Bab 10 Gosip
"Kamu ke kantor hari ini?" tanya Barbara saat melihat Al sudah berpakaian kerja pagi itu padahal hari itu adalah hari sabtu.
"Yup, mom. Aku harus menyelesaikan pekerjaan disini sebelum aku kembali ke Jakarta" kata Al sambil menikmati segelas kopi.
"Nadia apa tidak bosan berada diudara terus menerus?, mommy saja kadang bosan"
"Mommy kalau shopping setiap hari apa tidak bosan?" tanya Ed yang baru akan bergabung di meja makan untuk sarapan.
"Jelas tidak, berbelanja itu bisa menghilangkan kebosanan. Benar kan mom?" lanjut Bee yang berjalan dibelakang Ed.
"Betul, Bee....mana mungkin kita bosan berbelanja, itu pekerjaan yang menyenangkan" kata Barbara.
"Sama dengan Nadia mom, dia menyukai terbang mengunjungi negara dan kota-kota yang dia singgahi, jadi dia tidak pernah bosan. Saat ini saja karena kekurangan awak udara jadwalnya bertambah padat dan dia sama sekali tidak mengeluh" Jelas Al pada Barbara, karena dia mengerti maksud pertanyaan Ed tadi soal berbelanja.
"Kalian benar juga, jika sudah menjadi kegemaran sesuatu itu tidak akan membosankan. Ngomong-ngomong berbelanja kita sudah lama tidak pergi berbelanja berdua, ayo luangkan waktummu kita jalan-jalan kalau perlu kita bawa Nadia sekalian"
"Boleh juga mom, nanti Bee atur kapan bisanya"
"Mom, Nadia belum mengenal kalian...tau-tau kalian culik dan ajak berbelanja...Ed tidak akan menjadi pengacara kalian berdua jika sampai ada pengaduan penculikan"
"Tenang saja mommy yakin Nadia tidak akan melaporkan kami, mana ada wanita yang tidak suka berbelanja"
Mereka bertiga sibuk berdebat sedangkan Maxwell dan Al sibuk mendiskusikan pekerjaan, dan saat Barbara sadar kedua orang itu membicarakan pekerjaan dimeja makan maka mulailah keluar omelan-omelannya.
"Kalian berdua memangnya tidak ada bahasan yang lain selain pekerjaan kantor?"
Maxwell dan Al langsung menoleh pada Barbara dan menganggukan kepala mereka secara bersamaan dan mengundang tawa Ed dan Bee, saat itulah seorang pelayan masuk mengantarkan Raynard untuk bergabung bersama mereka.
Ray menyapa Maxwell dan Barbara, dan mengucapkan selamat pada Al kemudian dengan santainya dia mulai menggoda sahabatnya itu dan tentu saja Ed akan menjadi sekutunya. Meja makan kembali ramai, sampai akhirnya Al melihat jam dan berpamitan, akibatnya Ray dan Ed semakin semangat mengoloknya, demi seorang wanita rela lembur diakhir pekan.
"Bukankah sudah biasa aku bekerja di akhir pekan, bukan hanya hari ini. Dan aku sarankan lebih baik kamu mengurusi tunanganmu sebelum dia lari dengan pria lain karena aku akan mendukungnya dengan sepenuh hati"
"Al...harapanmu jelek sekali.....tunanganku itu adalah adikmu, apakah kamu rela dia dimanfaatkan?"
"Bukankah sekarang saja dia sudah dimanfaatkan? kata Ed
"Hahaha...lanjutkan perdebatan kalian, aku pamit dulu. Mom-Dad, Al pamit dulu" Al mencium kedua pipi Barbara dan mengacak rambut adiknya yang bungsu sebelum meninggalkan meja makan. Mobilnya sudah disiapkan diteras utama, sebelum dia mengendari mobilnya dia mencoba menghubungi Nadia, tetapi tidak tersambung. Dia melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya dan berpikir bukankah seharusnya pesawat Nadia sudah mendarat?, dengan cepat dia membuka aplikasi untuk melajak status dan posisi pesawat dan melihat masih 4 jam lagi pesawat baru akan mendarat. Al mengirimin kekasihnya itu pesan dengan ahrapan saat Nadia membuka telepon gengamnya pesannya langsung dibaca, seperti baisanya.
