Pustaka
Bahasa Indonesia

Love Is In The Air

107.0K · Tamat
Natalia K
47
Bab
25.0K
View
7.0
Rating

Ringkasan

"Nad...apakah kamu sudah menjalin hubungan dengan pria asing itu?" tanya Della tanpa ragu."Hanya berteman, kenapa?""Jadi benar yang dikatakan Tika, dia mendengar dari Udin kamu membawa bule ke warungnya. Yang benar Nad...masa bule tampan kamu ajak ngemper?""Apa salahnya? Dia mau dan ternyata dia juga suka, lagian warung bu Sri bersih dan makananya enak""Jangan bilang kamu juga mengajaknya ngemper di soto betawi langganan kita"Dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Nadia."Astaga....ini yang salah si bule atau kamunya, kuliner nusantara di resto atau depot kan banyak kenapa kamu malah membawanya ngemper? Kalau dia sampai sakit perut gimana?""Buktinya dia suka dan tidak sakit perut""Terserah kamu....yang penting aku ingin tau bagaimana perasaanmu padanya? dan bagaimana sikapnya dia terhadap kamu? Apakah dia masih lajang?""Kami sering berdiskusi tentang kebudayaan dan kebiasaan negara-negara yang pernah kami kunjungi. Aku nyaman bersamanya, dia lajang, dia baik dan perhatian.""Baiklah...ingat aku dan Tika akan selalu mendukungmu, tetapi kali ini jika dia memang memiliki rasa padamu kamu jangan menolaknya, dijalanin saja dulu siapa yang bisa menduga jika dia adalah calon pasangan hidupmu""Hahaha...terlalu jauh rasanya untuk memikirkan itu""Kenapa? Kalian sama-sama lajang jadi kemungkinan untuk bersama semakin besar dan dari ceritamu tadi kelihatannya kalian juga cocok.""Dijalani dulu saja, lagian dia hanya sementara di sini. Ayo sudah mulai open gate kita harus bersiap-siap"Apa yang sebenarnya terjadi antara Nadia dan pria asing yang menjadi topik pembicaran mereka? dan bagaimana awal mula mereka bertemu dan bagaimana akhir dari hubungan mereka?

Cinta Pada Pandangan PertamaBillionaireSweetKeluargaDewasa

Bab 1 Persahabatn dan Keluarga

"Nad...libur atau stand by?" tanya Tika saat Nadia mereka berjalan kearah pintu keluar bandara menuju mobil yang akan mengantar ke tempat tinggal mereka.

"Stand by. Kenapa? Mau tukar?" tanya Nadia, Dia yakin Tika tidak akan bersedia tukar tempat dengannya mengingat sudah hampir tiga minggu ini mereka terbang bersama dan hari ini mereka baru kembali ke tanah air dan dia bisa menikmati jatah liburnya.

"Terima kasih...tawaranya saya tolak...niatnya kalau kamu libur besok kita jalan-jalan cari kuliner"

Nadia Larasati Wijaya, 22 tahun berprofesi sebagai pramugari dari sebuah maskapai penerbangan yang cukup ternama. Berasal dari keluarga sederhana, orangtua dan dua adiknya tinggal di Bandung, memiliki cita-cita bisa keliling dunia oleh karena itu dia memilih berprofesi sebagai pramugari supaya bisa mewujudkan cita-citanya itu.

