Bab 8 Ciuman Pertama
"Aku membawa wanita itu ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya, dia memang beanr-benar hamil, tetapi aku tidak yakin janin itu bayiku karena aku sudah tidak berhubungan dengannya hampir 2 bulan dan usia janin itu menurut dokter berusia 3 bulan, akhirnya tanpa sepengetahuannya aku meminta dilakukan test DNA pada janin itu. Dan sesuai dugaanku, itu bukan bayiku dengan bukti itu aku memutuskannya dihadapan keluarganya dan keluargaku, aku menceritakan dan menunjukan bukti-bukti perselingkuhannya yang aku kumpulkan setelah melihat kelicikannya, termasuk bukti hasil test DNA janin yang dikandungnya. Keluarganya merasa malu karena kelakuan putri kesayangan mereka dan akhirnya mereka menerima pembatalan pertunangan dan putusnya hubungan kami. Begitulah ceritanya, ada lagi yang ingin kamu tanyakan?"
"Sekarang dimana wanita itu dan bagaimana nasib janinnya?" tanya Nadia
"Dari informasi yang kedengar, keluarganya menggugurkan kandungannya dan mengirimnya ke Paris. Aku pernah bertemu dengannya sesekali dengan pria yang berganti-ganti, dan sejujurnya aku bersyukur disadarkan lebih awal sebelum terlanjur masuk dalam pernikahan karena bagiku pernikahan adalah sekali selama hidupku"
"Mengapa keluarganya tega sekali menggugurkan bayi yang tidak bersalah itu?"
"Sejujurnya aku juga menyesalinya tetapi aku mengetahuinya saat dia sudah menggugurkannya"
Nadia terdiam larut dalam pikirannya, dia berpikir bagaimana teganya seorang ibu menggugurkan bayi yang tidak bersalah dan ternyata apa yang dialami Aldrich lebih menyakitkannya dibanding apa yang dia alami, saat dia berpikir tiba-tiba dia dahinya di sentil, "Apa yang sedang kamu pikirkan?, kamu belum memberiku jawaban. Jangan pikir yang sudah berlalu yang perlu kita pikirkan adalah saat ini dan masa depan kita."
"Apakah aku masih harus menjawabnya?" tanya Nadia, sekarang hati dan pikirannya sudah bisa menerima Aldrich tetapi dia malu mengakui secara langsung.
"Maksudmu?" tanya Al dengan binggung
"Sudahlah....sudah malam, aku lelah antarkan aku ke hotel, besok siang aku harus terbang lagi" Kata Nadia sambil berdiri. Al yang menyadarai maksud perkataan Nadia langsung menarik pergelangan tangan Nadia dan akhirnya Nadia jatuh dalam pangkuannya, "Kamu menerimaku? Aku tidak akan mengijikanmu kelaur dari sini jika kamu belum mengatakannya."
Nadia langsung menyembunyikan wajahnya di pelukan Aldrich, sebenaranya Aldrich sudah mengetahui jawaban Nadia dan hatinya sangat bahagia dia tidak menyangka Nadia memberi jawabannya secepat ini jika dia mengetahui hasilnya seperti ini sejak minggu lalu dia akan menyekap Nadia.
Nadia mengangkat kepalanya dan memandang Aldrich, dengan kedua tangannya dia memegang pipi Al, entah keberanian dari mana yang membuatnya berani mengecup lembut bibir Aldrich padahal dengan pacarnya dia sama sekali tidak mengijinkan bibirnya disentuh dan dapat dikatakan ini adalah ciuman pertamanya.
