Bab 7 Siapa Tara?
Bab 7 Siapa Tara?
“Ada waktu yang lebih tepat kapan semua tahu soal hubungan kita, By.”
“Tapi, Jack....” Ruby masih berusaha menyanggah keputusannya.
“Sssttt kemarilah. Jangan pikirkan itu lagi,” ucap Jack seraya membuka lebar lengannya memberi ruang pada tubuh Ruby untuk menjatuhkan dirinya pada pelukan Jack.
Benar saja cukup erat Jack mendekap tubuh mungil Ruby serta beberapa kali menciumi keningnya. Mencoba menunjukan rasa sayang yang kini tak perlu disembunyikan lagi. Ruby yang kini telah benar-benar menjadi pemilik hatinya.
**
Seperti apa yang dikatakan Jack padanya bahwa mereka akan pura-pura menjadi rekan kerja biasa dan bersikap sama seperti tak memiliki hubungan apapun. Demikian dengan Ruby sikapnya pada Jack tak lebih dari yang ia tunjukan biasanya. Hanya saja ia tak bisa bersikap sangat acuh saat ini.
Pagi ini beberapa orang telah berkumpul di ruang rapat, mendadak Ben menghubunginya sejak pagi bahwa ia ingin mengadakan rapat redaksi. Ruby, Jack, Monic serta 2 karyawan lain yang sengaja ditunjuk oleh Ben sudah bersiap di ruang rapat. Ada beberapa project yang akan melibatkan mereka semua di sini. Hati Ruby sedikit mendesir kembali saat teringat posisi orang yang sekarang mengisi hatinya. Fotografer handal yang selalu terlibat dengan banyaknya wanita cantik dan seksi.
“Lalu siapa talent yang kita pakai?” tanya Jack pada Ben.
“Tara!” Sahut Ben acuh.
Jack terdiam seketika wajahnya tertunduk dan kembali mengingat sebuah nama yang baru disebutkan oleh Ben.
“Hmm... Tapi, kan...,” sela Monic
“Ayolah Mon... Tara sedang naik daun sekarang. Tidak mungkin kita akan kehilangan berita tentang dia. Bagaimana menurutmu Jack?” Ben masih dengan keputusannya.
Jack yang semula masih termenung kini hanya mengangguk linglung. Ia pun segera menatap Monic untuk memberi peringatan agar gadis yang masih ingin membantah itu mengiyakan saja apa yang menjadi titah Ben. Dan benar saja, Monic mengangguk pasrah.
“Oke fix minggu ini berita tentang Tara harus jadi headlines kita. Biar Ruby yang menghubungi manajer Tara. Sementara kau dan yang lain bisa mempersiapkan tempat serta guideline yang akan kita pakai nanti,” jelas Ben panjang lebar.
Ruby hanya ikut mengangguk mendengar keputusan yang dibuat Ben barusan. Ia mencoba berbisik pada Fanya yang ada di sebelahnya. Ia sangat penasaran pada sosok Tara yang sejak tadi dibahas oleh bosnya itu. Siapa Tara ? dan kenapa sampai Ben begitu ingin mengangkat berita tentang dia kali ini. “Siapa Tara?” tanyanya.
“Kau tidak tahu?” tanya Fanya tak percaya. “Dia adalah pendatang baru yang mulai terkenal. Dan hebatnya dia adalah mantan Jack,” jelas Fanya membuat Ruby yang awalnya mengangguk saja segera melirik lelaki yang duduk bersebarangan dengannya itu.
Ada sesuatu yang membuatnya sulit bernapas setelah mendengar cerita dari Fanya tentang Tara. Model yang dulu pernah mengisi hati Jack dan sekarang telah jadi mantanya. Entah cemburu atau apapun itu yang jelas Ruby mulai merasa tak nyaman. Pasti Ben bukan tanpa sengaja menyebut Tara untuk jadi bahan berita di medianya kali ini. Menurut cerita Fanya model itu cukup lama menjalin hubungan dengan sang fotografer, bahkan semua karyawan The Azurape sudah mengetahui tentang hubungan keduanya. Namun entah kenapa tiba-tiba keduanya memilih mengakhiri hubunganya.
“Apa yang membuatmu penasaran dengan Tara?” tanya Fanya penuh selidik.
“Ingin tahu saja karena aku tidak pernah mendengar namanya.” Ruby mencoba menutupi rasa cemburunya.
