Bab 7 Pengakuan
Nadia tiba di DC setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, sudah hampir seminggu dia belum pulang ke Jakarta, dia cukup lelah tetapi bagaimanapun itu adalah pekerjaannya, pekerjaan yang dia sukai. Aldrich masih sering mengiriminya pesan walau dia hampir tidak pernah membacanya, bahkan sekarang dia lebih sering mematikan telepon gengamnya. Della dan Tika masih belum mengetahui apa yang terjadi, mereka masih sering menggodanya di group pesan mereka, itu juga yang menjadi salah satu alasan Nadia enggan mengaktifkan teleponnya.
Saat dia berjalan keluar bandara bersama awak kabin yang lain dia dihampiri oleh seorang pria, dan meminta waktunya sebentar. Karena kebetulan dia jalan paling terakhir rekan-rekannya tidak ada yang menyadari langkahnya terhenti.
"Anda siapa?" Tanya Nadia
"Maafkan saya nona, nama saya Scott, tuan saya meminta saya menjemput nona untuk menemuinya"
"Tuanmu?" tanya Nadia dengan binggung, dia merasa tidak mengenal pria ini dan mengapa pria ini menjemputnya.
"Mr. Aldrich Rexford, nona"
"Maaf saya tidak mengenal tuanmu, dan saya sudah tertinggal dari teman-teman saya" Nadia cukup kaget saat pria itu menyebut nama Aldrich, apakah pria itu ada di DC juga? Pikirnya. Dengan cepat dia kembali melangkah tetapi tiba-tiba langkahnya kembali tertahan oleh dua orang pria yang diduganya berprofesi sebagai pengawal.
"Saya harap nona bisa mengikuti saya.Tuan Aldrich hanya ingin menemui nona, saya harap nona bisa mengikuti kami, tolong jangan mempersulit keadaan dan membuat kami terpaksa memaksa nona untuk mengikuti kami"
"Apa yang dipikirkan atasanmu itu? Apakah karena ini di DC dan dia mempunyai kekuasaan disini sampai dia bisa memaksakan kehendaknya?"
"Tuan melakukan semua ini juga karena nona tidak bisa ditemui dan dihubungi oleh tuan Al. tolong beri tuan Al kesempatan menjelaskan apa yang telah terjadi, tuan sama sekali tidak membohongi nona"
Nadia tidak bisa berkata-kata, karena apa yang dikatakan Scott ada benarnya. Dia berpikir mungkin lebih baik dia menemui Aldrich untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang ingin pria itu katakan padanya. sudah cukup dia menghindar dan dia merasa dia sudah siap untuk mendengar apapun yang akan dikatakan Aldrich padanya.
"Baiklah, ijinkan saya menghubungi rekan saya mengabarkan saya tidak ikut bersama mereka" Nadia segera menghubungi salah satu rekannya, dan mengatakan dia dijemput temannya dan akan pergi bersama temannya dan dia akan menyusul ke hotel nanti malam, kunci kamarnya mohon dititipkan saja di resepsionis. Dia mengikuti orang yang bernama Scott itu dan kelihatannya mereka menuju kesalah satu gedung apartement atau dugaan Nadia adalah penthouse.
"Silahkan masuk, nona. Saya harap nona bersabar mengunggu tuan Al di sini. Beliau sedang berada dikantor pusat untuk pertanggung jawaban" kata Scott, sebenarnya Scott sengaja sedikit mengungkapkan masalah yang menimpa atasannya itu pada Nadia, dia ingin membantu atasannya itu mendapatkan sipati dari wanita ini. karena dia yakin wanita ini memiliki hati yang lembut dan pasti tidak ingin membuat atasannya terluka.
"Ini penthouse siapa? Pertanggung jawaban?"
"Ini tempat tinggal tuan Al, dia meminta saya membawa nona kesini. Saat ini beliau sedang mempertanggung jawabkan keputusan beliau untuk mengakusisi maskapai tempat nona bekerja tanpa menunggu maskapai itu membereskan masalah manajemen mereka. untuk lebih jelasnya nona bisa bertanya langsung pada tuan saat dia tiba nanti. Ini koper nona, mungkin nona ingin membersihkan diri terlebih dahulu" Scott menunujukan sebuah kamar kosong, yang didalamnya ada kamar mandi. Nadia menduga itu adalah kamar tamu dan emmang dia ingin membersihkan dirinya terlebih dahulu, perjalanan panjang membuatnya lelah, dan membersihkan diri kadang bisa membuat perasaannya lebih nyaman.
