Bab 6 Kecewa
Aldrich menerima laporan jadwal terbang milik Nadia, dia cukup kaget melihat jadwal terbang yang begitu padatnya, apakah jadwalnya selalu sepadat ini ? atau ini karena efek dari kekurangan tenaga kerja, kelihatannya dia harus cepat menyelesaikan tugasnya. Aldirch langsung menghubungi Scott untuk mengaturkan jadwal pertemuan dengan pemilik maskapai di kantor pusat mereka, sekaligus dia ingin meninjau langsung kantor mereka. Seperti biasa Scott segera melaksanakan permintaan atasannya itu, dan dia yakin hal ini berkaitan erat dengan jadwal dari wanita incaran atasannya itu, dia juga sempat tidak percaya saat melihat jadwal itu, dalam sehari wanita itu bisa melakukan 3 sampai 4 penerbangan pendek atau dalam seminggu melakukan 2 sampai 3 kali penerbangan panjang.
Nadia mampir ke kantor pusat untuk bertemu dengan kapten Smith sebelum dia menuju ke bandara untuk melakukan penerbangan, Seperti biasa dia menitipkan kopernya di resepsionis sebelum menuju ke kantor kapten Smith. Nadia heran, dia merasa ada yang berbeda hari ini, orang-orang berpakaian lebih rapi dan ada tambahan beberapa petugas keamanan disana. Dia bertanya pada operator yang bertugas disana, "Ada tamu penting? Mengapa banyak petugas keamanan disini?"
"Tuan Rexford sebagai perwakilan Andritz pusat DC akan datang"
"Oh...begitu. Aku akan menemui kapten dulu, aku titip koperku ya?"
"Silahkan"
Nadia segera naik menuju kantor kapten Smith, dia langsung mengetuk pintu ruangan kapten dan masuk saat diijinkan.
"Siang kapten" sapanya saat dia melihat si kapten sedang menunduk dan meneliti laporan yang ada dihadapannya
"Siang, wah.... Nadia...sudah selesai tugasmu?" sahut kapten.
"Sudah, ini laporanya"
"Kamu akan bertugas atau selesai bertugas?"
"Akan bertugas kapten, dari sini aku langsung ke bandara"
"Apakah kamu terburu-buru, jika tidak ijinkan aku membaca laporanmu dan jika ada yang perlu kita diskusikan kita bisa langsung mendiskusikannya"
"Silahkan kapten"
Mereka berdiskusi cukup lama saat selesai,Nadia langsung tersadar sudah waktunya dia berangkat. Dia berpamitan pada kapten Smith, Nadia melangkah cepat ke lobby, karena sepuluh menit lagi shuttle car dari kantor pusat ke bandara akan berangkat.
Saat Nadia sampai di lobby dia melihat beberapa orang dengan pakaian resmi berdiri di lobby, dia juga melihat shuttle car yang akan kebandara sudah siap didepan, dengan langkah cepat dia pergi mengambil kopernya dan berjalan keluar, supir membantunya memasukkan kopernya ke bagasi, dan saat itu dia melihat dua mobil mewah berhenti didepan pintu utama, dan Nadia melihat para petinggi perusahaan keluar dari lobby, menyambut tamu yang diduga Nadia adalah tuan Rexford dan rombongannya. Saat akan masuk ke mobil, entah mengapa dia menoleh dan tatapan matanya bertemu dengan lelaki yang akhir-akhir ini hadir mewarnai kehidupannya.
Nadia berpikir apa hubungan Aldrich dengan Andritz? Apakah dia asisten dari tuan Rexford? Nanti saja dia akan menanyakannya saat ini dia harus memburu waktu menuju ke bandara.