Nadia sudah diajarkan mandiri sejak kecil oleh kedua orang tuanya, mereka percaya putri sulung mereka itu bisa menjaga dirinya sendiri, dan karena kepercayaan dari orang tuanya membuat Nadia benar-benar menjaga dirinya, dia tidak terpengaruh pada kehidupan bebas kota besar ataupun pergaulan di lingkungan pekerjaannya, wajah Nadia yang cantik dan manis membuat beberapa lelaki mencoba mendekatinya, Nadia pernah berpacaran saat SMU tetapi putus saat mengetahui dia bercita-cita menjadi seorang pramugari dan akan melanjutkan sekolahnya di Jakarta. Setelah itu Nadia kembali dekat dengan seorang pilot maskapai lain, hubungan yang kelihatannya akan berakhir bahagia dan menjadi pelabuhan terakhir mereka ternyata akhirnya kandas saat Della melihat perselingkuhan kekasihnya dengan rekan pramugarinya secara langsung. Si Pilot menyalahkan Nadia yang tidak bisa memenuhi hasrat kelelakiannya karena Nadia terlalu kolot dengan prinsipnya, Sejak saat itu Nadia memutuskan untuk fokus pada cita-citanya saja, dia berpikir jika sudah waktunya maka jodohnya akan datang sendiri.

"Eh...akhirnya kalian kembali juga, aku pikir kalian lupa kalau masih punya tempat tinggal yang harus diurus disini" Kata Della saat melihat Nadia dan Tika memasuki pintu apartement mereka.

Nadia, Tika dan Della menyewa sebuah apartement sebagai tempat tinggal mereka bersama, mereka bertiga berkenalan sebagai rekan kerja di maskapai yang sama sejak mereka menempuh pendidikan sebagai seorang pramugari, hubungan pertemanan diantara mereka cukup erat.

"Hahaha....hampir saja aku lupa jalan pulang kesini, untung ada Nadia" kata Tika menanggapi perkataan Della dengan bercanda.

"Memangnya 3 minggu ini kamu tidak ada jadwal terbang?" tanya Nadia

"Nadia! Della tidak terbang?, mana mungkin Kapten Arya tidak terbang dalam waktu 3 minggu ini" Jawab Tika

Kapten Arya, salah satu pilot senior yang cukup tampan dan terkenal di maskapai mereka dan dia adalah tunangan dari Della, sudah menjadi rahasia umum jika keromantisan mereka berdua sebagai pasangan kekasih membuat beberapa orang iri, si kapten tidak pernah malu menunjukan kemesraan mereka di hadapan teman-temannya dan secara tidak langsung bagian yang mengatur jadwal terbang mereka, mengatur jadwal terbang Della selalu bersama tunangannya itu.

"Siapa tau saja bagian jadwal iri dan mengatur Della tidak terbang" sahut Nadia dengan santai.

"Hahaha....benar juga" jawab Tika

"Kalian berdua kelamaan bersama sampai kompak sekali, nyesal aku nyiapin makan malam buat kalian" kata Della.

Nadia dan Tika langsung menuju ke maja makan melihat menu yang disiapkan untuk mereka, dan mereka berdua langsung tertawa, "Del....kapten menginap disini ya selama kami tidak ada?" tanya Nadia, Della yang mendapat pertanyaan itu, wajahnya langsung memerah, "Maaf....aku sakit dan dia tidak ingin meninggalkanku sendiri" jawab Della akhirnya dengan pasrah, karena dia memang tidak ada niatan untuk membohongi kedua sahabatnya itu.

Mereka memang memiliki komitmen untuk tidak membawa lelaki yang berstatus bukan saudara kandung atau orang tua kedalam apartement apalagi menginap, hal ini untuk menjaga privasi dan kenyamanan mereka dan rupanya kali ini Nadia melanggar perjanjian itu dan karena rasa bersalahnya dia memasakan sahabat-sahabatnya itu menu-menu kegemaran mereka masing-masing.

"Kamu sakit apa?" tanya Nadia dengan kuatir

"Demam dan diare, keliahatannya salah makan waktu perjalanan terkakhir, akibatnya aku lemas dan kapten yang mengurusku selama aku sakit"

"Baiklah...karena alasan yang amsuk akal dan kamu sudah memasakkan makanan kesukaan kami, kita maafkan...iya kan Nad?" kata Tika.