Nadia memmbersihkan diri dengan cepat, saat dia selesai dan merapikan kopernya dia menunggu kedatangan Aldrich diruang tengah. Setelah satu jam menunggu tidak ada tanda-tanda kedatangan Aldrich, Nadia memutuskan untuk pulang ke hotel saja, saat dia akan keluar dia menemukan kedua pengawal berdiri didepan pintu dan menghalanginya. "Maaf nona, kami diperintahkan untuk memastikan nona tidak keluar dari tempat ini" kata salah satu dari mereka.
"Dimana Tuan Scott?" tanya Nadia
"Tuan Scott sedang mengerjakan pekerjaan lainnya"
Dengan kesal Nadia kembali keruang tengah, dia mulai marah dengan sikap Aldrich yang dirasanya terlalu berlebihan, bukankah jika dia ingin menemuinya dia bisa mendatangi hotel tempatnya menginap, bukan dengan menahannya seperti ini, apalagi saat ini dia sudah benar-benar lelah.
Hampir tiga jam dia menunggu sampai dia mendengar percakapan didepan pintu dan dia yakin orang yang ditunggu-tunggunya sudah tiba. Karena kesal disuruh menunggu lama, saat dia melihat Aldrich memasuki ruang tengah Nadia lansgung melemparinya dengan bantal kursi yang ada disekitarnya.
"Apa maksudmu menahanku disini dan menyuruhku menunggu begitu lama, kamu pikir aku tidak lelah setelah menepuh perjalanan panjang" Kata Nadia dengan emosi.
Aldrich yang sadar dari kagetnya saat menerima serangan mendadak dan omelan dari Nadia langsung tertawa dan berjalan mendekati Nadia.
"Jangan marah Nana, aku harus melakukan ini semua karena kamu tidak ingin menemuiku, selain itu salahkan mereka yang menahanku sehingga menyebabkan aku tidak bisa segera pulang kesini" Kata Al dengan santai dan langsung duduk disamping Nadia. Al memang suka memanggil Nadia dengan sebutan 'Nana' karena baginya lebih mudah dan akan menjadi panggilan khususnya.
"Apa maumu sekarang?"
"Aku ingin menjelaskan semuanya, menjelaskan apa yang terjadi diantara kita. maukah kamu memberikan kesempatan aku untuk mejelaskannya?"
"Cepat jelaskan supaya aku bisa pulang ke hotel untuk berisitirahat"
Aldrich sudah mengetahui sifat Nadia yang tidak suka basa basi, dia akan langsung bertanya. Al melihat Nadia sudah berganti pakaian, dia yakin Nadia membersihkan diri di tempatnya, karena Scott mengatakan dia membawa Nadia lansgung dari bandara saat akan ke hotel, artinya wanita itu masih menggunakan seragamnya, tetapi sekarang Nadia menggunakan pakaian santainya, tanpa membuang waktu lebih lama lag mengingat dia sudah merindukan wanita ini dia mulai menjelaskan.
"Na...aku sama sekali tidak bermaksud menyembunyikan identitasku, saat bertemu denganmu pertama kali dalam penerbanganku dari DC ke Jakarta, aku memang bertukar tempat duduk dengan Scott, asistenku dan orang yang membawamu kemari. Awalnya aku hanya ingin melihat kinerja awak kabin maskapai yang harus aku akusisi, niatnya hanya pertukaran tempat duduk sementara, tetapi saat suaramu masuk dalam indera pendengaranku aku tidak berminat pindah ke kelas utama, aku ingin melihatmu dan mendengar suaramu kembali. Aku bersyukur anak kecil itu jatuh dekat kursiku karena aku bisa mengetahui namamu dan memandang wajahmu.
Aku mencari informasi tentangmu, tetapi aku binggung bagaimana aku bisa menggenalmu lebih dekat" Al menghentikan sejenak ceritanya dia melihat pada Nadia yang tetap diam dan terus menatapnya, kemudian dia melanjutkan Ternyata doaku didengar, aku bertemu denganmu di café tempat dimana aku harus menemui rekan bisnisku, yang terlambat datang. Saat aku memutuskan untuk pergi aku melihatmu masuk dan duduk dimeja sampingku, aku mengamatimu dan aku tau saat itu kamu membuat pria itu marah, dan sesuai dugaanku dia ingin menyakitimu. Aku tidak ingin kamu disakit, aku menolongmu. Setelah itu kamu mengetahui kelanjutan ceritanya."
"Kamu memang tidak membohongiku, hanya aku yang terlalu bodoh tidak langsung mengenalimu sebagai tuan Aldrich Rexford"
"Aku menduga kamu marah dan memutuskan tidak membaca atau membalas pesanku dan menghindariku karena kamu mengetahui identitasku, tetapi yang perlu kamu ketahui jika bersamamu aku tidak pernah memikirkan siapa aku. Aku hanya menyukai getaaran yang muncul dihatiku untuk semua yang berhubungan denganmu, dan aku sedih saat kamu mengabaikanku. Na...aku menyukaimu...dan aku mencintaimu" entah mengapa Aldrich nekat menguratakan isi hatinya saat itu, dia hanya berpikir inilah satu-satunya kesempatannya dan dia berharap Nadia bisa membalas perasaannya.
