Bab 12 Usaha Mendapatkan Restu
"Aku pulanggggggg" teriak Nadia begitu pintu rumahnya dibuka oleh papi kesayangannya.
"Masih ingat punya orang tua yang tinggal di sini?" Sahut Thomas Wijaya yang kaget mendengar teriakan putri kesayangannya itu.
"Ya ingat, bagaimana mungkin aku melupakan papi yang menyayangiku dan mami yang melahirkanku. Memang papi tidak senang bertemu dengan putri papi yang cantik, manis dan ngangeni ini?" sahut Nadia sambil bergelayutan di lengan Thomas.
"Tidak, papi bahkan lupa punya putri yang katanya cantik, manis dan ngangeni itu." Jawab Thomas sambil menatap Aldrich yang masih berdiri di teras rumahnya dengan tatapan yang tidak terbaca.
"Yah...kok gitu...jadi papi tidak suka Nadia datang? Ya sudah...Nadia pulang saja ke Jakarta dan tinggal sebatang kara disana." Nadia memasang muka melasnya.
"Datang-datang langsung teriak-teriak, memang ini hutan...kebiasaan buruk kalian bertiga tidak pernah berubah." Delia Wijaya keluar dari dapur setelah mendengar teriakan putri sulungnya itu. Dia melihat seorang pria asing dibelakang putrinya itu dan dia menduga pria itu adalah kekasih putrinya dilihat dari tatapan yang begitu memuja pada putrinya.
"Halooo mami cantikku....mami...Nadia ditolak sama papi, tidak diakui lagi sebagai anak" Nadia melepaskan pelukannya di papinya untuk memeluk maminya dan mengadu.
"Oh ya...dia tega mengusirmu padahal dari pagi dia yang paling gelisah menunggu putri kesayangannya pulang. Dan Kalian berdua kalau sudah ketemu lupa segalanya....siapa yang datang bersamamu itu dan kamu membiarkan tamu menunggu dan berdiri diteras sangat tidak sopan" Delia mengomeli anak dan suaminya.
Aldrich cukup kaget saat dipersilahkan oleh Delia dengan bahasa inggris yang lumayan bagus, "Ayo...silahkan masuk"
"Nadia kamu tidak memperkenalkan siapa yang kamu bawa ini" kata Thomas. Sebenarnya dia sama kagetnya dengan Delia saat melihat Nadia datang dengan seorang pria asing yang tampan, berwibawa dan kelihatan sekali dari kalangan berada.
"Kamu mau memperkenalkan diri sendiri atau kuperkenalkan?" tanya Nadia pada Aldrich dan dihadiahi jeweran pada telinganya oleh mami tercintanya.
"Tidak sopan....mami dan papi tidak pernah mengajarimu seperti itu"
"Sakittttt....iya-iya...maaf" teriak Nadia kemudian dia melanjutkan, "Papi, mami...ini Aldrich kekasih Nadia tetapi jika papi dan mami merestuinya"
Aldrich menghampiri Thomas dan Delia, "Uncle - Auntie, perkenalkan nama saya Aldrich dan seperti kata Nadia saya adalah kekasihnya"
"Kalian berkenalan dimana dan sudah berapa lama?" tanya Thomas juga dalam bahasa inggris yang bagus.
"Papi....ajak Aldrich duduk sebelum kamu menginterogasinya" kata Delia, dia yakin suaminya pasti akan menginterogasi pria asing ini mengingat kekasih terakhir putrinya telah menyakiti putri kesayangannya itu.
Aldrich dipersilahkan Delia duduk berhadapan dengan Thomas, sedangkan Nadia dan Delia duduk di sofa panjang diantara mereka berdua. Nadia menyadari kelihatannya proses mendapat restu dari papinya tidak akan semudah dulu, apalagi sejak kasus penghianatan Ernest, tetapi dia yakin Aldrich pasti mampu menghadapi hambatan itu.
"Saya ulangi pertanyaannya, sejak kapan kalian berhubungan dan kalian bertemu dimana?" kata Thomas
"Kami sudah berkenalan selama sebulan dan baru memutuskan untuk lebih dekat seminggu yang lalu. Saya pertama kali melihat Nadia pada penerbangan saya dari DC ke Jakarta, dan saya langsung menyukainya"
"Darimana asalmu? Apa pekerjaanmu?"
