Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Sebuah Rahasia

Bab 6 Sebuah Rahasia

“Coba rasakan, rasanya enak.” Jack menyodorkan sepiring nasi goreng yang baru saja disajikan salah seorang pelayan.

Ruby hanya mengernyitkan keningnya karena merasa tak yakin dengan ucapan Jack.

“Ini bukan prank kan?” tanya Ruby tak percaya begitu saja

“Bukan, By, untuk apa aku ngeprank kamu. Niat prank aku sudah habis gara-gara melihat—”

“Melihat apa?” tanya Ruby lagi

“Ya melihat nasi goreng ini,” sergah Jack

Untung saja dia bisa segera mengalihkan pembicaraan. Lagi pula tidak mungkin jika Jack mengatakan bahwa ia sangat cemburu ketika melihat Ruby dan Ben berdansa. Ruby bukan siapa-siapanya, dan belum menjadi apa-apanya.

Mereka pun menikmati hidangan yang sudah sangat ramah bagi kebanyakan masyarakat Indonesia. Sepiring nasi goreng kiranya cukup membuat keduanya menikmati obrolan bersama. Disela-sela makan Jack terus saja mengajak dan memperdengarkan cerita-cerita gokil yang membuatnya tertawa geli. Ini pertama kalinya Jack benar-benar melihat Ruby yang menyenangkan dan berbeda dengan yang dilihatnya ketika berada di kantor. Hingga tak terasa malam yang semakin larut hampir berubah menjadi pagi. Jack pun mengantar Ruby menuju apartemennya.

“Ok, silakan turun bayar sesuai aplikasi.”

“Apaan sih...”

“Ya sudah cepat turun. Sudah malam. Tidak baik seorang perempuan malam-malam begini masih di luar,” Ruby keluar dari mobil Jack sesuai dengan titahnya.

“Thanks ya Jack.”

“You're welcome By.”

Ruby hanya tersenyum mendengar ucapan laki-laki yang masih berada dalam kursi kemudinya. Setidaknya malam ini Jack cukup menyenangkan.

**

Rasa capek dari sisa pesta semalam masih membuat Ruby enggan beranjak dari ranjangnya. Mengingat kembali momen makan bersama Jack cukup membuatnya lupa dengan kejadian di pesta tadi malam. Untung hari ini weekend jadi dia bisa membiarkan tubuhnya untuk sekedar bermalas-malasan diranjang. Serta menata moodnya untuk menyambut hari senin yang akan penuh dengan tugas-tugasnya kembali.

“Ting Tung...” suara bell apartemenya berbunyi

Dalam hatinya bertanya siapa yang datang sepagi ini ke rumahnya tanpa membuat janji. Diantara sekian teman-temanya hanya Monic lah yang selama ini sering keluar masuk apartemennya. Ruby segera berlari untuk memastikan siapa yang datang ke rumahnya sepagi ini.

“Jack” pekik Ruby pada laki-laki bertubuh jangkung yang sudah berdiri didepan pintu.

Ditangannya ada sesuatu yang dibawanya entah apa. Dua buah kotak sterofoam yang terbungkus oleh sebuah tas transparan.

“Assalamualaikum aku masuk!” Jack tak menunggu Ruby menjawabnya

Ia terus memasuki apartemen itu tanpa menunggu Ruby sang pemilik mempersilahkan lebih dulu.

“Pasti belum mandi?” Ruby masih berdiri mematung menatap Jack yang sudah menyibukan dirinya di dapur kecil miliknya

Ada beberapa pertanyaan yang ingin ia lontarkan pada tamunya namun lidahnya kelu tiba-tiba. Ia hanya menyaksikan Jack mengeluarkan beberapa makanan yang telah dibawanya. Ada roti bakar sosis dan juga omelet hangat yang menggoda Ruby. Itu makanan favoritnya, terus saja ia mengamati Jack dan mencoba menikmati aroma yang keluar dari makanan yang telah terhidang di meja makanya. Rasanya ingin segera ia mencomot salah satu diantara keduanya.

“Jack!.”

“Cepat mandi omeletnya nanti dingin nih. Lagian mau bikin aku tambah dosa aja melihat kamu pake baju sexy kayak gitu” sergah Jack

Mata tajam Jack mengarah pada Ruby yang masih berdiri dengan mengenakan piyama tidurnya dengan celana sepaha.

Segera ia masuk ke kamar mandi menuruti titah tamunya ini. Tak lama kemudian Ruby pun keluar menyusul Jack yang sejak tadi sudah menunggunya di ruang tamu sembari asyik menyaksikan acara kartun favoritnya, Naruto. Ruby yang baru datang pun telah duduk di sebelah Jack dan langsung mencomot begitu saja omelet yang sejak tadi cukup menyita perhatian.

“Berdoa dulu.” Jack melirik kasar wanita yang kelihatan sudah sangat lapar di sampingnya. Bukan hanya melirik tapi juga mencuri pandang wajah ayu tanpa polesan make-up sedikit pun. Ruby tersenyum menyeringai membalas tatapan tajam Jack.

“Kamu pagi-pagi ke sini cuma mau numpang nonton tv?”

“Kalau makan itu jangan sambil bicara, By,” sela Jack yang menyaksikan Ruby begitu antusias menikmati omeletnya, hingga ia tak merasa saus pada omeletnya mengenai pipi dan dagunya. Jack pun dengan sigap mengambil selembar tisu dan mencoba membersihkan pipi dan dagu Ruby.