Nadia tiba di apartement hampir tengah malam, dia benar-benar merasa lelah. Perjalanannya mengalami penundaan karena cuaca, bahkan saat diudara cuaca buruk menyebabkan para penumpang tidak nyaman dan tugas mereka akan semakin melelahkan. Saat dia meletakan sepatu ditempatnya dia melihat sepatu kedua sahabatnya ada disana itu artinya mereka sedang tidak bertugas. Nadia dengan cepat masuk kedalam kamarnya, dan segera membersihkan dirinya, besok pagi saja dia merapikan barang bawaannya, saat ini dia benar-benar ingin segera memejamkan matanya tetapi saat dia sudah membaringkan dirinya dia teringat utnuk mengirim pesan pada kekasihnya, yang dia yakin sudah menunggunya. Nadia menyalakan teleponnya dan benar saja pesan dari Al langsung masuk, baru saja dia akan membalasnya tiba-tiba panggilan video dari Al sudah masuk dengan cepat dia mengangkatnya.
"Hallo Nana sayang....Sudah sampai? Lho kok sudah di tempat tidur?" kata Al
"Aku lelah dan mengantuk sekali" jawab Nadia dengan memelas dan membuat Al semakin tidak tega melihat wajah kelelahan kekasihnya itu.
"Kasihan sekali....tidurlah, besok saja ceritanya. Dan mimpikan diriku jangan pria lain"
"Hahaha...iya...aku akan memimpikanmu. Night and bye" Nadia benar-benar lelah dengan cepat dia mengakhiri panggilan video itu.
"Jangan dibangunkan, kelihatannya dia pulang tengah malam." Kata Della pada Tika saat dia melihat Tika akan mengetuk kamar Nadia.
"Oh...penerbangannya mengalami penundaaan?" tanya Tika sambil melangkah menuju meja makan.
"Semalam kudengar penerbangan mereka mengalami penundaan karena cuaca dan tim mereka sudah melakukan perjalan panjang dan kena masalah cuaca pasti menyebalkan dan melelahkan" jelas Della pada Tika.
"Pasti melelahkan, sebenarnya aku hanya penasaran karena sudah dua minggu ini dia terlihat tidak lagi berkomunikasi sama si bule tampan penolongnya, dan sikap Nadia terlihat suntuk sekali, apakah si bule sudah kembali ke negaranya dan hubungan mereka terputus" kata Tika
"Iya, aku juga menyadari dia kelihatan tidak bersemangat dua minggu ini. entah karena si bule tampan atau karena jadwalnya yang semakin padat menjelang dia mengambil cuti." Jawab Della.
Mereka berdua sama-sama merasa perubahan Nadia, tetapi karena kesibukan mereka baru hari ini mereka bertiga bisa kumpul bersama.
"Kita tunggu saja dia bangun, dia tidak akan bangun melebihi pukul 10 pagi dan aku masih sempat bertemu dengannya. Jam berapa penerbanganmu hari ini?" tanya Della pada Tika.
"Iya...aku heran alarm tubuh Nadia begitu teraturnya, walau selelah apapun sebelum pukul 10 dia pasti bangun. Jadwalku hari ini jam 4 sore, dan baru akan kembali minggu depan. Kamu?" kata Tika.
Memang Nadia memiliki kebiasaan yang unik, selelah apapun dia dan jam berapapun dia tertidur dia pasti akan bangun sebelum jam 10 pagi karena kelaparan dan lucunya hal ini berlaku dinegara manapun yang memiliki perbedaan jam. Sesuai dugaan kedua sahabatnya itu jam 9.30 Nadia keluar dari kamar dengan muka bantalnya, dia melangkah ke dapur untuk mengambil minum dan membuka kulkas mengambil apel untuk sarapannya. Kemudian dia melangkah ke sofa dan mendudukan dirinya disana bergabung dengan kedua sahabatnya.
"Astaga Nadia....kebiasaan...sarapan dengan muka bantal" kata Tika saat melihat Nadia duduk bersama mereka.
Nadia tidak menjawab, dia tetap mengunyah apelnya dan kembali memejamkan matanya.
"Hahaha....mana ada orang yang sarapan sambil tidur kalau bukan Nadia" kata Della.
"Ayo...Nad, mandi kita keluar cari makan siang, sudah lama kita tidak pergi makan siang bersama, mumpung hari ini kita kumpul?"
"Memang kalian tidak ada jadwal terbang?" jawab Nadia sambil membuka sedikit kelopak matanya.
