BAB 4 - MASALAH BESAR
Riana membuka matanya sambil tersenyum pada Brian yang mengajaknya berdansa di hadapan semua orang menyaksikan dirinya. Riana berputar-putar sampai gaunnya panjangnya bertebangan indah mengikuti alunan musik biola yang di mainkan oleh Pavlo.
Semua orang disana tidak menyia-nyiakan tampilan itu, mereka mengarahkan ponsel mereka, bahkan sampai mengambil foto-foto mereka, termasuk Riana, Brian, dan juga Pavlo. Saat musik itu akan berhenti, Brian langsung membawa Riana pergi, dan semua orang memberikan tepuk tangan. Pavlo membuka matanya dia tersenyum atas tepuk tangan semua orang padanya. Tapi dia tidak tau bahwa, disaat ia memainkan biolanya, ada orang lain yang menari di depannya.
Wajah Veronika yang bahagia tadinya, kini tergantikan dengan perasaan benci cemburu pada Riana yang sudah menjadi penghalangnya. Gara-gara Riana dia tidak bisa berdiri di samping Pavlo.
Rita mendekati Vero untuk menyemangatinya. "Tidak apa-apa sayang, mungkin lain kali saja. Kau jangan berkecil hati ok!"
Vero terus memperhatikan Pavlo yang cuek padanya, dimana Pavlo sendiri langsung ikut pergi dari restoran tanpa berpamitan padanya dan juga keluarganya.
Riana tertawa dan tersenyum sendiri di dalam mobil, ia mengingat kejadian tadi yang tidak dia sangka-sangka bahwa semua orang memberinya tepuk tangan, namun dia tidak tau apakah tepuk tangan itu untuk Pavlo atau dirinya yang berdansa dengan Brian. Riana memperhatikan Brian yang hanya fokus mengendarai mobilnya saja. "Baby kenapa kau diam saja?" tanya Riana, merasa aneh di abaikan.
"Aku tidak menyangka kakak kelasmu itu sangat pandai memainkan musik. Kau saja sepertinya terhipnotis olehnya baby. Apa kau merasa ..." ungkap Brian, namun ada makna di balik perkataanya.
Riana mengerutkan alisnya, dia mengamati dalam-dalam wajah Brian yang tampak berbeda. "Aku tidak mengerti baby?" Riana masih bingung dengan perkataan Brian.
Brian tidak bicara apa-apa lagi, dia seperti sengaja cuek padanya. Sebenarnya dia sangat cemburu atas Riana yang mendekati Pavlo sampai memutari tubuh Pavlo yang memaikan Biola, seakan-akan musik yang di mainkan Pavlo tadi hanya untuk Riana saja.
Brian yang tidak mau ada orang yang berpikir yang tidak-tidak pada tunangannya sendiri, dia langsung bertindak mengajak Riana berdansa. Brian menghela napas sebelum bicara lagi, "Riana, aku langsung antar kamu pulang saja yah, aku masih ada urusan lain lagi di kantor," alasannya karna tidak enak hati.
Riana tidak menjawabnya sampai mobil Brian membawanya kembali pulang, dan anehnya lagi Brian tidak mau ikut masuk kedalam rumahnya untuk menemui orang tuanya dulu sebelum meninggalkannya ia di teras rumah. Riana yang merasa hatinya tidak tenang, hanya melihat mobil Brian sudah melaju pergi. Disaat itu juga hati Riana menjadi tidak karuan sama sekali memikirkan Brian.
Dia merasa bahwa tunangannya marah padanya. Tapi dia masih bingung kesalahan apa yang dia perbuat sampai Brian seperti itu padanya? Ini tidak perna terjadi sebelumnya. "Ibu, aku pulang!" Riana berwajah lesuh teriak di ruang tamu.
Ibunya menuruni tangga. "Tumben cepat, biasanya kau akan pulang di larut malam," ujarnya.
"Brian ada urusan di kantor, dan aku juga tidak mau telat untuk sekolah besok Bu." Ia membuat alasan untuk dirinya sendiri. "Maaf bu, aku ingin tidur!" Riana menyembunyikan perasaan sendihnya disaat menaiki tangga rumahnya.
"Riana, besok kakakmu akan pulang. Aku dan Ayahmu akan pergi menjemputnya di bandara," teriak ibunya dari dasar lantai. Riana hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon padanya.
