Bab 5 Sebuah Kejutan di Pesta Topeng
Bab 5 Sebuah Kejutan di Pesta Topeng
“Ini saja By cocok sama kamu” Monic memilihkan sebuah topeng berwarna hitam dengan hiasan bulu dan renda
“Yakin?” Ruby sedikit meragukan pilihan sahabatnya
“Sudahlah By hanya sebuah topeng masa iya kita mau debat seharian?.”
Monic lantas membereskan topeng-topeng lain yang masih berserakan di meja Ruby. Dan kemudian meninggalkan Ruby yang masih fokus pada benda yang ada di tangan itu.
“Yakin mau pakai ini By?” senyumnya menyeringai
Ia masih merasa aneh karena ini pertama kalinya Ruby ikut terlibat dalam pesta yang memiliki tema unik seperti ini. Ruby sendiri pun lupa kapan terakhir kali ia pergi ke pesta. Dia lebih senang menyendiri di kamarnya dan menyibukan dirinya dengan buku-buku atau novel kisah cinta favoritnya.
**
Pesta yang ditunggu pun tiba, malam ini aula gedung The Azurape telah dipenuhi dengan banyak tamu yang lebih tepatnya sebagian besar adalah karyawan The Azurape sendiri. Monic sengaja memilih tempat ini dan menyulapnya laksana ballroom hotel bintang 5. Lagi pula ruangan ini jarang digunakan hanya sesekali saja jika Jack memerlukanya untuk melakukan pemotretan dengan beberapa talent.
Suara dentuman musik cukup keras terdengar berdiri seorang DJ yang terus menggerakan badan serta jarinya. Mencoba meramu berbagai nada hingga menghasilkan suara musik yang cukup enak di telinga. Tak ada satu pun yang berdiam diri disana kecuali Ruby. Berdiri menatap hampir semua karyawan yang begitu asik menggerakan tubuhnya. Ruby hampir tak mengenali siapa saja mereka karena wajah mereka telah terbungkus oleh bermacam-macam topeng. Hanya ada segelintir orang saja yang dikenalnya ia pun mencoba mencari-cari dimana keberadaan Jack dan Monic.
Seorang MC menaiki panggung kecil yang berada di depan membuka acara pesta yang telah ditunggu-tunggu semua tamu yang ada di sana. Kehadirannya di sana untuk membuka acara party yang akan segera dimulai. Music yang semula terdengar keras pun berhenti seketika. Suara riuh dan tepuk tangan pun menyambut sambutan sang MC.
Acara pesta pun berlanjut, setelah pemotongan kue secara simbolik oleh beberapa wakil perusahaan, yang juga ikut mewakili ketidakhadiran Ben. Musik pun diputar kembali, kali ini bukan suara yang begitu keras melainkan sebuah musik instrumen yang mengajak para penikmat pesta untuk ikut berdansa disana. Suasana menjadi semakin romantis tatkala lampu yang semula terang kini telah berubah menjadi temaram. Ini hanya sebuah permainan dansa seperti yang katakan Monic waktu itu. Ketika lampu menyala mereka semua akan membuka topengnya masing-masing untuk mengetahui sebenarnya dengan siapa mereka berdansa.
“Hei!” Ruby terkejut saat sebuah tangan dari seorang laki-laki misterius bertopeng salah satu tokoh animasi mencoba menarik tangannya.
Seketika ia dan laki-laki itu ikut melebur bersama banyaknya orang yang sedang berdansa di sana. Ruby pun nampak tak asing dengan siapa rupanya ia sedang berdansa. Ini pasti Jack, siapa lagi yang punya kejahilan tingkat tinggi dikantor ini kecuali dia. Tubuhnya begitu luwes mengikuti semua gerakan yang ditunjukan laki-laki itu. Tangan Ruby pun ikut mengalung di lehernya matanya terus berusaha mengamati dan memastikan jika itu benar-benar Jack yang sedang menari bersamanya. Ruby begitu tak asing dengan mata yang memiliki sorot tajam seperti ini. Ruby pun menyudahinya dan melepaskan tubuhnya dari pegangan tangan lelaki misterius yang sejak tadi mengajaknya berdansa.
“Cukup Jack aku lelah.” Ruby memalingkan tubuhnya. Tapi pria misterius itu masih berupaya menahan genggaman tangan lelaki yang mencoba menahannya untuk pergi.
“Ben, bukan Jack!” Ben pun melepas topeng yang sejak tadi ia kenakan
“Hah!” Ruby sangat terkejut jika lelaki yang sejak tadi mengajaknya berdansa adalah Ben, bosnya
Ben mencoba mendekatinya, karena ada sesuatu yang ingin ia bisikan pada Ruby. Namun tiba-tiba lampu pun kembali menyala terang dan tertangkap jelas wajah Ruby dan Ben disana. Berada pada posisi yang sangat dekat, wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah Ben. Sontak saja semua orang yang menyadari kehadiran Ben di sana terus memperhatikan mereka.
Kali ini keduanya telah menjadi pusat perhatian banyak orang tepuk tangan pun ikut mengiringi kehadiran Ben yang dianggapnya sebagai sebuah kejutan. Ben hanya tersenyum menerima sambutan dari seluruh karyawan, sedangkan Ruby hanya terdiam ketika menjadi pusat perhatian teman-temanya. Wajahnya memerah seketika terlebih sejak tadi Ben terus saja mencengkram lenganya dengan kuat mencoba menghalangi Ruby untuk tak beranjak dari sana.