"Ada, tapi masih nanti sore" jawab Tika
"Baiklah, aku akan membereskan koperku dan mandi dulu" Nadia bangkit dari duduknya membuang sisa apelnya dan masuk kedalam kamarnya.
Dia segera mandi untuk menyegarkan dan menghilangkan kantuknya, kemudian dia merapikan kopernya dan mengisinya dengan pakaian baru. Dia membawa pakaian kotornya keruang cuci dan langsung memasukkannya dalam mesin cuci. Hari ini dia hanya terbang dan menginap semalam, jadi hari ini dia menggunakan kesempatan mencuci pakaian kotornya supaya besok bisa kering. Setelah selesai dan sebelum kelaur kamar dia baru ingat belum menyalakan teleponnya, dan sesuai dugaannya kekasih kembali mengiriminya pesan dan dia yakin sebentar lagi dia akan ditelepon saat pesannya terbaca. Dan benar saja, Al langsung melakukan panggilan video saat dia melihat pesannya dibaca, dia melihat Nadia sudah segar dan rapi.
"Sudah segar rupanya....kamu mau keluar?"
"Mau pergi sama Tika dan Della untuk makan siang, kami bertiga mendapat jadwal terbang nanti sore jadi mumpung kumpul kita mau keluar dulu"
"Kemarin cuaca benar-benar buruk? Sampai kamu terlihat begitu lelah."
"Seperti biasa jika cuaca buruk penumpang semakin gelisah dan kami semakin sibuk, untung tidak sampai terjadi turbulence"
"Kamu yakin kamu tidak apa-apa?"
"Tenanglah...aku tidak apa-apa. dan kenapa jam segini dan malam minggu kamu masih dikantor?" Nadia yang baru menyadari Al berada dibalik meja kerja yang sama dengan semalam padahal jam disana sudah hampir tengah malam.
"Aku harus menyelesaikan pekerjaanku supaya bisa cepat kembali kesana, selain itu kekasihku tidak ada disini, bagaimana aku berkencan?"
"Bukankah banyak yang ingin berkencan denganmu?"
"Memang banyak tetapi hati, jiwa dan tubuhku sudah kuberikan pada seseorang, dan dia tidak ada disini"
"Kasihan sekali"
Nadia mendengar pintu kamarnya diketuk, dia yakin kedua sahabatnya juga sudah selesai bersiap-siap dan mengajaknya keluar, "Iya...sebentar aku keluar" sahutnya.
"Pergilah, hati-hati dan makan yang banyak"
"Hahaha....baiklah...kamu juga segera pulang, ini sudah malam pekerjaan masih bisa dilanjut besok kesehatanmu lebih penting"
"Baiklah Nana sayang...setelah ini aku akan pulang"
Mereka mengakhiri panggilan video itu dan Nadia segera bergabung dengan kedua sahabatnya.
"Nad, bagaimana hubunganmu dengan si bule tampan? Aku lihat dua minggu ini kamu hampir tidak pernah pergi atau berhubungan dengannya? Apakah dia sudah kembali ke negaranya?" tanya Tika saat mereka sedang menunggu makanan pesanan mereka.
"Hubunganku baik-baik saja, iya dia kembali ke negaranya" jawab Nadia dengan santai, dia masih belum ingin menceritakan hubungannya dengan Al yang masih berjalan beberapa hari pada sahabat-sahabatnya, lagian dia juga ingin melihat tanggapan keluarganya terlebih dahulu, jika sudah mendapat restu mereka dia baru akan menceritakan hubungannya pada kedua sahabatnya yang bawel itu.
"Apakah kalian masih tetap berhubungan?" tanya Della, dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Nadia.
"Ngomong-ngomong soal bule tampan, apakah kalian tau cerita soal tuan Rexford?" tanya Tika tiba-tiba dan Nadia langsung bernafas lega dia terbebas dari sesi interogasi.
"Cerita tentang apa? soalnya berita terkini selalu tentang dia, apalagi dikalangan wanita. Dan bukankah beliau sedang tidak ada di sini sekarang, katanya beliau sudah pulang"
"Nad, kamu ingat kasus tuan Rexford yang berada dipenerbanganmu dan membuat para pramugari mencari muka di depannya?" Nadia mengangguk untuk menjawa pertanyaan Tika itu dan menunggu sahabatnya melanjutkan ceritanya, "Ternyata yang duduk dikelas utama itu bukan tuan Rexford tetapi asisten atau tepatnya tangan kanannya dan tuan Rexford sendiri duduk dikelas ekonomi. Sekarang topik itu menjadi bahan olok-olokan...tetapi asistennya saja tampan apalagi atasannya, aku pernah bertemu dengannya sekilas di kantor, aku mengakui ketampanannya dan wibawa yang dipancarkannya membuat orang-orang disekitarnya merasa segan padanya"
"Kata Kapten juga begitu, wibawa tuan Rexford membuat nyali orang yang berhadapan dengannya langsung ciut. Aku sendiri belum pernah melihatnya tetapi melihat fotonya di internet kuakui memang dia tampan." Sahut Della
"Aku mendengar mereka mengatakan jika tuan Rexford pernah bertunangan dan hampir menikah tetapi batal dan alasannya tidak ada yang mengetahui. Padahal tunangannya itu cantik dan merupakan putri seorang pengusaha perhiasan yang ternama, sayang sekali ya hubungan mereka tidak berlanjut" lanjut Tika kembali.
"Kamu belum pernah bertemu dengannya Nad?" tanya Della pada Nadia yang sedari tadi hanya mendengarkan pembicaraan mereka.
Nadia sebenarnya ingin tertawa mendengar penilaian mereka pada Aldrich tetapi dia menahannya. Bagi Nadia, Aldrich bukan hanya berwibawa tetapi juga memiliki kelembutan yang hanya terpancar pada saat-saat tertentu.
"Tuan Rexford?" tanya Nadia kembali. Dan dijawab dengan anggukan yang kompak kedua temannya itu.
"Belum pernah" Nadia mejawab tidak pernah karena bagi dia tuan Rexford itu adalah Maxwell, dan dia memang belum pernah bertemu dengannya.
"Rasanya dari semua rekan-rekan wanita kita hanya dirimu yang paling tidak perduli, mereka semua mencoba mendekatinya walau jelas tidak mungkin, karena tuan Rexford terlalu sibuk dan hanya sesekali berada dikantor pusat maskapai kita, yang sering terlihat hanya tangan kanannya" kata Tika.
"Ngurusin jadwal terbangku saja aku sudah kelelahan buat apa mengurusi hal-hal seperti itu" jawab Nadia
"Nadia sedang sibuk dengan bule tampannya, jadi dia tidak akan tertarik dengan tuan Rexford" kata Della menggoda Nadia.
"Ada lagi berita tentang rekan-rekan kita yang dibajak si muka dua, mereka sekarang terancam dipecat disana karena dianggap tidak produktif" kata Tika.
"Maksudnya tidak produktif? bukankah mereka ditawarin pekerjaan dengan jabatan yang lebih tinggi dari jabatan mereka disini, dan gaji yang lebih tinggi juga" tanya Nadia binggung.
"Kata Derren, kelihatannya mereka sengaja membajak karyawan di maskapai kita supaya harga jual maskapai kita turun dan mereka akan mengambil alih, dengan begitu kita yang tidak dibajak akan dipecat dan mereka memperkerjakan orang-orang itu, karena mereka yakin jika pihak Andritz tidak akan mau mengakusisi perusahaan yang tidak sehat dan kacau jadi mereka sengaja menambah kekacauan itu. Ternyata dugaan mereka keliru, Andritz berhasil mengakusisi maskapai kita dan tujuan mereka gagal, dang dengar-dengar itu adalah ide dari si muka dua, dan sekarang si muka dua diminta untuk mempertanggung jawabkan kegagalan idenya itu" Tika menceritakan informasi yang dia dengar dari kekasihnya Derren, yang menjabat sebagai direktur IT di maskapai mereka.
"Rasain...akhirnya si muka dua kena batunya" seri Della dengan senang.
"Kasihan rekan-rekan kita yang terlanjur pindah ketempat mereka" kata Nadia.
"Maskapai kita sudah memasukan nama mereka kedalam daftar hitam, jelas tidak mungkin diterima kembali, pilihan mereka hanya melamar di maskapai lain, ettapi mengingat mereka tidak menunjukan loyalitas mereka pada maskapai kita tentu saja maskapai lain akan memeprtimbangkan ulang. Sekarang mereka menganggur dan tidak mendapat jadwal terbang dan bukankah memang salah mereka sendiri kenapa mudah sekali termakan rayuan palsu" lanjut Tika.