"Syukurlah ada kapten yang menjagamu, seperti kata Tika...kami terima maafmu...tetapi..." Nadia menjeda perkatannya dan melirik ke Tika, Tika yang sadar Nadia akan mengerjai Della langsung menanggapi, "Rasanya makan malam ini masih kurang sebagai hukuman, bagaimana menurutmu Nad?"

"Barusan aku ingin mengatakannya...tetapi jika kita menambah hukumannya, aku kuatir setelah hari ini kita berdua tidak akan dikasih jadwal terbang lagi, diganti menjadi jadwal menjaga tunangan kapten"

"Ide kamu boleh juga....aku akan sampaikan pada kapten" jawab Della dengan gaya orang sedang berpikir berat.

Melihat gaya Della itu membuat Nadia dan Tika tertawa bersama, "Eh...kalian sudah dengar belum jika maskapai kita akan diambil alih oleh Andritz corp? Tanya Della saat mereka bertiga menikmati makan malam.

"Oh ya? Apakah artinya akan ada perubahan dan penyesuaian yang signifikan? Mengingat Andritz merupakan perusahaan besar dan memiliki cukup banyak bidang usaha yang tersebar diseluruh penjuru dunia" tanya Tika

"Kemarin saat terbang aku juga mendengar kapten Widhi membicarakan hal ini, dari yang kudengar beritanya masih belum pasti, katanya pihak Andritz masih akan menjajaki dan memeriksa kelayakan maskapai kita sebelum memutuskan mengambil alih. Jadi mendingan kita tunggu saja pengumuman resminya dan jangan ikutan menyebarkan berita yang belum jelas" Kata Nadia, memang diantara mereka bertiga Nadia adalah yang memiliki pemikiran paling dewasa, mereka satu angkatan tetapi Nadia sudah menduduki posisi sebagai senior, karena kinerja dan kemampuannya memang sangat baik.

"Iya...benar kamu Nad...apapun keputusan perusahaan, kita tidak mungkin bisa merubahnya, kemarin kapten juga mengatakan hal yang sama" lanjut Della.

Maxwell Rexford pemilik dari Andritz Corp yang berpusat di Washington DC, memiliki dua putra dan seorang putri dari pernikahannya dengan Barbara Rexford. Putra pertamanya Aldrich Spencer Rexford, 30 tahun, seorang pembisnis andal dan merupakan pewaris utama dari Andritz corp, putra keduanya Edbert Kendrick Rexford, 28 tahun berprofesi sebagai pengacara dan memiliki firma hukum sendiri dan sudah menyatakan diri tidak berminat masuk dalam bisnis, dia hanya membantu perusahaan Rexford untuk urusan yang berkaitan dengan hukum, dan yang terakhir putri tunggalnya Belinda Crystal Rexford, 25 tahun lebih menyukai profesinya sebagai model daripada membantu bisnis keluarganya.

Maxwell sangat menjujung tinggi nilai kekeluargaan, dan dia yakin saat dewasa nanti putra dan putrinya pasti akan memiliki kehidupan dan kesibukan sendiri oleh sebab itu supaya hubungan kekeluargaan itu tetap erat, sejak awal dia mewajibkan mereka untuk berkumpul sebulan sekali untuk makan malam bersama dan setahun sekali untuk pergi berlibur bersama. Sekarang dia dan istrinya mengkuatirkan kehidupan percintaan kedua putra mereka, karena sampai hari ini tidak ada satupun dari kedua putranya itu yang berniat memiliki hubungan serius dengan wanita, dan dia yakin hari ini saat makan malam bersama istrinya akan kembali meneror mereka berdua.

