Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Pertemuan Kembali

"Nadia!" Nadia menoleh saat mendengar namanya dipanggil dan dia melihat Kapten Smith yang memanggilnya. Kapten Smith adalah kapten kepala dan Nadia sering terbang bersamanya. Hari ini Nadia sedang berada dikantor maskapai mereka untuk mengambil revisi jadwal terbang mereka, mereka tiba-tiba dihubungi oleh kantor tentang adanya revisi jadwal terbang dan Nadia sempat protes saat melihat pengajuan cutinya hanya disetujui 3 hari tetapi dia juga sadar ini akibat dari beberapa rekan mereka yang pindak ke maskapai lain, awalnya dia datang bersama dengan Tika dan Della tetapi saat dia pergi ke bagian HRD untuk menanyakan prihal revisi cutinya mereka berdua telah menghilang duluan dan Nadia yakin mereka pergi mencari para kekasih mereka.

"Ada apa kapten?" tanyanya.

"Apakah kamu ada waktu, aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu" kata kapten Smith.

"Bisa kapten"

"Ayo keruangan saya"

Saat mereka sudah duduk diruangan kapten Smith, Nadia menatap heran pada kapten senior itu, dia merasa ada sesuatu yang penting yang akan disampaikan.

"Nadia...kamu pasti sudah mendengar tentang berita pengakusisian maskapai kita oleh pihak Andritz dan tentang beberapa rekan kita pindah ke maskapai lain"

"Iya, dan karena alasan itu juga saya ada dikantor"

"Bagaimana menurutmu tentang hal itu?"

"Untuk masalah akusisi saya yakin itu sudah keputusan manajemen, kita tidak berhak untuk ikut campur. Dan untuk soal rekan-rekan kita yang menggundurkan diri saya rasa itu sudah hak mereka, kita tidak bisa ikut campur. Walapun saya heran mengapa mereka tidak berpikir panjang dan hanya tergiur oleh gaji yang lebih besar dan kenaikan pangkat"

"Saya mengamati sejak awal kamu tidak pernah perduli apa yang dibicarakan teman-temanmu, dan saya yakin kamu pasti memiliki pemikiran positif sehubungan dengan masalah ini sehingga kamu tidak terpengaruh oleh mereka, jika saya boleh tanya, apakah kamu juga mendapat tawaran dari maskapai itu?"

Nadia teringat pertemuannya dengan Ernest, mantannya. Ernest sengaja meminta salah satu rekan Nadia yang sudah berhasil di rekrutnya, mengaturkan pertemuan mereka. Ernest memang seorang pilot tetapi dia juga merupakan putra tunggal dari pemengang saham terbesar di maskapainya. Nadia yang merasa tertipu oleh rekannya itu, hanya bisa duduk menghadapi Ernest, bagi dia perasaannya terhadap lelaki yang duduk didepannya itu sudah mati dan dia yakin tujuan lelaki ini adalah untuk menawarkan pekerjaan ditempatnya.

"Ternyata kamu masih belum berubah, memanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuanmu" kata Nadia dengan ketus sebelum dia duduk dikursi dihadapan lelaki itu.

"Itu karena kamu tidak mengangkat teleponku, apakah kamu masih belum bisa melupakanku?"

"Tenang saja aku sudah melupakanmu dan aku bersyukur mengetahui lebih awal kelakuanmu. Aku yakin pertemuan ini tidak ada hubungannya dengan masa lalumu, jelaskan apa maksudmu menemuiku?"

"Kamu masih seperti dulu, tidak suka bertele-tele. Kamu benar aku ingin menemuimu karena aku ingin menawarakn pekerjaan yang lebih menjanjikan dari yang sekarang. Kamu pasti sudah mendengar tentang maskapai kalian yang akan di akusisi oleh Andritz, informasi dari orang yang bisa dipercaya, maskapaimu terancam bangkurt dan aku tidak yakin Andritz akan mempertahankan kalian semua, mengingat mereka memiliki jariangan perusahaan yang tersebar dibelahan dunia, aku yakin mereka memiliki karyawan yang sudah mereka percaya dan mereka nilai kompeten dari kalian. Aku mengentahui kinerjamu selama ini dan aku menawarkan posisi sebagai kepala pramugari dan gaji dua kali lipat yang kamu terima sekarang, dengan tunjangan lainnya"