Al tertegun sejenak dan langsung tersenyum lebar, "Kelihatannya aku tidak memerlukan jawaban lagi, karena itu tidak penting lagi sekarang, aku lebih suka melihat apa yang telah kamu lakukan untuk menjawab pertanyaanku. dan sekarang giliranku untuk memberikan jawaban dengan perbuatan juga" Tanpa memberi kesempatan Nadia mencerna perkatannya dia langsung menyambar bibir yang sudah lama ingin dia kecup itu. Al merasa Nadia terlihat ragu membalas ciumannya dan Al berpikir apakah ini ciuman pertama Nadia? Bukankah dia pernah berpacaran dengan si pembajak? Perlahan dia merasa Nadia sudah mulai membalasnya, dia menggigit pelan bibir bawah Nadia dan saat Nadia membuka mulutnya kesempatan itu digunakan untuk memasukan lidahnya menyusuri bagian dalam bibir lembut itu mencari lidah Nadia untuk disesap dan dibelitnya.
Nadia yang awalnya kaget perlahan mulai menikmati dan memberi balasan, saat dia mulai menikmatinya dia diberi sensai lain dari berciuman, lidahnya diisap dan dibelit oleh lidah Aldrich dan napasnya mulai terasa sesak, dia memukul pelan dada Aldrich meminta Al menghentikan ciumannya.
Aldrich menghentikan ciumannya dan melihat wajah Nadia kekasihnya merah merona, "Apakah ini ciuman pertamamu?" tanyanya dan dia melihat Nadia mengangguk pelan.
"Bukankah kamu pernah berpacaran dengan si pembajak itu?"
Nadia binggung mendapat pertanyaan Aldirch, "Ernest?" tanyanya dan Al mengangguk.
"Hahaha....mengapa kamu menyebutnya pembajak?"
"Bukankah dia yang membajak karyawanku, termasuk ingin membajakmu?"
"Kamu mendengarkan pembicaraan itu? Bukankah kamu tidak mengerti bahasa Indonesia?" tanya Nadia binggung.
"Aku sudah mengatakan aku menyukaimu jadi saat melihatmu bersama seorang lelaki aku ingin mengetahui apa yang kalian perbincangkan dan aku merekam pembicaraan kalian dan setelah itu memninta diterjemahkan"
"Dasar bos arogan, bisa-bisanya kamu mecuri dengar pembicaraanku" Nadia memukul dada Al, dan tiba-tiba dia sadar dia masih duduk dipangkuan lelaki itu, saat dia akan berdiri pinggangnya ditahan oleh Al.
"Biarkan begini, sudah sejak lama aku ingin merasakan memelukmu. Aku tidak merasa malu menguping pembicaraanmu saat itu karena dengan begitu aku mengetahui siapa dalang dibalik pembajak itu dan melihat bagaimana kamu menolaknya. Dan sekarang jawab pertanyaanku"
"Pertanyaan apa?" tanya Nadia yang mengetahui percuma jika dia memaksa melepaskan diri dari pelukan Al selain itu entah mengapa dia merasa begitu nyaman berada dipangkuan Al.