**
“Kenapa? Kenapa harus Ben?” Ruby terus mencecar dirinya sendiri
“Cie... jadi hari ini ada yang dapat surprise dari bos nya nih,” sela Monic yang tiba-tiba hadir di dekatnya
Mereka berdiri berjajar menghadap sebuah cermin di kamar mandi yang terpampang lebar.
“Huft !” Ruby menghela nafasnya dalam
“Kenapa By? Masih nervous barusan diajak dansa sama bos Ben?” Monic terus saja menggoda sahabatnya
Sesekali ia terkekeh menatap Ruby yang nampak kesal mendengar gurauan.
“Mon sudah dong. Aku tidak tahu kalau itu tadi Ben, sejak kapan dia di sana, aku juga tidak tahu,” ujarnya dengan bibirnya semakin menyudut.
Rasanya Ruby ingin berlama-lama saja dikamar mandi untuk bersembunyi dari cibiran teman-temanya. Ia sudah bisa menebak jika dirinya pasti masih menjadi pusat perhatian karena ulah Ben barusan.
“Justru ini langka By baru kali ini, si Ben itu mau ikut pesta bareng karyawan-karyawannya. Dulu tidak pernah apalagi dansa dengan sekretarisnya, ya tidak mungkin.”
Monic pun menyudahi make-upnya. Dan mengajak Ruby kembali keluar untuk melanjutkan pesta yang masih belum berakhir itu. Namun, Ruby tak memedulikannya ia lebih memilih pergi dari sana lalu pulang. Dan menyegerakan langkahnya pergi meninggalkan tempat pesta. Tapi baru beberapa langkah saja ia kembali berhenti.
“Mau kemana sih? Buru-buru banget” seru Jack dari kejauhan menghentikan langkah Ruby yang hampir saja sampai di pintu utama.
“Jack!“ Ruby menoleh menatap Jack yang berjalan mendekatinya.
“Pestanya belum selesai bu sekretaris? Mau pergi saja.”
“Sudah deh, aku tahu maksud kamu. Pasti kamu mau bahas soal kejadian di dalam tadi kan?”
“Hmm maksud kamu apa sih By memang ada apa di dalam?” tanya Jack tak mengerti
“Emang kamu tidak ikut dansa tadi?”
“Tidak. Aku cuma pesta berdua saja kok sama Pak Hendro di luar,” jelas Jack sembari menunjuk lelaki yang menemaninya sejak tadi
‘Syukurlah kalau Jack tidak tahu soal kejadian tadi,” bisiknya lirih.
“By kamu tidak apa-apa kan, mau aku antar pulang?” tanya Jack padanya
“Ah tidak, tidak usah. Aku bisa jalan sendiri kok,” Ruby pun berlalu dari hadapanya
Rasanya Jack ingin sekali mengatakan bahwa ia pun ikut melihat kejadian yang dimaksud Ruby. Mengatakan bahwa ia hanya ikut menikmati pesta diluar bersama Pak Hendro hanyalah alasanya saja. Bahkan sejak tadi Jack berada di dalam mengawasi gerak gerik Ruby dari kejauhan. Dia hafal bahwa perempuan cantik yang mengenakan dress hitam dan high heels maroon itu adalah Ruby. Hingga ia pun merasa begitu tak suka ketika tahu Ruby berdansa dengan seorang laki-laki yang ternyata adalah bosnya sendiri. Pesta topeng yang dalam ekspektasinya akan sangat menyenangkan ketika ia bisa berdansa dengan wanita pujaanya. Namun, suasananya berubah hambar ketika Ben telah lebih dulu mengambil kesempatan itu.
Sepanjang jalan Jack terus memikirkan apa yang dilihatnya di pesta. Tangan Ben yang dengan lihai mengajak Ruby berdansa dan beberapa kali sempat menyentuh pinggul ramping milik Ruby. Sebal bukan main rasanya ada cemburu yang tiba-tiba mengusik batin Jack. Terus saja ia membawa laju kendaraanya dan menghentikan mobilnya saat pandanganya tertuju pada seorang wanita yang sedang berdiri sambil memainkan layar ponselnya. Itu Ruby berdiri menoleh ke kanan dan ke kiri menunggu sebuah taksi yang telah dipesan. Jack pun kembali memutar mobilnya menghampiri wanita yang sejak tadi telah mengusik pikirannya.
“By!” serunya dari dalam mobil
Membuka kaca jendela dan berupaya mencoba mengajak Ruby untuk pulang bersamanya. Ruby yang sedikit kaget masih mencoba memperhatikan jika itu Jack.
“Cepat masuk. Memangnya kamu mau pulang jam berapa?” tambah Jack lagi. Ruby masih menoleh lagi taksi yang sedang ditunggunya.
“Tidak pernah baca berita soal pemerkosaan penumpang taksi dan korban begal?”
“Jack apa-apaan sih. Tidak lucu!” pekiknya
Ruby dengan cepat membuka pintu mobil dan segera masuk. Kalimat Jack yang terakhir ini sungguh terasa menyakitkan telinganya. Memang benar bukan Jakarta namanya jika tanpa berita kejahatan. Apalagi akhir-akhir ini memang marak aksi begal dimana-mana.
“By makan yuk lapar.”
“Ini sudah larut Jack memang mau makan di mana?” Ruby mencoba menolak, namun Jack terus saja mengarahkan mobilnya menuju salah satu tempat makan favoritnya
Sebuah warung tenda sederhana yang berada di tengah kota. Warung yang berukuran kecil namun selalu dipenuhi pembeli yang begitu ramai. Nasi goreng yang cukup terkenal dengan rasa yang tak kalah dengan masakan restoran-restoran mahal.