Aldrich tiba di kantor maskapai, saat dia keluar dari mobil dia merasa getaran seperti saat bersama Nadia, dia mengedarkan pandangannya kesekeliling dan dia melihat Nadia akan memasuki sebuah mobil. Al sempat berhenti dan tidak melepaskan tatapannya dari Nadia tanpa dia duga Nadia menolehkan kepalanya dan tatapan mata mereka bertemu sebelum menghilang dia mssuk kedalam mobil. Aldrich berpikir apakah Nadia menyadari siapa dirinya? Apakah Nadia bisa menerimanya jika dia mengetahui siapa dirinya? Banyak pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Aldrich, dia takut Nadia menjauhinya saat mengetahui siapa dirinya, dan dia tidak menginginkan hal itu terjadi. Dia harus segera menjelaskan pada Nadia supaya tidak terjadi kesalah pahaman, tetapi saat ini waktunya sangat tidak tepat, dia harus fokus pada pekerjaannya terlebih dahulu.Beberapa hari ini mereka sering bertukar pesan dan cerita saat Nadia memiliki waktu luang, karena Aldrich selalu akan meluangkan waktunya jika itu urusan dengan Nadia, mereka pergi mencoba beberapa kuliner khas Indonesia dan Al juga minta Nadia mengajarinya makan langsung dengan jari tangan.
Saat perjalanan kembali ke kantor pusat setelah pertemuan itu, Aldrich mencoba menghubung Nadia, tetapi tidak tersambung. Dia memeriksa jadwal terbang Nadia dan merasa lega, Nadia masih dalam perjalanan dan jelas tidak mungkin menerima panggilan ataupun membalas pesan, tetapi dia tetap mengirimkan pesan pada Nadia, berharap pesannya segera mendapatkan balasan saat Nadia sudah mengaktifkan telepon gengamnya.
Penantiannya tidak sia-sia, Nadia membalas pesannya dan dia tidak menyangka Nadia langsung bertanya tanpa basa basi soal kehadirannya di kantor tadi siang.
"Apakah kamu bekerja di Andritz? Tadi siang aku melihatmu di kantor"
"Iya, tadi siang aku ke kantormu."
"Mengapa kamu tidak bilang kalau kamu bekerja di Andritz?"
"Aku akan menjelaskannya nanti saat kita bertemu, sampai kapan kamu bertugas?"
"Akhir minggu depan, aku harus mematikan telepon sekarang, nanti kita lanjut lagi"
Della memandang Nadia dengan heran, tidak biasanya Nadia menyalakan telepon gengamnya saat mereka transit, tetapi tadi dia melihat Nadia terburu-buru menyalakannya dan langsung sibuk mengirim pesan. Akhir-akhir ini mereka bertiga jarang berkumpul di apartement karena jadwal mereka yang padat, tetapi Della teringat apa yang dikatakan Tika. Tika bilang dia diberitahu Udin kalau Nadia mengajak seorang pria asing yang tampan makan di warung ibunya, dan Tika menduga lelaki ini adalah lelaki yang menolongnya dari si muka dua.
"Ada apa?" tanya Della saat mereka berdua menyiapkan dan merapikan pantry.
"Apa?" jawab Nadia.
"Kamu langsung menyalakan teleponmu, dan itu jarang terjadi,apa ada masalah?"
"Oh...tidak ada yang penting hanya tadi pesaran pada sesuatu yang harus segera ditanyakan"
"Nad...apakah kamu sudah menjalin hubungan dengan pria asing itu?" tanya Della tanpa ragu.
"Hanya berteman, kenapa?"
"Jadi benar yang dikatakan Tika, dia mendengar dari Udin kamu membawa bule ke warungnya. Yang benar Nad...masa bule tampan kamu ajak ngemper?"
"Apa salahnya? Dia mau dan ternyata dia juga suka, lagian warung bu Sri bersih dan makananya enak"
"Jangan bilang kamu juga mengajaknya ngemper di soto betawi langganan kita"
Dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Nadia.
"Astaga....ini yang salah si bule atau kamunya, kuliner nusantara di resto atau depot kan banyak kenapa kamu malah membawanya ngemper? Kalau dia sampai sakit perut gimana?"
"Buktinya dia suka dan tidak sakit perut"
"Terserah kamu....yang penting aku ingin tau bagaimana perasaanmu padanya? dan bagaimana sikapnya dia terhadap kamu? Apakah dia masih lajang?"
