Are you mine, 4
Ayo komen!
Let's go on a date
~Keizya
Dengan membawa raket di tangan kanannya Leon melambai ke arah gerbang bercat coklat yang memperlihatkan seorang cowok memakai batik dengan jaket hijau tosca dan celana cream di tubuhnya. Cowok tersebut menghampiri pemilik raket.
"Gue tungguin juga baru datang, kemana aja lo?" ujar Leon.
"Sorry, tadi ada perlu dikit, "
Leon memberikan raket badminton, "Ayo main!" suruhnya.
"Bukan untuk belajar?"
"Gue nyuruh lo ke sini buat main badminton! Temenin gue, lagi gabut soalnya?"
"Aku kira apa, tahu gitu aku gak akan dateng. Lebih baik di rumah baca buku, " Ven memutar bola matanya jengah.
"Lo itu udah pinter kalau lo baca buku yang ada lo tambah pinter dan itu masalah buat gue. Gini deh nanti gue pinjemin novel, gue punya yang baru. Mau gak lo. Ini penawaran gimana?!" Leon menunggu penjelasan dari temannya sambil menyalurkan tangan tanda persetujuan.
"Deal...!" ucap Ven langsung berjabat tangan, menyetujui perkataan Leon.
Permainan pun di mulai dengan antusias dan semangat tidak membiarkan bola kecil itu jatuh ke wilayah mereka. Sore hari yang tidak begitu terik dan angin berhembus perlahan membuat mereka bermain dengan santai dan sedikit penuh canda ria.
∆∆∆
"Halo pak apa kabarnya? Baik dong pastinya?" ucap Riki menyapa satpam yang sedang menjalankan tugas.
"Bapak sendiri gimana?" jawab satpam sambil cengegesan.
"Bapak, bapak masih muda gini di bilang bapak. Sekalian aja bilang kakek!" ujar Riki kesal.
"Ada apa sih, brisik amat kedengeran tuh dari kamar gue?!" Bintang datang dan langsung nimbrung percakapan mereka.
"Becanda lo gak lucu Bin " ucap Riki yang memperhatikan satpam berubah jadi sopan.
"Ini nih satpam zaman now, tuannya datang langsung hormat, diam. Giliran gue yang dateng berubah seratus delapan puluh derajat, sebenarnya bapak ada dendam apa sih sama gue. Heran?" introgasi Riki kepada satpam.
"Saya gak ada dendam apa-apa kok. Cuma saya keingat aja waktu mas-nya nabrak pagar gerbang rumah ini, itu lucu mas?!" Riki menatap tajam satpam tersebut yang langsung pergi setelah ada yang memanggilnya.
"Lo gak sekalian Bin, ketawain gue??".
"Masalahnya gue gak lihat, kalau gue tahu pasti bakalan gue rekam. Momen langkah Ki , atau kalau engga lo ulang lagi kejadian nabrak pagar biar gue rekam. Nih gue megang handphone!?" ujar Bintang tanpa dosa sambil memperlihatkan handphone miliknya. "Lagian lo juga pagar segede itu masa gak liat?" lanjut Bintang.
"Itu musibah, mana gue tahu. Mana Ven gue mau ketemu dia?" ujar Riki dengan nada bicara ketus dan mencoba mengalihkan topik.
"Ke rumah Leon, lo emang gak tahu?"
"Yaudah deh gue ke sana, lo mau ikut?" ajak Riki.
"Nanti!" balas Bintang dan Riki langsung pergi menuju mobil yang terparkir di depan gerbang.
Seketika itu ada yang memanggil namanya dari belakang dan terpaksa Riki harus menghentikan langkah kakinya.
"Gue ikut sampai depan!" Luna datang langsung membuka pintu mobil Riki tanpa ijin dari cowok itu.
"Woiii lo ngapain?" tanya Riki heran saat melihat Luna membuka mobil miliknya.
"Udahlah ayo gak usah banyak bacot. Nanti juga tahu?!" ucap Luna sudah memasuki mobil dan menutup pintu.
Riki pun beralih memandang Bintang yang hanya berdiam diri.
"Adik lo tuh!" Riki langsung pergi ke dalam mobil.
"Adik gue cuma satu gak lebih, Ven seorang"
∆∆∆
Keizya memberikan botol mineral dingin tepat di hadapan Ven saat melihat dia sedang mengibaskan jaket. Kepanasan.
"Ini buat lo!" kata Keizya manis di sertai senyum mengembang di bibir merah mudanya.
"Makasih, " Ven menerima minuman tersebut dan langsung meneguknya sampai air itu tinggal setengah. Bagi Keizya itu suatu keajaiban karena bisa melihat Ven meminum air dari dekat.
Minum air aja berdamage apalagi kalau makan. batin cewek tersebut.
"Buat gue mana?" tanya Leon menghadap Keizya.
"Ambil aja sendiri di dalam!" suruh Keizya malas.
"Minuman yang lo kasih ke Ven juga ambil dari rumah gue. Kenapa gue gak di ambilin sekalian?!" Ven menatap Leon saksama sambil memperhatikan botol mineral di tangan-nya.