"Ceritakan tentang mantan-mantanmu"
"Kamu hanya menceritakan tentang tunanganmu mengapa aku harus menceritakan mantan-mantanku"
"Aku akan menceritakan nanti, karena mereka semua tidak penting. Ayo...Nana sayang...jangan berkelit lagi"
"Aku pacaran dua kali, saat SMU di Bandung yang kandas dalam hitungan bulan, saat dia mengetahui aku ingin menjadi seorang pramugari untuk mencapai cita-citaku mengelilingi dunia. Dia menyuruhku untuk tetap di Bandung dan mengganti cita-citaku itu, tentu saja aku menolaknya dan kami putus. Yang kedua dengan Ernest, aku mengenalnya sebagai pilot salah satu maskapai penerbangan saingan maskapaiku, kami sering bertemu saat di bandara ataupun di tempat kami mendarat. Dia mendekatiku dan menyatakan cintanya, aku pikir saat itu aku juga menyukainya dan aku menerimanya, setelah kami berpacaran aku baru mengetahui jika dia adalah putra salah satu pemilik maskapai itu. Hubungan kami mendapat restu dari keluarga, dan kami berencana untuk bertunangan terlebih dahulu sampai aku menemukan dia baru selesai bercinta dengan pramugari dari maskapainya di kamar hotel tempat mereka menginap. Saat itu aku bertukar jadwal terbang dengan Della dan ingin memberi kejutan pada Ernest, ternyata aku yang terkejut melihat apa yang terjadi. Aku marah saat itu dan memutuskannya, setelah itu tersebar berita jika dia terpaksa berselingkuh karena aku tidak bisa memuaskannya. Teman-temanku yang mengetahui apa yang terjadi membelaku dan mencari informasi tentang dirinya yang ternyata seorang player, dia menggunakan kekuasaannya untuk meniduri pramugari-pramugari junior dengan janji akan diangkat menjadi pramugari senior. Selama berpacaran dengannya aku memang tidak pernah mengijinkannya lebih dari memeluk atau menggandengku, menciupun hanya di pipi atau kening tidak dibibir. Aku hanya beruntung mengetahui sifat dia yang sebenarnya sebelum kami bertunangan dan sejujurnya aku memang sakit hati tetapi mengetahui sifat aslinya aku jadi merasa rugi jika harus larut dalam kesedihan, hanya saja aku jadi malas untuk membuka hatiku untuk cinta, karena aku merasa jika sudah waktunya aku akan menemukan orang yang bisa mencintaku dan menerimaku apa adanya"
"Dan...sekarang orang itu sudah ada dihadapanmu dan sedang memelukmu erat" Lanjut Al. Dia marah saat mendenagr perbuatan Ernest pada Nadia, dia akan membalasnya nanti pikirnya, karena saat ini dia ingin menikmati waktunya dengan kekasihnya.
"Al...kamu bisa menerimaku bagaimana dengan keluargamu?" Tanya Nadia ragu-ragu.
"Aku yakin mereka akan menerimamu, bukan karena kamu adalah pilihan ku tetapi karena kamu satu-satunya wanita yang bisa membuatku bahagia dan bagi mereka kebahagiaanku adalah yang paling utama. Selain itu dengan sifatmu aku yakin mereka akan menerimamu sama seperti aku menerimamu. Justru yang aku kuatirkan dirimu"
"Diriku?"
"Apakah keluargamu bisa menerimaku? Aku orang asing yang dimata kalian memiliki kehidupan bebas, dan bukankah orang tua disana masih memengang erat tradisi dan kebudayaan"
"Oh iya....benar juga...bagaimana jika keluargaku menolakmu?" Nadia memasang gaya berpikir tetapi Al melihat sorot mata Nadia menunjukan dia sedang mengusilinya.
"Jika mereka menolakkku maka aku akan menculikmu dan menyekapmu, mungkin aku akan menghamilimu supaya tidak ada alasan bagi mereka untuk melarang hubungan kita"
"Hahahaha....dasar arogan....keluargaku bukan keluarga yang memegang tradisi lama, papiku cukup berpikiran maju dan karena dukungannya aku bisa seperti sekarang, begitu juga dengan mami dan kedua adikku. Mereka semua bahkan sempat menggodaku jika jodohku nanti adalah seorang bule."
"Wah....kelihatannya ramalan mereka benar, dan kelihatannya aku harus segera memperkenalkan diriku pada mereka. Jam berapa penerbanganmu besok?"