"Kami sering berdiskusi tentang kebudayaan dan kebiasaan negara-negara yang pernah kami kunjungi. Aku nyaman bersamanya, dia lajang, dia baik dan perhatian."
"Baiklah...ingat aku dan Tika akan selalu mendukungmu, tetapi kali ini jika dia memang memiliki rasa padamu kamu jangan menolaknya, dijalanin saja dulu siapa yang bisa menduga jika dia adalah calon pasangan hidupmu"
"Hahaha...terlalu jauh rasanya untuk memikirkan itu"
"Kenapa? Kalian sama-sama lajang jadi kemungkinan untuk bersama semakin besar dan dari ceritamu tadi kelihatannya kalian juga cocok."
"Dijalani dulu saja, lagian dia hanya sementara di sini. Ayo sudah mulai open gate kita harus bersiap-siap"
Sebenarnya Nadia penasaran dengan Aldrich, apalagi saat membaca balasan Al saat dia menyanyakan soal Andritz, Al ingin menjelaskan saat mereka bertemu. Dan untuk itu dia harus menahan rasa penasarannya selama hampir dua minggu, tetapi yang menghibur Nadia adalah, Al tidak berhenti berkirim pesan dan melakukan panggilan video padanya walau hanya menanyakan dimana lokasinya, mengingatkannya untuk menjaga kesehatannya, dan hal-hal yang menunjukan perhatian seperti biasanya. Nadia merasa Aldrich memiliki rasa padanya, tetapi dia tidak berani terlalu berharap, seperti katanya pada kedua sahabatnya, biarkan semua berjalan alami. Jika ditanya bagaimana perasaanya pada Al, sejujurnya dia merasakan getaran dihatinya saat mereka bertemu, berkirim pesan ataupun melakukan panggilan video yang dia sendiri tidak mengerti sejak kapan dan apa artinya.
Nadia menerima kabar jika maskapai mereka telah diakusisi oleh Andritz dan akan ada perubahan struktur organisasi manajemen puncak, tetapi menurut pemikiran Nadia, orang-orang diposisi mereka tidak akan banyak terpengaruh dengan perubahan manajemen ini, tetapi satu hal yang membuatnya kaget adalah saat mendengar rekan-rekannya menyebutkan nama lengkap tuan Rexford yang melakukan akusisi itu 'Aldrich Spencer Rexford', rekan-rekannya mengatakan jika tuan Rexford itu adalah calon penganti Rexford senior dalam menjalankan Andritz, dan merupakan salah satu billionare lajang yang paling diminati karena selain tampan dia juga memiliki usaha pribadi yang cukup sukses dan menjadi satu-satunya calon penganti Rexford senior.
Nadia langsung mencari informasi melalui internet mengenai 'Aldrich Specer Rexford' dan saat dia membaca profile lengkapnya, entah mengapa hatinya merasa sakit, apakah dia kecewa karena Al membohonginya? Tetapi selama ini dia memang tidak pernah menanyakan nama lengkapnya apalagi menanyakan pekerjaannya. Atau hatinya sakit karena dia kecewa getaran yang dirasakan harus kandas sebelum dia mengerti artinya, mereka berbeda status dan kedudukan, mana mungkin seorang Rexford tertarik padanya, walau dari berita yang dibacanya di internet dia Aldrich seorang yang jarang terlihat bersama seorang wanita, kebalikan dari adiknya Edbert Kendrick Rexford bahkan bertia tentangnya sangat sedikit sekali, hanya berkisar mengenai kesuksesannya dan berita tentang putusnya pertunangannya dengan seorang wanita bernama Gladys Dalton, putri pengusaha property yang cukup ternama, didalam berita tidak diceritakan alasan putusnya hubungan mereka, hanya dikatakan sudah tidak ada kecocokan lagi diantara mereka, padahal dalam liputan pertunangan mereka yang mewah terlihat kedua pasangan itu itu terlihat bahagia. Mungkin ini alasan Aldrich tidak ingin menjelaskan siapa dirinya lewat telepon dan ingin menemuinya secara langsung karena dia ingin memperjelas hubungan mereka.Entah mengapa Nadia merasa sedih? dia melihat pesan masuk dari Al, dia tidak berniat membukanya apalagi membalasnya, dia berpikir untuk melupakannya daripada dia harus kembali patah hati, lebih baik dia mengakhiri perasaan ini sebelum berkembang.
