan lo ngerti bahasa manusia gak sih?" ujar Hanif membentak dan langsung pergi dari tempat itu. Mulai malas berdebat dengannya. Tapi Ven mencegah kepergian Hanif.
"Mau kemana ganti rugi dulu!" kata Ven tidak akan membiarkan Hanif pergi sebelum urusannya selesai.
"Lo...!" Hanif mulai menggengam kerah seragam Ven. Ven mulai panik.
Keizya datang bersamaan dengan Riki dan Leon. Mulai memisahkan mereka berdua.
"Kak Hanif udah hentikan, apa-apaan sih!" Keizya mendorong tubuh Hanif ke belakang.
"Woiii lo apain teman gue hah?" Riki mulai terpancing emosi melihat sikap Hanif yang kasar terhadap temannya. Setelah melihat Ven baik-baik saja Riki mulai menatap Hanif dengan sengit.
"Lo gak pa pa kan?" tanya Riki memastikan kondisi Ven dan langsung diangguki kepala oleh Ven.
"Lo beneran gak pa pa, ada yang lecet gak. Gue antar lo ke UKS yuk?" tawar Keizya khawatir kepada Ven. Keizya langsung mendapat tatapan dari Hanif.
"Lo ngapain perduli sama dia?" tanya Hanif tidak terima jika Keizya memperdulikan Ven.
"Dan lo berdua gak usah cari masalah sama gue!" ujar Hanif memperingati mereka.
"Gue gak akan cari masalah kalau bukan lo yang cari masalah duluan!" dengan berani Riki membalas perkataan Hanif. Keduanya saling adu tatap penuh kemarahan.
"Lo ngapain sih masuk ke kandang babi, cari gara-gara lo. Gue pikir tadi lo mau ke toilet ternyata malah ke sini. Untung kita tahu dari Nizar kalau engga udah babak belur lo!" kata Leon mengejek Hanif.
Hanif tidak terima di katain babi oleh Leon dan amarahnya pun mulai menjadi, "Lo bilang gue babi, maksud lo apaan? Mau cari mati lo sama gue!" kata Hanif penuh murka.
"Jangan macem-macem lo!" Riki membela temannya.
"Udahlah Nif, hajar aja! Mereka pantas di hajar supaya tahu lo itu siapa. Udah sikat aja!" kompromi salah satu teman sekelas.
"Jangan coba Kak Hanif buat ngelakuin itu!?" cegah Keizya memegang tubuh Hanif.
"Udah kok malah jadi kayak gini. Aku datang kesini itu baik-baik untuk minta uang sama dia. Udah sekarang balikin uang aku!?" Ven mengulurkan tangan ke depan.
"Cowok itu punya utang sama lo, hahaha?" seketika tawa Leon pecah, Hanif pun memandang Ven dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Lo...!" saat Hanif mau marah, Keizya mencegahnya.
"Emang gimana sih ceritanya kok cowok brengsek itu punya utang sama lo. Muka aja serem tapi ngutang?" tanya Leon kepada Ven~penasaran.
Mendengar kata-kata Leon, Hanif tidak terima dan berniat untuk menghajar cowok tersebut tapi tubuhnya di tahan oleh Keizya.
"Gini Leon, kemarin dia pesan makanan sama minuman di cafe sama aku. Selesai mesan Kak Hanif pergi. Trus aku kena marah manager di suruh ganti pesanan yang di pesan Kak Hanif sama temannya. Gitu Leon!" ujar Ven menceritakan segalanya tentang kejadian di cafe.
Riki dan Leon pun syok ketika mengetahui Ven bekerja secara diam-diam.
"Lo kerja gitu?" tanya mereka berdua bersamaan.
"Iya, tapi jangan kasih tahu Riki sama Leon ya kalau aku kerja, nanti mereka aduin ke Kak Bintang?!" ujar Ven polos. Dan yang mendengar perkataan Ven seketika bingung dan linglung.
"Bodoh kok di pelihara!" ujar Hanif kasar.
See you