"Saya berasal dari DC dan saat ini saya bekerja sebagai manajer pengembangan bisnis di Andritz."
"Jadi kamu tidak menetap di Jakarta?"
"Saya akan menetap sementara di Jakarta dalam rangka menyelesaikan pekerjaan saya, setelah itu saya akan kembali di DC."
"Bagaimana kalian bisa berhubungan jika kamu hanya sementara disini?, apakah artinya kamu juga berhubungan hanya sementara dengan putriku?"
"Saya serius menyukai Nadia, jika memang uncle akan merestui kami dengan syarat saya harus menetap di Jakarta, maka saya bersedia. Bagi saya tidak penting tinggal dimana yang penting saya bisa bersama orang yang saya cinta dan sayangi."
"Bagaimana dengan pekerjaanmu jika kamu pindah kesini?"
"Pekerjaan saya bisa dikerjakan dimana saja saya berada, dan jika saya harus melakukan perjalanan bisnis saya akan membawa Nadia"
Delia memandang kedua pria yang sedang memperjuangkan putrinya, dia cukup kagum melihat keberanian Aldrich menghadapi Thomas, apalagi dia melihat kesungguhan Aldrich dalam memperjuangkan Nadia, dan dia melihat sebentar lagi putrinya pasti juga akan melakukan pembelaan untuk kekasihnya.
"Bagaimana kehidupan percintaanmu sebelum kamu bertemu dengan Nadia? Dan apakah kamu penganut seks bebas?"
"Saya pernah bertunangan dengan seorang wanita, dan hubungan kami putus saat saya menemukan dia berselingkuh dengan pria lain. Setelah itu saya berhubungan dengan beberapa wanita yang mengajak saya berkencan, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang bisa membuat hati saya bergetar seperti perasaan saya pada Nadia. Dan karena saya sudah menemukan Nadia maka saya akan setia padanya dan tidak akan melakukan seks sebelum hubungan kami resmi karena bagi saya kesetiaan dalam sebuah hubungan serius sangat penting."
"Jika kamu pindah kesini apakah keluargamu tidak menentangnya? Apakah mereka juga akan merestui hubungan kalian?"
"Keluargaku sudah merestui hubunganku dengan Nadia, dan mereka mendukung apapun keputusanku. Orangtuaku menyadari jika aku dan adik-adikku dewasa maka kami pasti akan memiliki kesibukan sendiri, jadi mereka mengharuskan kami semua berkumpul di rumah mereka sebulan sekali untuk makan malam dan setahun sekali kami berkumpul untuk berlibur bersama, jadi saya sangat yakin mereka tidak akan keberatan saya pindah kemari selama saya tetap memengang tradisi itu"
Thomas yang dari awal sudah merasa jika kekasih putrinya ini memiliki tekad yang kuat dan terlihat sungguh-sungguh mencintai dan menyayangi putrinya sebenarnya sudah memberikan restunya, tetapi dia masih ingin melihat sejauh mana kesungguhan mereka. dia melihat Nadia hanya duduk mendengarkan tanpa mengeluarkan suara, hanya memandang mereka berdua. Jawaban Aldrich tentang restu dari keluarganya dan kebiasaan keluarganya membuatnya yakin jika lelaki dihadapannya ini akan mencintai putrinya dan memberikan keluarga yang bahagia karena didikan orangtuanya yang begitu menjujung tinggi nilai kebersamaan dalam keluarga.
"Papi....Nadia tidak akan menerima perasaan Aldrich jika tidak melihat kesungguhannya. Selain itu...."Nadia memandang Aldrich kemudian kembali ke Thomas sebelum melanjutkan ,"Selain itu, Nadia juga mencintai Al. Cinta yang baru Nadia sadari dan rasakan saat bersama Al dan tidak pernah Nadia rasakan pada Ernest. Nadia berharap papi dan mami memberikan restu pada kami berdua"
Thomas, Delia bahkan Aldrich tidak menyangka Nadia akan mengungkapkan perasaannya dihadapan mereka semua. Thomas dan Delia melihat kesungguhan putrinya, mereka mengetahui sifat Nadia, jika itu yang dia inginkan maka dia akan memperjuangkannya sama seperti cita-citanya yang tidak pernah berubah sejak kecil, dan mereka hanya bisa memberi dukungan.