Kesibukannya mengakusisi perusahaan maskapai itu tidak membuatnya melupakan Nadia, Daddy dan Ed sebagai pengacara yang bertanggung jawab, bertanya padanya mengapa dia terlihat seperti terburu-buru dalam mengakusisi perusahaan itu dan itu bukan sifatnya sama sekali. Perusahaan ini belum stabil, manajemen perusahaan sedang kacau apalagi dengan adanya pembajakan karyawan oleh maskapai saingan mereka, memang secara operasional tidak terlihat sama sekali gangguan itu tetapi secara manajemen perusahaan ini dapat dikatakan kacau sekali.
Aldrich meminta mereka menunggu dia akan segera kembali untuk menjelaskan pada mereka, saat ini dia sedang melakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk mengetahui langkah-langkah yang ahrus diambilnya dalam memperbaiki system manajemen disana.
Selain itu Al sedang kehilangan kehadiran Nadia yang selama ini selalu menjadi penyemangatnya dalam bekerja, Sehari setelah berita pengakusisian itu, dia mengirimkan pesan pada Nadia tetapi tidak dibalas ataupun dibaca, padahal dia melihat Nadia sedang aktif dan saat dia mencoba melakukan panggilan teleponnya di tolak, apakah Nadia mengetahui siapa dirinya? Bagaimana mungkin Nadia tidak mengetahui jika didalam berita itu terpampang jelas wajah dan namanya, dan sekarang Nadia menghindarinya. Al yakin saat ini Nadia sudah tiba di Jakarta, tetapi wanita itu benar-benar tidak ingin berhubungan lagi dengannya dan ini sangat membuatnya kuatir. Dia harus kembali ke DC untuk mempertanggung jawabkan keputusannya dan Nadia tidak bisa dia temui,wanita itu seakan-akan menghilang dan menyembunyikan diri darinya. Scott yang mengetahui permasalahan atasnnya memberikan saran untuk lebih dulu menyelesaikan masalahnya dengan para petinggi Andritz setelah itu kembali untuk menyelesaikan masalahnya dengan Nadia. Sebenarnya dia juga berpikir yang sama, dia hanya kuatir jika dia pergi Nadia akan semakin jauh darinya, tetapi dia harus memilih dan dia terpaksa memilih yang pertama, karena bagaimanapun keputusan Abdritz pada maskapai ini akan berakibat pada Nadia, dan dia tidak ingin Nadia kembali kecewa padanya. Dia memutuskan pulang ke DC walau dengan menahan kerinduannya pada Nadia, sesampainya dia di penthousenya dia membuka jadwal terbang Nadia dia berharap wanita itu ada di DC, dan ternyata harapannya terkabul, dia melihat Nadia akan tiba di DC besok sore dan akan kembali terbang keesokan harinya.
"Scott, besok sore penerbangan Nadia akan ada di DC aku ingin kamu membawanya ke penthouseku dan jangan sampai dia keluar dari sana sampai aku tiba" Kata Al pada Scott yang segera dihubunginya setelah dia mengetahui kedatangan Nadia di DC.
"Bagaimana jika dia tidak mau, tuan?"
"Aku tidak perduli bagaimana kamu membawanya, jika perlu culik dia, yang penting dia tidak boleh terluka sama sekali dan saat aku tiba dia sudah ada disini"
"Baik, tuan" Scott berpikir lebih baik dia berpikir dan memutuskan sendiri bagaimana cara membawa wanita yang sudah membuat atasannya gelisah selama seminggu ini. kelihatannya dia memerlukan bantuan teman-temannya dari bagian keamanan untuk mengerjakan perintah atasannya itu, karena dia yakin wanita itu tidak akan mau jika dia memintanya dengan sopan untuk menemui atasannya, mengingat wanita ini sudah berhasil menghindari atasannya selama hampir dua minggu, wajar saja atasannya memintanya mengurung wanita itu di DC supaya mereka bisa bertemu dan berbicara.