Vidio di restoran menjalar begitu cepat, bahkan sudah terpublikasi di canel Youtube. Banyak yang menontong Vidio tersebut, sampai di teruskan berjuta-juta kali oleh orang-orang yang menonton.
~~~
Gedung pencakar langit pukul 12 malam.
Brian mengusap wajahnya kasar, karna dirinya masih sakit hati atas tunangannya. Asistennya yang harusnya berada di rumahnya mau tidak mau ikut menemani Tuannya, dan bekerja lembur disana.
"Katakan padaku, siapa orang terkaya nomor satu di Britania Raya?" tanya Brian tiba-tiba.
"Tuan, maaf, sampai sekarang kita tidak tau siapa orang tersebut? Negara ini masih menyembunyikan indentitasnya. Aku sudah menyuruh orang hebat dari Manca Negara untuk melacaknya, tapi tetap saja tidak ada yang bisa mengaksesnya, aku pikir negara ini memang melindunginya tuan," jawabnya langsung.
Brian menyalakan Rokoknya. "Aku hanya merasa aneh saja, bagaimana bisa keluargaku yang tadinya berada di urutan pertama sejak puluhan tahun, kini malah menjadi urutan kedua. Orang ini benar-benar sangat Misterius sekali," pikirnya.
Asisten itu membuka berkas miliknya yang ada di tangannya sejak tadi, dia membacanya sebelum berbicara pada Brian. "Disini tercatat bahwa Orang ini baru saja mendirikan prusahaan Robot otomotif di Negara Cina dan juga Rusia Tuan."
Brian menggelengkan kepalanya. "Sekaya apa kah orang ini? Sungguh aku begitu sangat penasaran. Keluarga dari manakah mereka ini." Herannya.
*
*
*
Semua murid di SMA Weslan mulai menjadikan Riana topik pembicaraan di pagi hari, namun bukanlah topik bagus tapi topik pembicaraan buruk.
"Eh... tau tidak, Riana merusak acara perjodohan Kakak Pavlo dan juga Veronika loh. Kalian harus melihat detail Vidio tersebut, seharusnyakan Veronika yang mendampingi Kakak Pavlo memainkan Biolanya. Eh dia malah kecentilan sok cantik mendekati Kak Pavlo."
"Ia tuh, aku sampai sakit hati melihatnya. Padahalkan dia sudah ada tunangan disana."
"Dengar-dengar kak Vero sangat sakit hati melihatnya."
"Riana seperti pelacur, tidak cukupkah 1 pria saja. Ini malah ingin mendekati kak Pavlo. Untung saja Kak Pavlo tidak melihatnya, jika tidak ... mungkin kak Pavlo marah besar padanya, karna sudah merusak acara perjodohannya."
Murid-murid di sana mulai menambahkan berita lain dan juga salah, hingga nama baik Riana tercemar. Padahal hanya masalah sepele kini di perbesar-besarkan semua orang.
Veronika yang melintas di antara murid-murid yang menceritakan keburukan Riana, dia hanya menyunggingkan bibirnya seakan-akan rencana balas dendamnya telah berhasil menjatuhkan harga diri Riana.
Riana yang dulu-dulunya idola di sekolah, kini nama baiknya tercemar atas tindakan konyolnya semalam di restoran. Ternyata Vidionya yang berdansa dengan Brian semalam telah di edit dan di potong, dan hanya menampilkan Riana saja bersama Pavlo. Tidak ada Brian yang berdansa dengan Riana di malam itu. Itulah yang membuat pandangan semua orang berubah padanya, dan mengatakan bahwa Riana seperti pelakor, kecentilan, dan masih banyak kata-kata hujatan lain lagi untuknya.
Pavlo yang sedang piket di pos gerbang sekolah, tiba-tiba saja Revano datang menghampirinya. "Pav apa kau sudah tau?"
Pavlo mengangkat kepalanya melihat Revano. "Ada apa?"
Revano menyimpan ponselnya di atas meja, tepat di hadapan Pavlo, lalu memutar Vidio untukny.
Pavlo menonton Vidio itu sampai selesai, lalu berkata dengan suara kesalnya, "Pelacur sialan ini selalu saja menggangguk."