“Aku kira Jack dan Tara dulu akan nikah di kemudian hari tapi ternyata memilih berpisah. Kau tahu dulu mereka adalah pasangan yang serasi,” tambah Fanya lagi.
Ruby hanya tersenyum mendengar cerita perempuan berambut pirang itu, Fanya yang terus saja mencoba menceritakan hubungan Tara dan Jack yang berakhir tak sesuai ekspektasi banyak orang. Ada rasa cemburu di hati Ruby pada Tara yang bahkan ia tak tahu seperti apa orangnya. Lagi pula Ruby tak pernah menanyakan kepada Jack tentang siapa saja yang pernah ada di masa lalunya.
**
Ruby terus saja memikirkan cerita Fanya tentang masa lalu Jack. Apalagi keputusan Ben tak mungkin bisa dirubahnya. Ben bersikeras memakai Tara sebagai talentnya kali ini, dan manajer Tara pun telah mengiyakan tawaran yang diajukan The Azurape. Tak sampai hati rasanya membayangkan Jack yang akan bekerja bersama mantanya.
Jam kerja pun usai, Ruby menuruni tangga menuju basement dimana ia menaruh kendaraanya. Hari ini terasa sangat lelah terlebih lagi harus ditambah dengan cerita yang terasa tak nyaman di telinganya. Ruby menghela nafas panjang sebelum ia memasuki mobilnya. Namun tiba-tiba tanganya tertahan oleh seseorang.
“Biar aku yang menyetir.” Ruby terkejut dengan kehadiran Jack di belakangnya.
“Hmm... aku sedang ada urusan lain Jack,” sergah Ruby
“Ke mana? Apa ada sesuatu yang tidak aku ketahui?” Jack menarik lengan Ruby dan mencoba menahanya untuk masuk ke kursi pengemudi. “Jangan mencoba menghindariku,” ucapnya lagi saat gadis itu tak segera menjawab.
Dengan terpaksa Rubg pun duduk di sebelah Jack yang terus fokus menjalankan kemudinya. Tak ada percakapan diantara keduanya karena Ruby memilih diam sembari terus menggigit jari telunjuknya.
“Ada apa? Kau terlihat tidak senang. Apa kau lapar dan ingin makan sesuatu?” tanya Jack.
“Tidak ada. Aku hanya ingin pulang,” jawab Ruby singkat membuat Jack mengernyitkan dahi.
Ingin rasanya ia menanyakan apa yang diceritankan Fanya di kantor tadi. Tapi sekali lagi mulutnya seperti terkatup sangat kuat. Jack pun mengantar Ruby sampai di apartemen dan terus mengikuti Ruby hanya sekedar memastikan bahwa wanitanya benar-benar telah berada di ruangan yang ber cat putih itu.
“Pulanglah aku ingin istirahat Jack,” pinta Ruby.
“Aku pun ingin segera membersihkan diri,” sahut Jack dengan tersenyum hangat.
Ruby mengernyitkan keningnya mendengar jawaban Jack. Sedetik kemudian ia menyadari maksud lelaki yang kini sudah menerobos masuk ke dalam kamarnya itu.
“Ijinkan aku beristirahat sebentar,” pinta Jack tanpa memandang Ruby yang berdecak sebal di belakangnya. Ia tak memperdulikan Ruby yang sebenarnya masih merasa tak nyaman dengannya.
Jack pun pergi menuju dapur mengambil segelas air dingin untuk melepas dahaganya. Perutnya terasa lapar, ia pun membuka isi kulkas Ruby dan memastikan ada makanan yang bisa dimakanya di sana. Akhirnya ia putuskan untuk membuat menu sederhana yang bisa dinikmatinya bersama dengan sang kekasih malam ini. Tangan Jack cukup terampil dalam membuat beberapa menu masakan. Dalam waktu singkat telah siap 2 piring nasi goreng seafood di meja makan mini milik Ruby. Cukup lama Jack menunggu Ruby yang sejak tadi berada di kamarnya. Lantas ia pun tak sabar dan bermaksud mengantarkan sepiring nasi goreng yang telah ia siapkan ke kamar Ruby.
“Duduklah. Aku sudah membuat nasi goreng untuk kita,” kata Jack setelah meletakkan makanan itu di atas meja. Ia sedikit penasaran pada Ruby yang sejak tadi terbaring dengan sebuah headset di telinganya.
Ruby hanya melirik nasi goreng yang diletakan Jack di meja kecil dekat dengan tempat tidurnya. Ia lantas pergi namun Ruby menarik lenganya.
“Jack, siapa Tara?” celetuk Ruby tiba-tiba.
“Apa ini yang membuatmu mendiamkanku?” goda Jack sembari tersenyum. Ia cukup hafal dengan wajah muram yang ditunjukan gadis itu sejak tadi.
Ruby memutar bola matanya jengah. “Jawab saja pertanyaanku,” decaknya kemudian.
“Dia pernah mengisi hari-hatiku dan itu sudah lama berlalu,” aku Jack mencoba meyakinkan Ruby dengan kata-katanya.
“Tapi mulai besok kalian akan bekerja sama,” ucap Ruby usai menghela napasnya.
“Kamu pun akan pergi bersama Ben keluar kota selama 1 minggu.” Jack mencoba mengingatkan Ruby akan sesuatu yang mungkin terlupakan.
Jack tersenyum menatap Ruby yang tiba-tiba menyandarkan kepala di pundaknya. Ia mengusap sayang puncak kepala gadis itu.
Begitu pun dengan Ruby. Ia ingin berlama-lama di pelukan kekasihnya ini.Merasakan kehangatan tubuh kekar Jack dan sesekali menghirup bau keringatnya. Hanya butuh waktu sebentar Ruby bisa menghafal semua yang berkaitan dengan Jack. Sosok laki-laki jahil yang telah sangat dicintainya ini mampu membuatnya menangis dan tertawa bahkan kadang juga sering membuatnya kesal. Ditangkupnya wajah Ruby dengan kedua tanganya dan meninggalkan sebuah ciuman pada bibir tipis Ruby. Cukup lama mereka melakukannya namun kini Jack tak berhenti di situ.
“Hentikan kegilaan ini Tuan Mesum,” kesal Ruby saat Jack mulai hilang kewarasan.
Jack pun berhenti seketika kembali menatap Ruby yang mencoba menyadarkanya. Ciuman itu pun sedikit berbeda dari biasanya Ruby sedikit takut jika ia akan terlena dan membawanya lebih jauh.
“Kenapa? Kau takut?” Ruby hanya mengangguk. Wajah sayunya terus menatap mata yang sejak tadi mencoba meyakinkanya.
“Aku lebih takut jika kamu tiba-tiba pergi dariku, By.” Jack pun melanjutkan apa yang membuatnya berhenti sesaat.
Menyusuri setiap jengkal tubuh Ruby dengan ciumanya. Dan melepas satu persatu pakaian yang sejak tadi menutupi tubuh keduanya. Ruby dan Jack kini telah sama-sama tanpa sehelai benang pun. Adegan ciuman yang kini telah berubah menjadi sebuah adegan ranjang.
“Jack, jangan!” Jack tak memedulikan lagi ucapan Ruby, hasrat yang sejak tadi telah berada di ubun-ubunnya kini tak mampu lagi dihentikanya.
Terus saja ia mencoba memasukan miliknya yang telah menegang di bawah sana.
“Hah, sakit Jack...” pekiknya lirih
Satu-satunya hal yang ia miliki kini telah direnggut oleh Jack.
“Ssstt ini hanya sebentar saja, By!.”
Tubuh kekar Jack kini telah berada di atas tubuh mungil milik Ruby. Bibirnya pun terus menempel pada bibir tipis milik kekasihnya, seolah ingin membungkamnya rapat agar Ruby tak lagi mencoba meluapkan kesakitannya. Adegan itupun kini beralih pada dada montok dan berisi milik wanitanya. Ruby pun semakin tak kuasa menerima sentuhan bibir Jack yang sejak tadi memainkan putingnya. Rasa sakit yang semula ia rasakan perlahan kini berubah menjadi sebuah kenikmatan. Tubuh Jack menghentak hebat di atas tubuh Ruby dan sedikit lagi mereka akan sampai pada satu puncak kenikmatan.
“Jack,” rintih Ruby.
“Sedikit lagi, By,” bisik Jack di telinganya
“Ah,” kepala Jack mendongak ke atas saat sekian banyak cairan hangat telah keluar di dalam sana dan ikut mengakhiri satu adegan Jack bersama Ruby malam ini.
Puas sudah rasanya. Kini Jack tersungkur lemah di dekat tubuh Ruby. Satu dosa besar telah dibuatnya bersama kekasihnya malam ini, entah sengaja atau tidak keduanya telah sama-sama menikmatinya. Jack mendekap erat Ruby dalam pelukannya matanya masih terpejam sejak adegan terakhir yang cukup menguras tenaganya.