Nadia kaget mendengar pengakuan Aldrich padanya, dia tidak menyangka Al mengutarakan isi hatinya tetapi dia sadar mereka bukan dari level social yang sama, dan dia tidak pernah membayangkan menjadi seorang cinderela jaman sekarang. Atau bagaimana jika Al hanya menyukainya karena tertantang untuk memilikinya, bukankah orang-orang kaya seperti mereka dengan mudahnya berganti pasangan seperti berganti baju atau mobil, Nadia menguatkan hatinya sebelum menjawab, "Al, maafkan aku. Aku menghindarimu karena aku merasa tidak layak, kita dari kelas sosial yang berbeda jauh...." Belum sempat Nadia menyelesaikan perkatannya tanpa dia sadari Aldrich langsung menariknya masuk dalam pelukannya. Saat Nadia sadar dan berontak minta dilepaskan Al semakin mempererat pelukannya, "Jangan lanjutkan, aku tidak melihat perbedaan diantara kita. bagiku kita sama-sama manusia yang punya kekurangan dan kelebihan. Aku tidak melihat perbedaan kelas diantara kita, kamu mungkin berpikir ini terlalu cepat, atau aku hanya bermain-main, tetapi aku serius Nana, selama hidupku aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini, perasaan ingin selalu bersamamu, perasaan marah saat kamu tidak membalas pesanku atau tidak ingin menemuiku bahkan dengan mantan tunangakku yang mengkhianatiku. Na...mungkin kamu belum bisa memberi jawaban atas perasaanku ini...aku akan menunggu jawabanmu...tetapi aku mohon jangan abaikan aku lagi, aku ingin kita tetap bersama, dan jika suatu saat nanti kamu sudah menemukan jawaban untuk perasaaanku katakanlah, aku akan menerima apapun keputusanmu" Setelah selesai mengungkapkan isi hatinya dia melepaskan pelukannya dan memandang wajah Nadia yang terlihat bersemu merah.
Nadia yang kehilangan suaranya saat mendengar apa yang dikatakan Aldrich padanya hanya terdiam, dia tidak tahu harus mengatakan apa, hatinya merasakan kebahagiaan saat mendengar dan ungkapan perasaan Aldrich tadi, tetapi pikirannya masih tidak bisa menerimanya, masih ada sesuatu yang mengganjal pikirannya yang berkaitan dnegan perkataan Scott tadi, dan saat dia menunggu dia berpikir apakah dia salah satu alasan Al mengakusisi maskapai tempatnya bekerja sehingga menyebabkan dia harus bertanggung jawab pada atasannya, awalnya dia merasa itu tidak mungkin tetapi mendengar pengakuan Al tadi dia merasa dia harus menanyakan hal itu, "Al...maukah kamu menjawabku dengan jujur?"
"Aku tidak pernah dan tidak akan pernah membohongimu, apa yang ingin kamu tanyakan?"
"Apakah kamu mengakusisi maskapai tempatku bekerja karena aku? Dan apakah sekarang kamu sedang mengalami masalah dengan para pemengang saham di Andritz?"
Al tidak menyangka akan mendapat pertanyaan itu, tetapi dia sudah menyanggupi untuk berkata jujur, "Aku mengakusisinya karena memang Andritz berminat pada maskapai ini, hanya saja aku melakukannya lebih cepat daripada yang seharusnya. Maskapai ini secara operasional sangat bagus tetapi secara system manajemen amat kacau, seharusnya aku menunggu sampai mereka merapikannya tetapi saat aku melihat gara-gara pembajakan beberapa karyawan dan kalian belum bisa mencari pengantinya sehingga membuat karyawan yang tersisa bekerja dengan jadwal yang sangat padat, terutama dirimu...aku tidak tega oleh sebab itu aku mempercepatnya. Untuk itu aku harus mempertanggung jawabkan keputusanku itu dan maslaah ini sudah bisa diatasi. Aku akan tinggal di Jakarta untuk sementara waktu, menjalankan dan merapikan system sekaligus mengkolaborasikan dengan jaringan Andritz, walau itu hanya alasanku supaya aku bisa tetap dekat denganmu. Aku bisa saja mengurusnya dari sini, tetapi jika aku melakukan itu aku tidak memiliki waktu berjalan-jalan denganmu mencari makanan-makanan unik yang belum pernah aku rasakan."