Aldrich yang dari awal heran melihat Nadia hanya diam mendengarkan cukup terperanjat mendengar perkataan Nadia dan setelah dia sadar dari rasa terkejutnya dia tersenyum bahagia, Nadia mengakui perasaannya dihadapan orangtuanya dan meminta mereka merestui hubungan mereka.
"Karena Nadia sudah memintanya maka...." Thomas memandang ke Delia dan diberi anggukan, Delia tau suaminya ingin meminta ijinnya untuk merestui hubungan putrinya dan Aldrich. "Maka...kami merestui hubungan kalian. Aldrich...kami minta kamu bisa menjaga Nadia, menyayanginya dan jangan menyakiti hatinya dia adalah putri kami yang paling berharga"
"Terima kasih...aku berjanji akan menjaga Nadia, memberinya kebahagiaan dan aku berjanji untuk setia padanya sampai maut memisahkan kami"
"Pi...Mi.....Terima kasih sudah merestui kami" Nadia memeluk maminya dan kemudian berdiri dan memeluk papinya.
"Al, kamu ikut menginap?" tanya Delia.
"Iya, auntie. Saya ada memesan kamar hotel yang dekat dari sini" jawab Aldrich.
"Hush....kamu sudah mendapat restu kami, panggil kami mami dan papi seperti Nadia."
"Ooh...baiklah Mi" Aldrich cukup kaget saat diminta merubah panggilannya, dia melirik pada Nadia yang duduk disamping papinya sambil bergelayut manja. Dia melihat jika hubungan Nadia dan Thomas sangatlah dekat, dan dia bersyukur menuruti perkataan Nadia untuk datang tidak membawa barang-barang karena dia yakin jika dia melakukan itu maka Thomas dan Delia pasti tidak menyukainya.
"Kamu jangan cemburu melihat mereka berdua, sudah dari dulu mereka seperti itu. Apalagi mereka sudah lama tidak bertemu"
"Tidak masalah mi, aku senang bisa melihat Nadia seperti ini"
"Eh...Dea dan Tio mana? Kenapa dari tadi tidak menyambutku?"
"Dea masih dikampus, dan Tio pergi mengajar murid privatnya. Tenang saja mereka sudah menantikan kepulanganmu dan mami yakin mereka bukan menunggumu tetapi menunggu barang-barang titipan mereka"
"Pasti itu....tidak perlu diragukan lagi, mi..." Belum sempat Nadia menyelesaikan perkatannya dia mendnegar suara Dea dari depan."Kak Nadiaaaaa....."
Aldrich melihat seorang gadis yang wajanya mirip dengan Nadia masuk dan langsung berpelukan dengan Nadia.
"Biasakan dirimu melihat kelakukan mereka, tunggu satu lagi dan akan mereka akan semakin ramai" kata Thomas melihat pada Aldrich.
"Kan Nad bawa pesanan Dea kan?"
"Iya...ada didalam koper"
"Dea...yang sopan...ada tamu disini?" kata Delia meneggur putrinya.
"Tamu?...eh...maaf....siapa mi?" Dea melihat pada Aldrich dan Delia bergantian.
"Tanya sama kakakmu" jawab Delia.
Dea memandang pada Nadia, belum sempat Nadia menjawab kembali terdengar teriakan dari depan "Kak Nad...." Lalu munculah Tio adik bungsu mereka dan berlari memeluk kakak kesayangannya. "Hush....ada tamu" Dea memukul pelan lengan adiknya untuk mengingatkan ada orang lain disana dan kemabli memandang Nadia untuk meminta penjelasan.
Nadia melepaskan pelukan adiknya dan berjalan menghampiri Aldrich, "Adik-adikku tersayang perkenalkan Aldrich, kekasihku"
Aldrich menyadari perubahana wajah Tio saat mendengar perkenalan Nadia, kelihatannya Al harus mengambil hati adik bungsu Nadia itu.
"Kekasih? Wah...doamu terkabul Yo....kak Nad dapat pacar orang asing" tanya Dea sambil tertawa.
"Kak Nad yakin?" tanya Tio mengabaikan komentar Dea
"Kalian gunakan bahasa Inggris, hormati kekasih kakak kalian. Dan Tio...kamu tidak perlu kuatir Aldrich dan Nadia sudah menyakinkan kami untuk merestui hubungan mereka" Tegur Thomas pada kedua anaknya.
"Papi yakin? Tio tidak ingin Kak Nad kembali disakiti"