Putra sulungnya adalah tipe serius, sejak menemukan tunangannya selingkuh dengan lelaki lain dia lebih suka menjadikan pekerjaa sebagai pasangan hidupnya. Barbara, istrinya sudah mencoba menjodohkannya dengan beberapa wanita, putri teman-temannya, tetapi selalu ditolak oleh Al, dengan sejuta alasan. Berbeda dengan Ed, putra keduanya ini adalah seorang player, pemberitaan tentang dirinya yang berganti-ganti pasangan sudah menjadi santapan rutin media. Sedangkan putri tunggalnya sudah memiliki tunangan, mereka bertunangan sejak putrinya berusia 17 tahun, tunangannya adalah putra dari sahabatnya dan juga sahabat dari Al, teman main mereka sejak kecil Raynard Gavino Hamilton, putra tunggal dari Landon Hamilton yang merupakan sahabatnya sejak kuliah dan mereka sama-sama meneruskan usaha keluarga mereka, oleh sebab itu putra dan putri mereka cukup dekat.

"Hai Daddy....kenapa melamun? Mikirin mommy baru buat kita?" Ed yang tiba dikediaman orang tuanya langsung menyapa dan menggoda daddynya.

"Memang kalian mengijinkan daddy cari mommy baru buat kalian?"

"Aku tidak keberatan dan aku yakin Al dan Bee juga tidak kebertan, bahkan kami akan membantu mencarikannya selama sang ratu sudah mengijinkannya. Aduh!!!...mom....sakit" Ed langsung berteriak saat telinganya ditarik oleh mommynya yang berada dibelakangnya.

"Daripada kalian mencarikan pasangan buat daddy kalian, mending kamu cari pasanganmu sendiri dulu, nanti jika kamu sudah membawakannya mungkin mommy akan mempertimbangan memberikan kalian mommy baru, biar nanti adikmu seumur dengan anakmu jadi mereka bisa bermain bersama"

"Dad...sorry....aku cabut kembali ijinnya, rasanya aku tidak bisa membayangkan punya adik yang seumur dengan anakku"

"Dad..mom..apakah kalian yakin belum mempuyai seorang cucu mengingat bagaimana kakakku yang satu ini mempunyai kebiasaan menyebar benih dimana-mana" Bee yang baru tiba dan mendengar pembicaraan mereka langsung ikut menimpali. Bee berajalan memeluk dan memberi kecupan pada daddy dan mommynya sebelum duduk bergabung dengan mereka.

"Tenang saja aku berani jamin kamu belum akan mempunyai keponakan dariku, dan mommy...bagaimana mungkin aku membawakan calon istri kehadapan kalian jika Al saja sampai sekarang belum membawanya, bagaimanapun aku harus menghargai dan menghormati kakak sulungku itu"

"Aku merelakan diriku didahului oleh adik-adikku, jadi silahkan membawa calonmu itu lebih dulu, aku tidak akan keberatan" Al memasuki ruang keluarga rumah orangtuanya dan menyahuti jawababn Ed sambil memberi pelukan pada mommynya.

"Hahaha....daddy setuju, daripada tiap minggu harus membaca berita tentangmu dan para wanitamu, mungkin sudah waktunya memutuskan memilih salah satu dari teman kencanmu itu"

"Kenapa jadi aku yang dikorbankan, ini tidak adil...aku akan menutut kalian semua" Ed langsung melacarkan protesnya.

"Ngomong-ngomong soal calon istri, salah satu teman mommy putrinya baru kembali dari sekolah desain di Paris, kelihatannya cocok denganmu Al, orangnya cantik dan pintar. Kapan kamu ada waktu biar mommy atur pertemuannya?" Barbara kembali mencoba peruntungannya menjodohkan putra sulungnya itu sejak dia putus dengan tunangannya, walapun selalu mendapat penolakan. Sebenarnya dia mengkuatirkan putra sulungnya ini, mengingat tunangan yang melukainya adalah cinta pertamanya dan dia melihat sendiri bagaimana tunangannya bergumul dengan lelaki lain diatas tempat tidur mereka, dia kuatir putranya masih belum bisa mengobati hatinya walau kelihatannya dia sudah melupakan mantan tunangannya itu.