Nadia tertegun mendengar perkataan Al, dia melihat dalam mata Aldrich dan melihat kejujuran serta kesungguhan disana. Nadia memandang Al dengan tatapan lembut dan tidak terbaca, yang membuat Al semakin penasran dengan jawaban Nadia.
"Al, aku melihat kesungguhanmu....sebenarnya aku juga merasakan getaran didalam hatiku saat bersamamu. Itulah salah satu sebab aku menghindarimu, aku tidak ingin kembali merasakan sakit hati karena penolakan dan penghianatan, tetapi melihat keberanian dan kesungguhanmu aku berpikir apakah aku harus kembali membuka hatiku?"
"Nana....jika kamu belum bisa membuka hatimu untukku, aku akan menunggumu dan aku akan berusaha masuk dan memenuhi hatimu dengan cinta dan kasih sayang. Aku pernah mengalami penghianatan dan aku mengetahui bagaimana sakitnya, dan mengapa aku belum menemukan pasangan hidupku sampai sekarang itu karena aku memang mencari wanita yang benar-benar cocok dan bisa membuatku merasakan apa arti cinta dan kesetiaan yang sebenarnya"
"Bolehkah aku mengetahui penghianatan yang bagaimana yang kamu alami?" Nadia melihat perubahan raut wajah Aldrich sebelum Aldrich menjawab pertanyaanya, Nadia berpikir apakah Al masih mencintai mantan tunangannya itu?
Al memandang Nadia dan dia melihat kesedihan dan keraguan dimata wanita itu, dan hatinya langsung sakit bahkan lebih sakit dari pada melihat penghianatan Gladys dulu, Dia tidak ingin melihat Nadia bersedih, "Aku melihat tunanganku bercinta dengan pria lain di kamar penthouse kami. Saat itu aku harusnya sedang melakukan perjalanan bisnis tetapi karena kendala cuaca penerbanganku terpaksa ditunda, aku pulang seperti biasa dan melihat kejadian itu. Aku awalnya berpikir bahwa kami saling mencintai merasa sakit hati dan kecewa, aku menengelamkan diriku dalam pekerjaan dan mengantung hubungan kami untuk membuatnya menderita tetapi aku keliru. Aku menghindarinya sampai dia memanfaatkan keluargaku dan keluarganya, dia mengatakan pada jika dia mengandung bayiku, keluarganya langsung meminta pertanggung jawaban dan daddy langsung memaksaku menikahinya. Saat itulah aku sadar aku tidak pernah mencintai wanita itu, yang kurasakan bukan cinta tetapi karena egoku, dia wanita yang popular diantara teman-temanku, semua pria mencoba mendekatinya, dan tanpa sadar aku ikut dalam arus itu dan saat aku mendapatkannya aku sangat bangga sehingga aku langsung melamarnya."
Al menghentikan ceritanya karena dia melihat Nadia meneteskan airmatanya, "Nana...mengapa kamu menangis?" Al mengusap airmata Nadia dengan lembut.
"Hatimu saat itu pasti terluka dan sakit sekali....aku merasakannya" Kata Nadia dengan suara lirih.
"Saat itu mungkin hatiku sakit sekali tetapi hari ini aku menyadari hatiku lebih sakit saat melihat kesedihan di matamu dan melihatmu menitikan air mata"
Nadia melihat ketulusan di mata Al, tanpa sadar dia memeluk Aldrich dan airmatanya keluar semakin deras, kata-kata Al membuat hatinya bahagia dan menghilangkan keraguan dalam pikirannya mengenai perasaannya pada Al, apalagi saat ini dia melihat kepanikan Al karena dia menangis.
"Nana....jangan menangis, aku tidak apa-apa....jangan menitikkan airmata untukku, aku tidak menyukainya, hatiku semakin sakit melihatnya...jangan menangis sayang..."
Hati Al benar-benar sakit sekarang melihat airmata Nadia yang semakin deras, dia membelai lembut kepala Nadia yang ada dalam pelukannya, sampai dia merasa Nadia sudah tenang kembali.
Nadia melepaskan pelukannya, sejujurnya dia malu dengan tindakannya itu, tetapi sudah terlanjur dia menatap pada Al yang juga menatapnya dan menghapus sisa-sisa airmatanya, "Lanjutkan ceritanya" kata Nadia dan membuat Al binggung, "Ayo...ceritamu belum selesai, bagaimana kelanjutannya apakah dia benar-benar hamil bayimu?" Al melihat sorot mata Nadia yang tidak lagi memancarkan kesedihan tetapi kali ini kelihatannya Nadia lebih penasaran mengetahui akhir ceritanya yang tidak pernah diungkapkan pada media.