"Ini Leon, di minum!!" suruh Ven sambil memberikan botol mineral itu.
"Habis, lo kasih ke gue?"
"Masih dikit?" Ven melihat air di dalam botol tersebut.
"Bagi gue gak cukup, gue mau yang banyak!?" Leon menolak pemberian Ven, tidak cukup untuk melepas dahaga-nya.
"Yaudah aku ambilin di dalam ya? Sebentar?!" saat Ven mau melangkahkan kaki Keizya mencegahnya dan mengambil minum untuk Leon.
"Biar gue aja!" ujar Keizya menuju rumah Leon mengambil minuman untuknya.
"Kamu pacaran sama dia?" kata Ven memulai topik ketika cewek tersebut masuk ke dalam rumah.
"Enak aja lo, gue gak suka nikung temen kali?" elak Leon.
"Kalau bukan kenapa dia ada di sini? Emang nya dia siapa dan nikung apanya?" tanya Ven penasaran.
"Nanti juga lo tahu sendiri!?" kata Leon penuh misteri.
∆∆∆
Ven sedang duduk di bawah pohon mangga sambil menunggu cemilan yang akan di bawakan oleh temannya. Ketika menunggu Leon dia sesekali melihat ke langit seperti memikirkan sesuatu yang Ven sendiri tidak pahami.
"Melihat apa?" tanya Keizya saat menghampiri Ven dan ikut melihat ke arah langit.
Cewek tersebut sudah duduk di dekat Ven ingin menyampaikan sesuatu tapi hatinya merasa gugup.
"Langit!" jawab Ven masih menatap langit yang menarik perhatian matanya.
Keizya menatap cowok berbaju batik itu dengan tatapan yang sulit diartikan dan mencoba untuk memberanikan diri berbicara dengannya.
"Ven, gue mau ngomong sesuatu?" ujar Keizya yang langsung di tatap oleh Ven.
Kini mata mereka saling bertemu satu sama lain. Keizya yang di tatap oleh cowok tersebut merasakan hawa dingin di sekujur tubuh dan banyak pikiran yang mengganggu otaknya. Apa rambut gue rapi ya?, pakaian gue?, dan bau parfum gue apa Ven mencium bau parfum gue sekarang?, trus riasan wajah gue?Ahh gue belum sempat lihat cermin tadi. Sial..?! batinnya dalam hati was was.
Ven menunggu dengan santai tanpa merasakan sesuatu di tubuhnya. Seperti rasa jatuh cinta yang kini di alami oleh cewek di sebelahnya.
"Mau ngomong apa?" tanya Ven lebih dulu masih memperhatikan cewek tersebut.
Keizya mulai bicara dan masih memperhatikan wajah cowok berbaju batik itu. Dilihatnya saksama dan serius.
"Hmmm, itu, jadi gue...?" Keizya mulai gugup.
"Apa!?" potong Ven tidak sabar.
"Jadi selama ini gue yang ngasih bekal makanan itu ke lo Ven. Dan gue pengin ngomong sesuatu...?" jeda Keizya mengambil nafas sebelum memulai perkataan pentingnya.
Ven masih diam dengan menggaruk kaki yang mulai gatal sambil menunggu kelanjutan cerita dari Keizya. Sibuk menggaruk kaki.
"Selama ini gue suka sama lo Ven, semenjak gue lihat lo waktu jadi pemimpin jalannya upacara. Dari situ gue mulai suka sama lo dan mulai mencari tahu tentang lo lewat Leon. Jadi lo mau kan kalau kita pacaran,,?" ucap Keizya menutup mata takut jika di tolak sama Ven, panjang lebar cewek itu mengatakan kalimat cinta ke Ven.
Ven yang masih sibuk menggaruk tidak memperhatikan percakapan dari Keizya. Bahkan sedetik pun dia tidak melihat wajah Keizya.
Secara diam-diam di kejauhan nampak seorang cowok berkaos hitam memperhatikan jalan cerita percakapan mereka dari awal sambil mengelus-ngelus dahi yang tidak gatal. Punya teman gini amat dah.
"Aww, semut kenapa kau nakal sekali. Sakit tahu!" ucap Ven kesal pada semut yang telah menggigit kakinya, dia pun berdiri dan mencoba untuk menyingkirkan semut itu dari celana mocca dengan menghentak-hentakkan kaki ke tanah berulang kali.
Keizya memperhatikan tingkah laku Ven dan mulai bertanya tentang jawaban dari pertanyaan yang di lontarkan tadi.
"Ven jawabannya apa. Mau kan?" di lihatnya Ven yang sedang sibuk sendiri dan mulai was-was mengenai jawaban cinta darinya.
"Mau?" ucap Ven singkat.
"Beneran, gak bohong kan?" tanya Keizya sekali lagi untuk memastikan jika sedang tidak bermimpi dan mulai tersenyum senang. Tanda bahagia karena Ven menerima cinta-nya.
"Iya aku mau. Mau ambilin obat penghilang gatal dong minta ke Leon sana! Gatal tahu?!" ujar Ven masih sibuk dengan semut.