"Aku merasa mereka tidak akan menduga pihak Andritz akan melakukan akusisi secepat ini, kapten juga mengatakan dia tidak menduga akan secepat ini mengingat kekacauan dalam manajemen kita cukup parah, dan sebenarnya Andritz awalnya hanya menjajaki kemungkinan untuk mengakusisi maskapai kita tetapi ternyata benar-benar direalisasikan. Dan hal ini benar-benar menyelamatkan kita yang amsih bertahan" tambah Della.
"Nad...dari tadi kamu hanya mendengarkan apakah kamu memang tidak pernah mendengar berita-berita itu?" tanya Tika dengan gemas.
"Aku ada mendengar mereka mambahas soal ini tetapi informasi mereka tidak selengkap kalian, dan kelihatannya mereka lebih suka membahasa orang yang mengakusisi daripada alasan pengakusisian apalagi memikirkan rekan-rekan mereka yang terancam tidak ada pekerjaan lagi" kata Nadia.
"Sama saja, dipenerbanganku juga sama mereka hanya membahasan tentang tuan Rexford. Apalagi mereka mengetahui dia masih lajang dan informasinya dia juga seorang player" kata Della
"Yang player itu adiknya, bukan Rexford yang ini, banyak yang keliru. Yang ini orangnya dingin dengan wanita, mungkin dia masih berharap pada mantan tunangannya itu. Karena melihat foto-foto lama pesta pertunangan mereka, mereka berdua sangat serasi." Kata Tika.
"Kalian rasanya begitu mengenal dia. Apakah karena kalian tidak mungkin ikut mendekatinya sehingga kalian mencari berita-berita yang bisa menghibur kekecewaan kalian. Lagian apa peduli kita dengannya, yang penting sekarang kita berharap saja manajemen maskapai kita segera distabilkan dan kita bisa bekerja dengan nyaman. Dan aku yakin kalian akan terlambat jika tidak mulai makan makanan kalian itu" kata Nadia sambil tetap menikmati makanan pesanannya.
Tertawalah kedua sahabatnya itu mendengar perkataan Nadia yang begitu polos dan menyindir mereka. Mereka sudah terbiasa menghadapi kepolosan dan sindiran yang dikeluarkan Nadia yang kadang memang mengena dan membuat mereka sadar. Dengan cepat mereka menghabiskan makanan pesanan mereka dan segera kembali ke apartement untuk bersiap karena jemputan mereka akan segera tiba, untungnya mereka sudah menyiapkan barang bawaan mereka sebelum pergi untuk makan siang.
Nadia mengirim pesan yang menginformasikan dia akan terbang pada Aldrich seperti yang diminta oleh pria itu, dia juga menambahkan bahwa betapa tenarnya Aldrich dikalangan wanita di maskapai mereka, setelah itu Nadia langsung mematikan telepon genggamnya. Saat dia dan rombongan menuju ke pesawat dia kembali bertemu dengan Gery dan seperti biasa lelaki itu akan mencari kesempatan mendekatinya. Nadia bersyukur dia hampir tidak pernah berada satu pesawat dengan Gery, karena dia tidak bisa membayangkan betapa tidak nyamannya dia dan rekan-rekannya pasti akan mengolok-oloknya.
"Nad...terbang lagi? Kamu tidak lelah? Bukankah semalam kamu baru tiba?" kata Gery didepan rekan-rekan Nadia yang lain.
Nadia hanya tersenyum singkat dan menganggukan kepalanya, dia malas menjawab pertanyaan yang baginya sangat tidak perlu dijawab itu mengingat mereka memiliki pekerjaan yang sama.
"Nad...aku dengar kamu mau cuti untuk pulang ke Bandung, sayang sekali aku sedang tugas jika tidak aku akan mengantarkanmu" lanjut Gery tanpa menyadari Nadia sama sekali tidak berminat dengan perhatiannya itu.
"Terima kasih, aku sudah ada yang mengantarkan dan tidak ingin merepotkan.maaf aku harus masuk" kata Nadia dan tanpa menunggu jawaban Gery, Nadia langsung berbalik dan melanjutakn langkahnya dan sesuai dugannya rekan-rekannya lansgung menggodanya apalagi Gery memang masuk dalam kategori pilot yang diminati dan mereka juga mengetahui jika Gery menaruh hati pada Nadia.
"Tega amat kamu Nad...dia sudah memberimu perhatian masih saja belum bisa mencairkan hatimu" kata salah satu rekannya yang berjalan paling dekat dengannya.
Nadia hanya tersenyum dan tidak membalas perkataan rekannya itu.