Ruby pun sedikit terkejut saat menerima perlakuan Jack padanya. Ingin rasanya melarang Jack membersihkan sisa-sisa saus yang ada di dagu dan pipinya itu. Namun, kedua tangannya masih sibuk memegang sisa makanan yang belum selesai ia habiskan. Sedangkan mulutnya tak mampu berkata apa-apa karena masih penuh dengan omelet yang baru saja dikunyahnya.

“By... By... sudah berapa abad sih tidak makan makanan seperti ini?” Ruby diam. Hanya matanya saja yang saling beradu pandang dengan mata tajam laki-laki yang mencoba memberikan perhatian untuknya. Cukup lama Jack membersihkan wajah Ruby menatap dengan jelas dan sangat dekat wajah cantik yang ada di hadapannya.

MUACH!

Sebuah ciuman tiba-tiba menghampiri bibir Ruby. Jack semakin tak tahan melihat bibir telanjang Ruby yang sejak tadi dibersihkan.

DEGH!

Jantungnya seolah berhenti. Ruby kaku tiba-tiba ketika bibir Jack telah bersentuhan dengan bibirnya. Matanya terbelalak ketika merasakan Jack memainkan bibirnya.

“Jack, apa ini?” bisiknya dalam hati.

Tapi perlahan ia pun menikmatinya, cukup lama bibir Jack bertahan melumat bibirnya. Jack terus berusaha bergerilya di sana. Mata Ruby pun perlahan mulai terpejam menikmati ciuman romantis yang diberikan Jack untuknya. Setelah sekian detik pelan-pelan Jack menjauhkan bibirnya dari bibir Ruby. Ia sadar yang dilakukannya ini cukup brutal, rasa cemburunya semalam masih cukup membuatnya kesal pada Ruby. Hingga benar-benar harus membuatnya membalas kemarahan kali ini.

“Setidaknya ini cukup membalas rasa cemburuku semalam By, ketika melihatmu berdansa dengan Ben. Maaf aku bohong jika aku tak melihat kalian di sana. Tapi, jujur aku tak suka.” Jack beranjak dari tempat duduknya dan beralih ke dapur meninggalkan Ruby

Ruby masih terbengong dan mencoba mengatur napasnya kembali. Bibir Jack sangat tak memberi celah baginya untuk sesaat saja menghirup oksigen. Ruby lantas berdiri dan menyusul Jack yang sedang membersihkan beberapa benda kotor di sana.

“Jadi kamu melihatnya?”

“Dengan jelas!” jawab Jack singkat

“Dan... ?”

“Dan aku cemburu By.” Kembali Jack menatap tajam mata yang sejak tadi memperhatikannya.

“Tapi aku bukan siapa–siapamu, Jack.” Ada senyuman menyeringai dibibir Ruby

Jack kembali menarik tubuh Ruby dan mencoba mengangkatnya duduk diatas meja dapur. Kali ini keduanya saling berhadapan Jack pun semakin tajam menatap wajah wanita yang begitu mengundang hasratnya ini. Ia tak terima saat Ruby mengucapkan hal demikian kepadanya. Ruby pun semakin tak kuat menahan tatapan tajam Jack, mencoba membuang pandangannya ke segala arah.

“Dengar!” Jack memegang dagu wanita yang ada di hadapannya, dan mengembalikan pandangan Ruby yang sejak tadi mencoba pura-pura acuh padanya.

“Mengajakmu taruhan untuk bertahan lebih lama menjadi sekretaris Ben itu hanya alasanku saja By. Aku punya alasan untuk membuatmu bertahan di Azurape. Dan aku punya alasan agar orang yang aku sukai selalu bisa kulihat dan kuperhatikan setiap hari.”

Wajah Ruby memerah jari tanganya sedikit bergetar tatkala Jack semakin mendekatkan wajahnya lagi.

Dan satu lagi adegan ciuman baru selesai mereka lakukan di sana. Bohong jika Ruby tak menyukai apa yang dilakukan Jack padanya, dibalik sisi gila laki-laki ini ada sejuta keromantisan yang bisa dihadiahkan untuk wanita spesialnya.

Dan semua berakhir dengan Ruby yang kembali tertidur dalam pelukan Jack cukup lama. Sedari tadi keduanya hanya menghabiskan waktu di depan tv sambil terus mengobrol membahas beberapa project yang akan segera menyibukan keduanya. Jack terus saja tersenyum menatap wajah yang sedang tertidur di pelukannya. Ia pun mengangkat tubuh mungil itu dan mencoba menidurkan Ruby diranjang besar miliknya. Benar saja Ruby telah lebih dulu terbangun saat Jack baru ingin menaruh tubuhnya.

“Kamu mau pergi?.”

“Tidak By, memang kamu mau aku terus di sini?” Ruby hanya tersenyum

Kembali ia bangun dan duduk di samping Jack. “Sampai aku bosan sih, tapi aku takut kalau iman kita goyah.” Ruby memicingkan matanya mencoba menggoda Jack. \

“Sudah goyah bahkan sebelum aku berani menciummu. By... aku minta sama kamu kita rahasiakan apa yang kita jalani sekarang.”

“Kenapa? Bukanya bagus kalau Ben tahu soal ini?” Ruby menyerukan protesnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel