Bab 11 Melepas Rindu
Al bangun, seperti biasa dia akan menyempatkan diri berolahraga untuk menjaga bentuk dan kebugaran tubuhnya apalagi hari ini hari minggu, dia memang akan kekantor tetapi karena tidak ada janji temu dan hanya mengerjakan pekerjaannya maka dia akan berangkat siangan, selain itu saat dia bangun dan membuka teleponnya, dia menemukan pesan dari Nadia yang membuat paginya semakin bersemangat. Dia memikirkan jika hanya menerima pesan dari Nadia bisa membuatnya begitu bersemangat bagaimana jika saat bangun pagi dia menemukan Nadia disampingnya, menemaninya berolahraga, dan sarapan, pasti akan membuat harinya bukan hanya penuh semangat tetapi penuh kebahagiaan.
Dia tertawa saat membaca pesan Nadia yang mengatakan dia memiliki banyak saingan dan bertanya apakah dia harus cemburu atau bangga untuk itu?, Al membalas pesan kekasihnya itu, "Kalau kamu cemburu aku akan senang sekali karena itu artinya kkamu tidak rela aku membagi cintaku tetapi kamu jangan kuatir karena aku tidak pernah tertarik pada mereka maupun wanita lain ataupun membagi cintaku pada mereka dan tidak perlu bangga untuk hal itu karena aku yang harusnya berbangga telah mendapatkan hatimu" Al yakin Nadia akan mengirimkan balasan berupa emoticon yang mengejek rayuannya dan emoticon tersipu. Walau kedekatan mereka masih baru tetapi dia merasa mengenal Nadia sejak lama, dan dia merasa Nadia juga sama seperti dirinya.
Saat perjalanannya kekantor dia menerima panggilang dari Barbara yang bertanya apa kesukaan Nadia dan keluarganya, dia ingin menyiapkannya dan menitipkannya pada Al saat ke Jakarta nanti. Al yang mendapat pertanyaan mendadak dari Barbara sempat tertegun, dia tidak menyangka begitu bersemangatnya Barbara dengan hubungannya, kemudian dia menjawab jika dia akan bertanya pada Nadia terlebih dahulu apa yang perlu dibawa untuk keluarganya dan untuk Nadia, terserah Barbara mau menyiapkan apapun selama tidak terlalu manis karena Al mengetahui Nadia tidak pemilih dan penyuka segala hal yang tidak terlalu manis. Jawabannya itu disambut dengan semangat oleh Barbara, dan Al yakin dia akan membawa cukup banyak barang untuk kekasihnya itu.
Nadia yang membaca balasan kekasihnya itu langsung tertawa dan sesuai dugaannya Al dia menjawabnya dengan emoticon. Dan tidak lama kemudian kekasihnya itu langsung membalas pesannya.
Al
Sudah landing? Dimana?
Nana
Di Singapore, menginap semalam disini besok baru ke Surabaya.
Al
Video call? I miss you.
Nana
Jangan!!! Ada yang lain disini dan tebak...apa yang mereka perbincangkan?
Al
Diriku pastinya. Daripada kamu mendengarkan mereka lebih baik kamu pergi mencari tempat untuk bertatap muka dan mengobrol dengan orang yang mereka obrolkan itu. Ada yang ingin kuceritakan dan tanyakan.
Nana
Hahaha....baiklah.
Nadia akhirnya keluar dari kamarnya yang sedang menjadi tempat kumpul beberapa rekannya untuk mengobrol dan topik obrolan mereka adalah 'Mr.Rexford', mereka bertukar informasi yang mereka temukan di dunia maya bahkan mereka juga membahas keluarganya. Nadia turun menuju ke lantai tempat fasilitas umum hotel itu berada, dan dia menemukan tempat duduk di tepi kolam renang dengan penerangan yang cukup untuk melakukan video call dengan Al, Nadia menggunakan earphone sebelum dia menghubung kekasihnya itu.
"Akhirnya aku bisa melihat wajah kekasihku" Kata Al begitu dia terhubung dengan Nadia.
"Jika mereka mendengar apa yang kamu katakan tadi, bisa-bisa besok kamu menemukanku dengan muka dan tubuh penuh cakaran, kamu dikantor lagi? Mengapa tidak berkumpul dengan keluargamu di hari minggu?" jawab Nadia
"Itulah sebabnya aku memintamu mencari tempat aman, demi keselamatannmu tentunya. waktu kumpul sudah hari jumat kemarin dan apa yang terjadi saat itu yang ingin kuceritakan padamu."
Al menceritakan bagaimana keluarganya menyambut bahagia hubungannya dengan Nadia, dan meminta Al mengajak Nadia pada pertemuan rutin keluarga bulan depan.
"Benarkah yang kamu ceritakan?" tanya Nadia tidak percaya begitu mudahnya keluarga Rexford menerimanya.
"Benar sayang....dan tadi nyonya Maxwell Rexford bertanya apa yang kamu dan keluargamu sukai, dia akan menyiapkannya untuk kubawa"
"Astaga Al, kamu bercanda?, tidak perlu menyiapkan apapun, itu hanya akan merepotkannya juga menyusahkanmu"
"Aku jamin dia tidak akan merasa direpotkan, dan itu berlaku juga denganku. Tidak ada yang merepotkan apalagi menyusahkan jika itu untukmu dan keluargamu. Untuk dirimu aku sudah mengatakan pada mommy, tidak ada yang tidak kamu sukai selama tidak terlalu manis karena kamu sudah manis, jadi sekarang tinggal untuk keluargamu, bagaimanapun aku datang pertama kali maka harus memberi kesan yang baik"
"Al....bagaimana dengan diriku jika bertemu mereka? apakah aku juga harus membawakan mereka sesuatu yang mereka sukai?"
"Tidak perlu sayang....cukup dirimu yang datang dan itu sudah membahagiakan mereka"
"Kalau begitu kenapa kamu membedakannya, samakan saja. Dan jika kamu ingin mendapat dukungan dari keluargaku jangan berani menyogok mereka, karena bagi mereka aku berharga dan tidak ada barang apapun yang bisa mengantikan atau membelinya"
"Maafkan aku sayang....jangan marah....bagiku kamu juga sangat berharga dan terima kasih karena kamu sudah mengingatkanku. Aku akan menemui keluargamu dan membuktikan bahwa aku memang layak mengantikan mereka untuk menjagamu."
"Aku tidak marah hanya mencoba mengingatkanmu, Al...aku menerimamu bukan karena kamu seorang Rexford tetapi karena kamu seorang pria yang bisa membuatku merasa cinta yang sesungguhnya, jadi jangan membuatku terbebani karena nama belakangmu itu."
"Iya sayang....aku salah dan aku berjanji akan mengingat kata-katamu itu. Sekarang kita topik bahasan ini kita tutup, dan aku ingin melihat senyummu"
Nadia menganggukan kepalanya dan memberikan senyum manisnya pada kekasihnya.
"Wah...semangat kejaku semakin bertambah, eh...apakah kamu sduah menceritakan hubungan kita dengan sahabat-sahabatmu itu?"
"Belum, aku ingin keluargaku menerimamu dulu setelah itu aku akan menceritakan pada mereka, mengingat kecerewetan mereka yang memintaku membuka hati untukmu"
"Mereka mendukungku tanpa mengenalku?"
"Aku menceritakan seorang bule tampan menolongku dari si muka dua atau sebutannmu si pembajak. Mereka yang sejak dulu sangat semangat menyuruhku membuka hatiku menggunakan kesempatan itu untuk kembali mengomeliku, bahkan mereka marah saat mengetahui aku mengajakmu makan nasi bebek dan soto betawi yang bagi mereka amat sangat tidak cocok untuk seorang bule tampan. Jadi mereka sampai sekarang mengenalmu sebagai bule tampan, bahkan tadi siang mereka dengan sengaja mengajakku untuk mengetahui kelanjutan hubunganku dengan si bule tampan karena dari hasil pengamatan mereka sudah hampir dua minggu kita tidak berhubungan"
"Aku harus berterima kasih pada mereka atas dukungan mereka, bagaimana nanti saat kamu akan menceritakan hubungan kita pada mereka, aku mengundang mereka dan pasangannya untuk makan malam."
"Tidak perlu berterima kasih pada mereka, tetapi aku setuju memberi mereka semua kejutan"
"Hahaha...aku yakin kamu bukan ingin memberi mereka kejutan tetapi mengerjai mereka. dan aku baru menyadari perkataanmu sebelumnya....kata-kata yang membuat semangatku untuk mendapatkan ijin mengantikan keluargamu untuk menjagamu semakin besar"
"Kata-kataku? Yang mana?"
"Dari perkataanmu tadi aku menyadari ternyata saat kamu menghindariku kamu juga tidak bahagia dan itu yang disadari dan dilihat oleh sahabat-sahabatmu itu sehingga mereka mengkuatirkanmu, benar begitu?"
Kedua pipi Nadia langsung memerah menyadari secara tidak langsung dia menunjukan perasaan hatinya, "Jangan terlalu percaya diri....udah malam aku mau pergi tidur dan kamu segera selesaikan pekerjaanmu"
"Hahaha.....baiklah, aku memang harus segera mengerjakan pekerjaanku supaya aku bisa bertemu keluarga calon istriku"
"Siapa yang mau menjadi istrimu?, sudah tidak dijawab....karena tidak akan ada akhirnya...aku tutup dulu, bye" dengan cepat Nadia mengakhiri sambungan video call itu sebelum kekasihnya melanjutkan topik bahasan itu.
Al segera menghubungi Barbara dan mengatakan apa yang Nadia katakan, dan akibatnya mommynya itu semakin menyukai Nadia. Al tidak menyangka Barbara akan semudah itu menerima Nadia mengingat semua wanita yang ingin atau pernah dikenalkannya adalah putri-putri dari pengusaha yang cukup terkenal, dan dia mencurigai dengan semangat Barbara itu dia pasti akan mencari cara bertemu Nadia sebelum dia membawanya kehadapan mereka.
Aldrich tiba hari Rabu malam, dia menggunakan pesawat dari maskapainya dan duduk dikelas utama, kali ini Scott tidak terbang bersamanya karena masih harus menyelesaikan pekerjaanyang dia tinggalkan di DC, selain itu Al juga mengatakan pada Scott bahwa dia belum akan mulai bekerja sampai hari senin, dan meminta Scott tiba di Jakarta sebelum hari senin. Kali ini kelihatannya tidak ada pramugari yang berani menganggunya mungkin karena statusnya yang sudah menjadi pemilik dari maskpai itu atau kapten yang memimpin penerbangan sudah memberi peringatan pada timnya. Dia tiba bersamaan dengan penerbangan Nadia dari rute yang berbeda yang kebetulan mengalami penundaan. Al yang sedang menunggu pemeriksaan imigrasi ketika melihat Nadia berjalan bersama rombongannya, dia tersenyum dan tanpa melepaskan pandangannya dia mengeluarkan teleponnya untuk mencoba menghubungi kekasihnya walau dia tidak yakin Nadia sudah menyalakan teleponnya.
Nadia berjalan bersama dengan rombongannya saat dia merasa ada seseorang yang memandangnya, dia mengedarkan padangannya dan menemukan Aldrich memandangnya dan menggerakan telepon genggamnya. Nadia mengerti maksudnya dan segera mengeluarkan dan mengaktifkan telepon genggamnya. Nadia membaca pesan yang masuk dan langsung membalasnya, dia berpamitan pada temannya dan mengatakan dia tidak jadi ikut mobil yang akan mengantarkannya pulang karena masih akan bertemu temannya.
Nadia menunggu sampai teman-temannya pergi dengan jemputan mereka kemudian dia berjalan menuju sebuah mobil yang terparkir disana, supir mobil tersebut sudah menunggunya dan menyimpan kopernya dibagasi lalu membukakan pintu mobil untuknya. Dia tersenyum pada penumpang yang sudah duduk didalam yang langsung dibalas dengan pelukan dan kecupan dikeningnya.
"Kupikir aku mampir dulu ketempatmu sebelum ke hotel tetapi ternyata bertemu disini. Pernerbanganmu terlambat lagi?" kata Aldrich.
"Iya, ada gangguan di landasan sebelum kami terbang dan mereka melakukan perbaikan dulu, aku juga tidak menyangka bisa bertemu di bandara. Bagaimana penerbanganmu? Banyak gangguan?"
"Tidak...kelihatannya mereka tidak ada yang berani atau kapten sudah memperingatkannya. Yang pasti aku bisa tenang tidur atau duduk bekerja tanpa gangguan"
"Hahaha.....atau mereka takut dengan aura gelapmu"
"Karena kamu tidak ada disana jelas saja aura gelap yang tampak, coba mereka melihatku sekarang pasti akan berkata lain"
"Hahahah...dasar arogan"
"Besok jam berapa kita berangkat? Naik apa?"
"Besok pagi aku ada penerbangan ke Manando, siang jam 1 kembali ke Jakarta dan rencannya naik travel jam 4 sore. Kamu mau ikut naik travel?"
"Bagaimana jika kita menggunakan mobil sendiri saja, Scott kelihatannya sudah mempersiapkannya. Jam 1 aku menjemputmu dibandara setelah itu mengantarkanmu pulang mengambil barang dan kita langsung ke Bandung" Al memang sengaja menanyakan rencana Nadia terlebih dahulu sebelum menguratakan rencananya karena dia yakin Nadia sudah merencanakan kepulangannya sejak lama.
"Boleh juga, jadi tidak terlalu malam sampai disana. Ehh....apa kamu tidak kerja besok?"
"Jika aku mengatakan aku bosnya jadi bisa masuk dan pulang kerja sesukanya, aku jamin kamu pasti akan marah....aku baru akan mulai bekerja hari Senin, anggap saja sekarang aku juga sedang cuti"
"Tentu saja...walapun kamu seorang bos kamu tidak boleh berlaku seenaknya, justru seorang bos harus memberi contoh yang baik pada karyawannya"
"Iya...sayang." Jawab Al sambil mengelus rambut kekasihnya.
Sesampainya di lobby apartement Nadia, supir turun meninggalkan mereka berdua dan dengan cepat Aldrich meraih tengkuk Nadia dan mengecup bibir yang sudah dirindukannya. Nadia yang kaget dengan perlakukan Aldrich hanya bisa pasrah dam akhirnya menikmati karena dalam hatinya dia juga merindukan ciuman kekasihnya itu.
Setelah puas Aldrich melepaskan bibir yang habis dilumatnya itu, membersihkan saliva yang tertinggal dengan jarinya.
"Bisa-bisanya kamu melakukan itu di mobil, bagaimana jika supirnya masuk kembali atau membukakan pintu untukku?"
"Tenang saja dia tidak akan masuk kedalam mobil"
Nadia memandang dengan penuh curiga pada Aldrich, dia sudah menduga si supir yang memang sering mengantarkan mereka telah diperintahkan meninggalkan mobil saat tiba disini, "Kamu sudah merencanakannya dan menyuruhnya keluar?"
"Menurutmu?"
"Kelihatannya kebiasaan mesum dan arogan Mr.Rexford semakin parah"
"Itu hanya saat bersama Ms. Wijaya"
"Hahaha....sudah keluarkan aku dari sini, sebelum kamu semakin bertambah parah"
"Baiklah...tetapi...." Al tidak menyelesaikan kalimatnya tetapi kembali menyambar bibir kekasihnya yang hanya pasrah menerima dan membalasnya.