"Jam 10 pagi, eh...Al...bolehkah aku meminta sesuatu?" Al memandang Nadia dengan penuh tanya dan akhirnya Nadia emlanjutkan, "Mengingat statusmu di kantorku, aku tidak ingin rekan-rekanku mengetahuinya karena saat mereka mengetahui hubungan kita aku jamin mereka akan bergosip tiada henti. Aku hanya akan menceritakan pada keluarga dan sahabat-sahabatku, karena mereka akan mendukungku bukan menunjukku. Kamu cukup tenar dikalangan rekan-rekanku bakan mereka sekarang berlomba untuk mencari kesempatan mendekatimu, bagaimana aku bisa tenang bekerja jika mereka mengetahui hubungan kita. selain itu jika si Elbert mengetahuinya bukankah dia memiliki kesempatan untuk menyebarkan berita negatif tentang hubungan kita"
Al yang awalnya heran dan tidak suka dengan permintaan Nadia berpikir ulang saat dia menjelaskan alasan Nadia, "Baiklah, aku tidak akan mempublikasikan hubungan kita, selain karena alasanmu memang masuk akal aku juga memikirkan hal lain yang mungkin saja akan merugikanmu jika mereka mengetahui siapa kekasih dari Aldrich Roxford"
"Terima kasih, Al...walau kata-kata terakhirmu menunjukan kesombonganmu kembali"
"Aku tidak mau menerima ucapan terima kasihmu yang tidak disertai dengan perbuatan"
Nadia berpikir maksud perkataan Al, dan sebelum dia sadar bibirnya kembali sudah dilumat oleh Al.
Ciuman mereka terhenti saat Nadia merasakan sesuatu yang mengeras dibawahnya, dan dia langsung menyadarinya dan mendorong Al, "Stop it...aku belum bisa bertanggung jawab menidurkan adik kecilmu. Walau keluargaku tidak kolot tetapi aku tetap diajarkan menjaga apa yang berharga untuk seorang wanita, maafkan aku jika aku tidak bisa melakukan hal itu"
Al kembali menyentil kening Nadia, "Aku tidak akan meminta hal itu sampai kamu merasa kamu siap menyerahkannya padaku, tetapi cukup kamu ketahui jika adik kecilku sejak hari ini adalah milikmu, tidak ada satu wanita yang boleh menyentuh dan merasakannya"
"Dasar mesum....aku sudah mulai lapar, bagaimana jika kamu mengajakku mencari makan dan mengantarkanku pulang ke hotel. Mengingat besok pagi aku harus berangkat kebandara kembali"
"Apakah kamu tidak bisa menunda penerbanganmu menajdi tengah malam?, besok malam jadwal makan malam keluargaku dan aku ingin mengenalkan kekasihku pada mereka"
"Aku tidak berhak menagtur jadwal penerbangan tuan Rexford, selain itu apakah tidak terlalu cepat kamu mengenalkanku pada mereka?"
"Tidak...mereka menunggu kapan aku membawa kekasihku dihadapan mereka, hampir setiap bulan saat makan bersama aku menjadi bahan olok-olokan kedua adikku"
"Hahaha...mengapa kamu tidak membawa salah satu teman kencanmu?"
"Sejak kejadian dengan Gladys aku tidak memiliki temna kencan, para wanita itu yang menawarkan dirinya padaku. Jika aku mengiingikannya aku terima hanya untuk bersenang-senang tetapi sekarang aku sduah memiliki kekasih yang artinya dia memiliki seluruh tubuh, jiwa dan hatiku, aku tidak akan pernah menghianati kekasihku"
Nadia percaya akan janji Al karena dari cerita Al tadi dia berkesimpulan jika Al mengutamakan kesetiaan dan menjujung tinggi nilai keluarga, salah satu Nadia menerima Al karena dia yakin Al tidak akan menghiantainya seperti mantan-mantannya dulu dan Al akan menyayanginya dan keluarganya.
"Iya...aku percaya, kamu milikku. Jadi apakah kamu tega membuat cacing-cacing diperutku berontak?"
"Hahahaha....ayo kita makan malam, dan setelah itu aku akan mengantarkanmu kembali kehotel. Eh...bagaimana jika kamu menginap disini? Besok pagi aku langsung mengantarkamu ke bandara"
"Aldrich!!" Nadia meneriakan nama kekasihnya dengan penekanan
"Oh....iya-iya....tapi...ijinkan aku berganti pakaian yang lebih santai biar serasi denganmu, selain itu kemejaku ini harus ku simpan dengan baik?"
"Mengapa?"
"Karena didalam kemeja ini ada airmatamu untukku"
"Hahaha....gombal...cepat sana ganti baju"
Tampak sekali pasangan itu saling mencintai dan sangat bahagia, Al mengendarai mobilnya sendiri dan mengajak Nadia makan malam ditempat favoritnya, setelah itu dia dengan berat hati mengantarkan Nadia ke hotel tempatnya menginap.
Nadia turun di lobby, dan memintanya untuk tidak turun dari mobil. Al meminta Nadia mengabarkan nomor kamarnya, dia masih ingin menghabiskan waktunya bersama Nadia, dia berjanji akan menunggu Nadia tidur setelah itu dia akan pulang. Permintaannya itu langsung ditolak oleh Nadia, karena dia tidak tidur sendiri. Al heran dengan pengaturan itu, karena sepengetahuannya pramugari senior selalu mendapat kamar sendiri, selain itu dari laporan yang dia baca dari manajemen maskapai pramugari senior kapten, pilot dan co-pilot mendapat kamar sendiri "Na...apakah selama ini kalian selalu berbagi kamar?"
"Iya, hanya kapten yang mendapat kamar sendiri, mengapa?" tanya Nadia
"Kelihatannya aku harus memeriksa semua laporan perusahaan, dan maukah kamu menolongku, untuk mengkofirmasi apa yang selama ini kalian jalanin di lapangan. Aku berpikir ada permainan orang dalam yang menyebabkan manajemen kacau"
"Baiklah....aku akan menolongmu sebisanya, mengingat aku terlibat secara tidak langsung dalam masalahmu"
"Jangan merasa bersalah, aku mengambil keputusan itu karena aku yakin bisa menyelesaikannya dan aku yakin perusahaan ini bisa menghasilkan keuntungan. Minggu depan aku akan kembali ke Jakarta, kulihat jadwalmu akhir minggu kosong artinya waktumu menemaniku"
"Maaf tuan Rexford anda salah....minggu depan jadwal saya bukan kosong tetapi saya mengajukan cuti pribadi, sebenarnya selama seminggu tetapi karena kekurangan tenaga jatah cutiku dikurangi jadi 3 hari"
"Cuti pribadi? Kamu mau kemana?"
"Aku harus pulang kerumah orangtuaku di Bandung, hampir 3 bulan aku belum menyempatkan diri untuk pulang dan kebetulan hari Jumat ada acara syukuran ulang tahun pernikahan orangtuaku dan sabtunya adik bungsuku merayakan ulang tahunnya yang ke-17. Jadi rencananya kamis sore aku pulang ke Bandung dan kembali ke Jakarta minggu malam. Kapan kamu sampai di Jakarta?"
"Rencananya Kamis aku berangkat, aku rasa seminggu cukup buatku membereskan pekerjaan disini, Kenapa?"
"Kalau hari kamis, artinya kamu baru tiba hari jumat, artinya aku tidak bisa mengundangmu kesana"
"Hahaha.....aku sangat menantikan undangamu, aku akan mengatur ulang jadwalku dan jika memungkinkan aku akan berangkat bersamamu kamis sore, bagaimana?"
"Kamu seperti anak kecil yang menerima hadiah kesukaannya.....gembira sekali...jangan memaksakan dirimu, bagaimanapun pekerjaanmu juga penting"
"Bagiku lebih penting bertemu dan berkenalan dengan keluarga calon istriku daripada pekerjaanku"
"Siapa calon istrimu?"
"Seorang wanita yang berhasil membuatku jungkir balik mengejarnya."
"Terserah kamu....aku turun dulu"
Sebelum Nadia membuka pintu mobil tangannya ditahan oleh Al, saat dia menoleh Al langsung menarik tengkuknya dan memberinya ciuman, "Kabari saat kamu akan take off dan landing"
"Baik tuan Rexford"