Keizya pun di buat cemberut oleh apa yang di katakan Ven barusan. Seketika senyum di bibirnya menghilang dan mulai menghentakkan kaki ke tanah, kesal.
"Ini buat lo, cepet di olesi ke kaki lo yang gatal!" Leon datang dan memberikan obat penghilang rasa gatal tersebut kepada Ven.
Ven pun segera mengoleskannya. Leon menatap Keizya sebentar lalu mengalihkan pandangan ke arah lain agar tidak tertawa di depan cewek yang sedang cemberut bercampur rasa kesal itu.
∆∆∆
16.30 p.m
15 menit berlalu akhirnya Ven selesai mengurusi semut dan rasa gatal di kaki lalu memberikan obat itu ke Leon lagi.
"Makasih obatnya Leon?!" kata Ven sambil merapikan jaket yang kusut.
"Iya, udah selesai?" tanya Leon menerima obat gatal dari tangan temannya, Ven langsung mengganggukkan kepala sebagai tanda jawabannya.
"Ven, yang tadi,,?" ucapan Keizya terpotong oleh Ven.
"Sini, sini di situ banyak semut. Aku gak mau di gigit lagi! Yang ini aja masih sakit Leon. Tolong garukkin dong!" ujar Ven kepada Leon sambil sesekali menggaruk kakinya.
"Nanti sembuh, jangan lo garukkin terus kulit lo bisa merah. Biarin aja!"
"Yaudah deh, " Ven menuruti apa kata Leon lalu keheningan pun terjadi dalam beberapa menit.
Hanya suara angin dan nyanyian dari beberapa burung yang terdengar di telinga mereka.
"Ven, gue mau ngomong sesuatu?" ujar Leon mengawali topik.
"Apa?" Ven menatap Leon. Dan sekarang mereka sedang adu tatap satu sama lain.
"Menurut lo, Keizya orangnya gimana?" ujar Leon.
Keizya mulai memperhatikan ucapan dua cowok tersebut.
"Siapa Keizya?" jawaban Ven sukses membuat kedua mata Leon dan cewek tersebut membulat karena kaget.
"Gue Keizya!" Keizya langsung menunjuk dirinya sendiri.
"Owww, menurut ku Keizya itu baik kok?!" ujar Ven.
"Gitu doang?" Leon belum puas dengan jawaban temannya.
"Iya, terus apa lagi?" tanya Ven menatap Leon.
"Sekarang gue ubah pertanyaannya menjadi misal, kalau ada cewek yang nembak lo terus lo bakal jawab apa? Dan lo belum kenal cewek itu sama sekali?" Leon dan Keizya sama-sama menunggu jawaban dari Ven.
"Mati, " untuk kedua kalinya mereka berdua di buat kesal oleh Ven.
"Woiii Ven, gue nanya serius. Lama-lama gue pengin cekik lo deh!" Leon membuat lingkaran di tangan tanda mau mencekik temannya yang polos itu, geram. Tapi sesaat di urungkan.
Keizya hanya bisa memperhatikan tingkah mereka tanpa berbicara apapun. Dia masih berharap Ven menerima cinta darinya.
"Salahku apa, benar kan kalau di tembak mati. Dan itu nyata?!" seketika Ven menjadi diam setelah berbicara.
"Maksud gue nembak cinta bukan pakai pistol Lee Ven Hyung?!" karena geram Leon pun menyebut nama Ven dengan lengkap.
"Oww itu, makanya yang jelas Leon kalau ngasih pertanyaan?!" Ven malah menyalahkan Leon dan membuat temannya itu jengkel.
"Gue udah jelas lo nya aja yang lemot?" teriak Leon tepat di muka Ven dan langsung di bantah oleh cowok berbaju batik tersebut.
"Aku gak lemot Leon!" Ven membuang muka ke arah lain. Kesal.
Leon mengelus-elus dada dengan pelan sambil menarik nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan.
"Pertanyaan gue tadi jawaban lo apaan?" tanya Leon kembali ke topik awal.
"Yang mana?" Leon berusaha sabar agar tidak emosi setelah mendengar jawaban Ven. Dan mulai memijat dahi.
Keizya mulai tidak bisa menahan tawa tapi sebisa mungkin harus bisa menahan tawanya. Di tundukkan kepala gadis itu ke bawah agar tidak tertawa melihat ekspresi kesal Leon kepada temannya.
"Kalau ada cewek yang nembak lo bukan pakai pistol tapi pakai cinta, lo bakal gimana? Dan lo belum kenal cewek itu sama sekali?!" ujar Leon dengan detail sambil menggerak-gerakkan kedua tangan memberi sebuah gambaran.
Ven mulai mencerna perkataan Leon dan berfikir. "Kalau ada yang nembak aku bakalan aku tolak lagian aku juga gak kenal sama cewek itu kan kata kamu. Kalau aku kenal bakalan aku tolak juga kok, soalnya aku masih ingin belajar gak mau mikirin itu dulu?!" ucap Ven dengan jujur dan mendapat anggukan dari Leon yang sekarang menatap cewek tersebut dengan perasaan kasihan karena cintanya di tolak secara terang-terangan di hadapannya.
See you