Hari itu Al menghadiri pertemuan dengan para pemengang saham Andritz untuk memeprtanggung jawabkan keputusannya, sebelumnya dia mengadakan pertemuan dengan para manajemen Andritz untuk melakukan pengaturan ulang dan perencanaan manajemen maskapai setelah itu dia memberikan presentasi yang cukup memukau yang membuat para pemegang saham termasuk Maxwell percaya jika keputusannya benar, apalagi dia menjanjikan dalam waktu 2 bulan kedepan dia akan membuat maskapai itu memberikan keuntungan bersih 30% setelah dikurangi dengan pengeluaran yang mereka keluarkan untuk mengakusisi maskapai itu. Dia menyanggupi untuk terjun langsung mengurus dan memperbaiki maskapai itu sampai dia berhasil mengembalikan dan memberikan keuntungan yang dia janjikan. Maxwell yang mendengar janji dan kesanggupan Aldrich cukup kaget, dia tidak menyangka putranya akan memutuskan untuk tinggal sementara di Jakarta. Sebenarnya dia merasa ada sesuatu yang membuat dan mempengaruhi putranya itu mengambil keputusan, tetapi dia percaya jika putra pasti melakukan semua itu dengan dasar dan alasan kuat, dan yang pasti putranya yakin dia akan berhasil. Maxwell yakin jika sudah waktunya Al pasti akan menceritakan alasan sebenarnya dari keputusannya itu, dan dia sedikit berharap jika keputusannya ini karena seorang wanita, karena dia melihat ada perubahan pada sorot mata putra, sorot mata itu lebih lembut tidak setajam biasanya. Jika memang Al berubah karena seorang wanita, Maxwell hanya berharap wanita ini memang serasi dan menyayangi putranya.
Maxwell meminta Al keruangannya setelah pertemuan, dia ingin menyakinkan dirinya tentang keputusan putranya itu.
"Mengapa kamu memutuskan untuk tinggal semntara di sana? Apakah karena rasa tanggung jawabmu?"
"Bukan Dad, Al hanya melihat kesempatan untuk mengembangkan dan mengkolaborasikan dengan jaringan Andritz yang lain. Dan dengan kolaborasi itu Al yakin maskapai ini akan menjadi yang nomor satu."
"Apapun alasanmu, daddy akan menerimanya tetapi jangan lupa pamitlah pada mommymu, dia pasti akan mengomel jika kamu tidak mengabarinya. Kapan kamu akan mulai?"
"Besok malam, Al akan pamit pada mommy. Rencananya minggu depan Al akan kembali dan memulai. Al akan mengatur dengan tim disini terlebih dahulu" Al melihat pesan yang masuk kedalam telepon gengamnya, "Dad, jika sudah tidak ada yang penting kita lanjutkan diskusi kita besok saja, Al ada urusan yang harus dibereskan segera dan sekarang Al harus pergi"
Maxwell kaget mendengar perkataan putranya, dalam hatinya dia merasa kemungkinan dugaan yang dipikirkannya benar, "Pergilah, kelihatannya urusanmu ini lebih penting. Jangan lupa besok malam pulang untuk makan malam"
"Terima kasih, Dad. Iya benar urusan ini sangat penting untuk Al, nanti jika sudah waktunya Al akan menceritakan semuanya"
"Baiklah, Dad tunggu waktu itu datang"
Scott terpaksa setengah melakukan penculikan pada Nadia, karena sesuai dugaannya wanita ini tidak mau menemui atasannya saat dia memintanya dengan sopan di bandara.
Akhirnya Scott terpaksa setengah menculik wanita itu, dia dan beberapa petugas keamanan membawa paksa dengan setengah mengacam wanita itu dari bandara dan membawa serta menguncinya di penthouse atasannya, setelah itu dia segera mengirim pesan pada atasannya untuk melaporkan wanitanya sudah ada di penthousenya.