"Wah...mom, jika ingin mengenalkan Al pada wanita, mommy harus langsung membawanya ke kantor, karena jika tidak begitu, aku jamin dia tidak akan membuang waktunya hanya untuk makan malam berdua dengan wanita itu" Ed langsung menggunakan kesempatan itu membalas kakaknya.

"Al, tidak ada waktu. Besok malam Al harus terbang ke Indonesia, selain itu Al tidak berniat memiliki seorang istri desainer atau cantik dan pintar, mungkin Ed lebih berminat"

"Kamu jadi mengakusisi maskapai itu?" tanya Maxwell sebelum istrinya mengomentari jawaban putra sulungnya itu saat mendengar putranya akan ke Indonesia.

"Seperti biasa, Al akan meninjau secara langsung dan mempelajari sistemnya terlebih dahulu sebelum mengakusisinya"

"Berapa lama kamu disana? Setelah dari sana luangkan waktumu, memang apa salahnya jika dia pintar, cantik dan berprofesi sebagai desainer?"

"Sampai urusan disana selesai dan memang tidak ada salahnya profesi desainer, Al hanya merasa tidak cocok saja"

"Kamu belum ketemu dia bagaimana bisa mengatakan tidak cocok, ayolah kali ini saja" rayu Barbara pada putra sulungnya itu

"Hahahaha.....mom....sudahlah, mommy seperti tidak pernah ditolak sama Al saja, Bee yakin itu hanya alasan yang dicari-cari oleh Al. Mana mungkin dia tidak menyukai profesi desainer jika faktanya dia memiliki saham dibidang fashion cukup banyak"

"Betul Bee...itu hanya alasannya saja. Sudahlah mom...kita doakan saja Al dalam perjalanannya kali ini menemukan wanita yang bisa mengetarkan hatinya dan kita berdoa semoga wanita ini akan membuatnya jungkir balik mengejarnya akibat dosanya selama ini sudah membuat mommy bersedih dan menolak para wanita-wanita itu." Ed menambahi jawaban Bee.

Belum sempat mommy menjawab, kepala pelayan menghampiri mereka untuk mengumumkan makan malam sudah siap. Mereka semua berdiri dan berjalan menuju ruang makan, untuk makan malam bersama, dan melanjutkan obrolan mereka sambil menikmati santap malam bersama seperti biasanya.

"Kamu berangkat menggunakan pesawat komersil?" Tanya daddy pada Al saat mendengar putranya menelepon asistennya untuk mengkonfirmasi jadwal penerbangannya.

"Al, ingin melihat bagaimana maskapai itu menjalankan penerbangannya"

"Oohh...kebiasaanmu meneliti sampai detail seperti ini membuat para pemengang saham di Andritz merasa aman, tetapi daddy tetap ingin mengingatkanmu, kamu sudah sukses diusaha pribadimu, sebentar lagi daddy dan para pemengang saham lainnya juga akan menyerahkan tampuk pimpinan di Andritz padamu, dan Dad berharap sebelum kamu menjabat sebagai pimpinan di Andritz kamu sudah memiliki pasangan karena dad kuatir jika kamu sudah menjabat maka kamu semakin ada waktu untuk mencari pasanganmu itu atau...apakah kamu amsih belum bisa melupakan Gladys?"

"Tenanglah dad...Al sudah melupakannya dan untuk apa memikirkan wanita yang tidak bisa menghargai kesetiaan. Al pasti akan menemukan pasangan, walau sampai hari ini Al belum menemukan satu wanita pun yang bisa membuat hatiku mencair, tetapi Al yakin nanti jika sudah waktunya wanita itu akan muncul dihadapanku"

"Terserah padamu, tetapi jangan terlalu lama, Daddy juga masih ingin menghadiri pernikahan cucu daddy nantinya"

"Hahaha....tenang saja kalau itu harapan daddy, Al yakin Ray pasti bisa mengabulkannya dengan cepat"

"Hush...daddy mau cucu Rexford bukan Hamilton"