"Wah....tawaran yang sangat menggiurkan, dan terima kasih Ernest atas informasinya. Sebenarnya aku sudah lama berpikir tentang masalah ini, dan bertanya-tanya kapan aku mendapat tawaran pekerjaan dari maskapaimu"

"Hahaha....jadi kamu berminat? Kudengar siapapun yang mengajukan penggunduran diri akan langsung disetujui jadi aku yakin kamu bisa segera bergabung di maskapaiku"

"Iya, aku dengar juga begitu."

"Besok ajukan pengunduran dirimu, minggu depan kamu bisa mulai bekerja"

"Aku ada satu pertanyaan sebelum aku memutuskannya" Nadia memandang pada Ernest "Mengapa aku mendapat tawaran sebagai kepala pramugari? Bukankah kekasihmu sudah menduduki jabatan itu?"

Ernest terdiam mendengar pertanyaan Nadia, dan saat dia tersadar dengan cepat dia berkata, " Maskapai kami cukup besar, kami membutuhkan lebih banyak pemimpin yang bisa mengatur, jadi dua kepala pramugari harusnya lebih baik daripada satu"

"Tapi aku orang yang tidak suka berbagi"

"Bagini saja, kamu akan menjadi kepala pramugari dan Stefani menjadi wakilmu"

"Aku rasa dengan kemampuanku aku tidak butuh seorang wakil yang pasti jelas-jelas tidak menyukaiku, jadi bagaimana jika aku menerima tawaran ini tetapi aku ingin Stefani diturunkan menjadi pramugari junior atau jika dia tidak setuju minta saja dia menggundurkan diri, atau kamu bsia mencarikannya pekerjaan ditempat lain sehingga aku tidak perlu melihat dia lagi"

Ernest kelihatan sedang berpikir keras, dan akhirnya dia berkata, "Jika kamu menerima tawaran ini, aku akan ememnuhi semua permintaanmu, termasuk memindahkan Stefani"

"Hahaha.....untungnya aku bukan orang yang suka melihat orang lain dirugikan, aku hanya memancingmu untuk melihat seberapa berharganya kemampuanku dan aku ingin menilai bagaimana komitmen dari maskapaimu. Aku memutuskan menolak semua tawaran darimu, memang terlihat menggiurkan tetapi aku yakin aku akan mengalami hal yang sama seperti yang kuminta pada Stefani suatu ahri nanti. Selain itu aku tidak berpikir Andritz akan memecat kami mengingat mereka juga masih membutuhkan orang-orang yang memiliki keahilan di bidang ini. Aku percaya mereka bahkan akan memberikan yang terbaik untuk kami, dan saat ini mereka pasti tertawa dan mengucapkan terima kasih karena secara tidak langsung maskapaimu telah membantu mereka memilih orang-orang yang memang loyal pada perusahaan dan memiliki kemampuan kerja yang memang bisa diandalkan."

"Kamu....."Ernest terlihat menahan emosinya mendengar perkataan Nadia dans ebelum dia melanjutkan Nadia lebih dulu memotongnya "Ingatlah yang kalian perbuat saat ini sangat tidak menjujung tinggi cara berbisnis dengan katalain kalian menggunakan kesempatan ini untuk menjatuhkan lawan dan artinya kalian tidak mampu bersaing dengan sehat. Dan apakah kamu sempat berpikir mengapa sampai hari ini maskapaimu selalu tidak mampu menandingi maskapai kami? dari pertemuan ini aku memiliki satu kesimpulan hal itu karena maskapai kalian memang tidak mampu menjadi yang pertama karena kalian menggunakan segala cara temasuk cara yang tidak sehat untuk menjatuhkan lawan kalian, dan aku sangat tidak menyukai bekerja maskapai seperti itu. Aku rasa kamu sudah mendapat jawabanku, dan aku rasa aku sudah membuang waktuku disini. Terima kasih atas undangannya hari ini, selamat siang" Nadia bangkit dari duduknya sebelum Ernest selesai mencerna apa yang dikatakannya dan saat Nadia sudah berada diluar pintu café lengannya ditahan dan saat dia melihat Ernest yang melakukannya dan dia melihat sorot mata yang penuh kemarahan Nadia sedikit takut tetapi dia merasa apa yang diakatakan tadi adalah benar jadi buat apa dia takut, dia menatap kembali pada Ernest, "Kenapa? Kamu marah dan tidak terima apa yang kukatakan tadi?"

"Dasar kamu wanita murahan, kamu pikir kamu sangat berharga buat maskapaimu? Tunggu saja, aku yakin dalam waktu dekat kamu pasti akan memohon pekerjaan padaku dan saat itu giliran aku yang akan tertawa"

"Tenang saja, walapun aku dipecat, aku tidak akan pernah mau bekerja di maskapaimu dan harapanmu aku memohon pekerjaan padmu biarkan menajdi mimpimu"

Ernest yang dikuasai emosi semakin marah mendengar perkataan Nadia yang beanr-benar mengena padanya, dengan kemarahan yang memuncak dia mengangkat tangannya untuk menampar wajah wanita yang menurutnya sangat menyebalkan itu. Saat tangannya sudah hamir mendekati pipi Nadia tiba-tiba ada tangan lain yang lebih kuat menahannya. Nadia yang kaget saat melihat Ernest ingin menamparnya hanya terdiam, dan tiba-tiba saja dia berada dibalik punggung seorang pria asing.

"Aku tidak menyukai melihat wanita di kasari, dan entah wanita ini memiliki salah apapun padamu, kamu tidak boleh memukulnya" setelah mengatakan hal itu pada Ernest dia berbalik melihat ke Nadia yang masih tertegun, " Apakah anda tidak apa-apa nona?"

Nadia sadar dari kagetnya dan melihat kearah lelaki asing yang memandangnya dengan raut wajah kuatir, entah mengapa dia merasa pernah bertemu dengan lelaki ini, "Oh...aku tidak apa-apa, terima kasih" Nadia melihat Ernest kembali melayangkan tangnanya untuk memukul lelaki yang tadi menolongnya, "Awas!!!"

Ernest berhasil memukul rahang pria asing itu sebelum lengannya dipuntir "Ternyata anda memang seorang pengecut, menyerang dari belakang, bagaimana jika kita selesaikan masalah ini dikantor polisi, nona apakah anda bisa menjadi saksi jika lelaki ini memukul saya"

Ernest yang menyadari kesalahannya dan tidak mungkin dia berurusan dengan polisi, karena jika itu terjadi dia yakin orangtuanya akan memarahinya, langsung berhenti melawan dan saat tangannya dilepaskan dia langsung berbalik dan meninggalkan tempat itu dengan menahan malu dan amarah.

Nadia melihat darah keluar dari sudut bibir pria saking itu, dan itu disebabkan olehnya, "Tuan ijinkan aku mengobati lukamu, bagaimanapun anda terluka karena menolongku"

Pria itu memandangnya dan menganggukan kepalanya, Nadia meminta pria itu menunggunya didalam café dan dia pergi membeli obat luka di apotik dekat café itu.

Saat dia kembali kedalam café dia melihat lelaki itu duduk sambil melihat HP nya yang langsung disimpannya saat dia melihat Nadia mendekat, Nadia dengan telaten membersihkan luka dan memasang plester di sudut bibir tempat yang terluka itu.

"Sekali lagi terima kasih atas bantuan tuan" kata Nadia.

"Aldrich......anda bisa memanggil saya Al, apakah aku boleh mengetahui namamu?"

"Oh iya, nama saya Nadia. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya saya seperti pernah melihatmu" Nadia mulai berbicara santai setelah lelaki ini memperkenalkan namanya.

"Aku juga merasa pernah bertemu denganmu dan saat kamu menyebut namamu aku ingat kita pernah bertemu dipesawat dalam penerbangan DC-Jakarta, aku melihat kamu membantu seorang anak kecil yang menangis"

"Oh...aku ingat sekarang. Apakah kamu sedang berlibur atau dalam rangka kerja di Jakarta?"

"Aku sedang dalam rangka mengurus pekerjaan, bagaimana denganmu mengapa lelaki itu ingin memukulmu?"

"Dia hanya tidak terima karena aku menolak tawarannya dan mungkin dia sediti tersinggung saat aku mengatakan perusahaannya sebagai perusahaan yang tidak kompeten dan tidak sehat"

"Aku tidak memiliki kenalan disini, apakah kita bsia berteman? Bolehkan aku meminta nomor teleponmu, dan nanti jika kamu berada di DC hubungi aku, aku akan mengajakmu ketempat-tempat yang menarik disana"

"Hahaha....boleh, apakah kamu lama disini? Aku bisa mengantarkanmu berkeliling dan mencoba makanan-makanan yang cukup terkenal disini tetapi jika aku tidak sedang bertugas" Mereka bertukar nomor telepon "Dengan senang hati aku menerima tawaranmu untuk mengajakku berkeliling, tetapi apakah tidak mengganggu jadwal kerjamu?"

"Akhir-akhir ini jadwal kerjaku cukup padat mengingat ada sedikit masalah ditempatku bekerja, tetapi tidak apa-apa jika kamu memerlukan bantuanku hubungi aku, dan aku akan mencoba menolongmu dan memenuhi janjiku untuk mengajakmu berkeliling kota"

"Baiklah, aku pengang janjimu"

Nadia melihat jam tangannya dan meminta maaf karena dia harus segera pergi kekantornya, mereka bersalaman dan berpamitan dnegan janji akan saling menghubungi.

Nadia tersadar dari lamunanya dan melihat kapten Smith masih menunggu jawabannya, "Saya mendapat tawaran itu juga tetapi saya tidak berminat sama sekali, saya sudah nyaman bekerja dengan rekan-rekan disini, selain itu saya tidak yakin disana akan lebih baik daripada disini setelah maskapai ini diambil alih oleh Andritz."

"Terima kasih atas kepercayaanmu, aku bangga kamu bisa memiliki pemikiran itu. Aku lihat kamu sudah menerima revisi jadwal terbangmu, ini semua karena kita belum bisa menambah awak kabin sampai masalah pengambilalihan ini selesai tetapi manajemen sudah berjanji akan segera membereskan permasalahan ini secepat mungkin"

"Tidak masalah kapten, hanya saya sedikit kecewa karena perubahan cuti saya jadi diperpendek, tetapi tidak masalah saya akan tetap mendukung apapun keputusan manajemen dan saya masih bisa mengatur ulang rencana cuti saya"

"Terima kasih atas pengertianmu Nadia, selain menanyakan hal itu aku memanggilmu untuk meminta bantuanmu melakukan penilaian pada beberapa pramugari baru yang masih bertahan, menilai kemampuan mereka dan apakah kita bisa mempromosikan mereka"

"Wah...kapten saya merasa tersanjung mendapat tugas ini, saya kuatir penilaian saya nanti keliru"

"Tenang saja, selain dirimu aku juga meminta beberapa pramugari senior lainnya untuk melakukannya, nanti penilaian kalian akan disatukan untuk penilaian lanjuta. Kamu jangan meragukan kemampuanmu sendiri, aku yakin kamu pasti mampu. Ini data-data pramugari yang perlu dinilai, aku harap kamu bisa mengembalikannya secepatnya."

"Baiklah kapten, saya akan mencobanya"

"Kalau begitu saya atas nama manajemen mengucapkan banyak terima kasih atas bantuanmu"

"Sama-sama kapten, jika tidak ada lagi saya pamit dulu. Selamat sore"

"Iya, selamat sore"

Nadia keluar dari ruangan itu dengan membawa sebuah amplop dan di lobby dia bertemu dengan kedua sahabatnya ,"Kamu dari mana saja, kucari ke HRD katanya kamu sudah keluar dari tadi, kutanya di repsionis kamu belum kelaur kantor" cecar Della

"Bukankah aku yang bertanya kalian berdua kemana? Mengapa meninggalkanku sendirian?" jawab Nadia.

"Hahaha....jangan marah nona manis, buktinya kita menunggumu disini, ayo pulang, nanti malam aku ada penerbangan" jawab Tika

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel