Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Malam Seribu Bintang (One Night Stand)

"Seeett ... aku mohon jangan berisik!" suara seseorang yang tepat di hadapan pria tersebut, yang kini semakin membelalakkan matanya, tak percaya, ternyata beneran ada seseorang yang sedang bersembunyi di sana.

"KA ... kamu si ... siapa? Ke ... kenapa bi ... bisa ada di sini? Kamu manusia atau setan?" tanya pria yang juga ikut berbisik dan terbata saking syoknya.

"CK, aku manusia lah," gerutu seseorang itu kesal.

"Suara kamu kaya perempuan, apa ... jangan-jangan kamu ... kamu yang di cari oleh orang yang tadi mirip angka sepuluh itu?" cerocos si pria keheranan. Tetapi yang di tanya malah diam saja dan seakan diam tak bergerak di atas aspal jalan. Pria itu pun panik lalu segera keluar dari bawah mobil dengan sangat tergesa, tak sadar sesuatu yang menancap di bokongnya tersangkut mengenai bagia bawah mobil dan membuat rasa ngilu dan perih.

"Auuw ... keparat, apaan sih ini? Aduh ...." kesal dan sakit bercampur menjadi satu, setelah keluar dari mobil ia segera mencabut benda yang sempat ia lupakan telah mendarat tepat nancap di bokongnya.

"Astaga, ternyata ini suntikan? Sejak kapan aku disuntik dan lupa di cabut?" gumamnya keheranan sambil menimang alat suntik tersebut kemudian ia membuangnya ke tempat sampah. Kebiasaan dia yang terdidik harus membuang sampah pada tempatnya.

Matanya mulai berkurang, kepalanya mulai pusing, namun ia ingat ada seseorang di bawah mobil sana yang harus di selamatkan juga, melihat kondisinya yang memprihatinkan, mungkin saja masih sempat.

Dengan susah payah ia menyeret gadis dari kolong mobilnya, sebenarnya dia bukan sengaja memilih cara yang sulit ketika cara yang gampang bisa saja memundurkan atau memajukan mobilnya, sehingga tak perlu repot-repot menyeret wanita itu perlahan agar bisa keluar, cuma resikonya jika dia menyalakan mobil dan menggesernya bisa saja ada bagian anggota tubuh dari wanita itu yang terlindas ban mobilnya, karena ia tidak bisa melihat posisinya di bawah. Lagipula mobilnya pun mogok mana bisa dihidupkan?

Setelah berhasil mengeluarkan gadis itu, ia lngsung mengecek bagian nadi dan hidungnya, ternyata masih berdenyut dan masih bernafas, hanya saja wanita itu sudah sangat lemah.

Dalam kondisi demikian, tiba-tiba saja alam berubah cuacanya, yang tadinya tak hujan mendadak hujan deras mengguyur bumi malam itu.

Dalam keadaan kepala yang keleyengan, jiwa lelakinya masih bisa ia kendalikan dan tetap berusaha membopong wanita yang pingsan itu masuk ke dalam rumahnya yang besar, rumah itu sebenarnya sebuah vila pribadi miliknya.

Sesampainya di dalam, dia kebingungan mau membawa wanita itu kemana? Karena dua kamar yang lain sudah di tempati oleh asisten dan adiknya, kamar satu lagi di bagian agak ke belakang di tempati oleh sepasang suami istri yang menjaga dan merawat vila tersebut, satu-satunya kamar yang kosong hanya kamar dirinya, mau tak mau ia membawa gadis itu masuk kedalam kamarnya dan membaringkannya di atas kasur king size dengan seprai berbulu yang halus dan mewah.

Setelah wanita itu di baringkan, dan di buat tidur nyaman, tetapi ada hal aneh di bagian punggung tepatnya bahu bagian kanan sedikit terangkat, seakan ada sesuatu yang mengganjalnya.

Perlahan ia mencoba memiringkan tubuh gadis tersebut dan mendapati alat suntik yang menancap di sana, pria itu terperangah tatkala melihat benda yang sama dengan yang tadi menancap di bokongnya.

"Kenapa benda ini juga menancap di tubuhnya? Jangan-jangan benar, wanita ini adalah orang gila yang lepas? Lihat saja, pakaiannya pun aneh, seperti dari daun rumbia dan kulit pohon, dan ini suntikan untuk membiusnya? Atau ... kedua pria angka sepuh tadi berusaha ingin menculiknya?"

Deretan pertanyaan meluncur dari bibir pira itu, sementara penglihatannya semakin samar, rasa panas dan aneh menjalar di seluruh tubuhnya, apa lagi saat menatap gadis di hadapannya yang nampak mulus putih bersih, membuat jiwa lelakinya membara, darahnya kian berdesir seakan bergolak ingin menumpahkan gejolak yang tiba-tiba saja tumbuh begitu cepat.

"Ah tidak ... tidak. Aku bukan tipe lelaki yang mudah tergoda dengan wanita, sudah puluhan wanita mencoba merayuku dengan memakai baju yang kekecilan dan kurang bahan, aku tidak tertarik sedikitpun, kenapa yang ini ... ah tidak mungkin ... rasanya sesak sekali, sial..." racau pria tersebut yang memiliki tubuh atletis, kulit putih hidung mancung halis tebal yang tersusun rapih, dan rahang yang terpahat nyaris sempurna itu beberapa kali mengerjap mencoba mempertahankan kesadarannya yang sudah mulai menipis.

"Emmm ...." gadis itu tiba-tiba menggeliat sambil mengerang pelan. Bibirnya bergerak perlahan menggigit sedikit bagian bibir bawahnya, dan kembali mengerang pelan sambil terus menggeliat.

Pemandangan itu cukup membuat si pria bergidik menahan gejolak yang kian menyeruak ingin di tuntaskan, namun masih berusaha agar tetap bertahan.

"Ah ... sial, kenapa pisang ku tiba-tiba tumbuh dengan cepat seperti ini, ow shit ... semakin sesak sekali rasanya," keluh si pria sambil melepas celananya berharap pisang tanduknya yang tiba-tiba tumbuh subur tak lagi kesakitan menahan sesak terhimpit resleting celananya.

Di saat yang bersamaan, gadis itu kembali mengerang sambil menggeliat, perlahan matanya terbuka dan menatap sayu ke arah pria tersebut yang kini hanya menggunakan celana dalam saja.

"Aku kepanasan, bisa kah kau sirami aku agar terasa sejuk?" bisik wanita itu dengan suara yang sangat menggoda iman juga Imin si pria.

Pria yang masih berdiri itu pun celingukan, merasakan hal yang sama, begitu kepanasan padahal AC sudah ia nyalakan sejak tadi sore dan suhu yang cukup rendah.

Wanita itu kemudian bangkit dan duduk di tepian ranjang, lalu tangannya tiba-tiba meraih roti sobek yang terlihat menggiurkan di depan matanya yang terlihat sangat lapar, roti itu terpampang di hadapan wajahnya. Dia yang memang lapar mencoba menikmati benda yang mirip roti sobek itu, bibirnya pun sudah menyentuh dan siap melahap, hanya saja dia kebingungan kenapa roti ini terasa kenyal dan keras, bahkan sedikit basah, ada tetesan air yang perlahan jatuh di sana, juga terdengar suara yang tertahan.

Wanita itu kemudian mengikuti dari mana asal tetesan air itu, perlahan ia mendongak ke atas, ternyata ini bukan roti sobek penunda lapar, tetapi roti sobek yang lebih memuaskan.

Mata mereka beradu, keduanya sudah hampir hilang kendali, terutama si wanita yang sudah di luar kesadarannya, menemukan sosok yang bisa meredakan gairahnya yang kini sudah mencapai di ubun-ubun, ia pun tersenyum manis pada pria yang tertunduk di hadapannya dengan tatapan yang sama-sama saling menginginkan.

Sedangkan kesadaran si pria pun mulai menipis, pandangannya mulai rabun, apa lagi melihat senyuman manis mahluk cantik di hadapannya, membuat gejolaknya semakin mencekik, dan si pisang tanduknya pun semakin tumbuh tegak dan subur.

"Sial, kenapa pandanganku banyak bintang-bintangnya?" gumam pria tersebut yang terus mengerjakan matanya yang kadang nampak kadang buram.

"Waw, pisangmu besar sekali? Boleh aku memakannya? Aku sungguh lapar sekali," ucap wanita itu setengah mendesah.

"Hah? i ... ini ... bu ... bukan ... pisang, ta ... tapi eskrim jumbo, ini tidak bisa di makan, hanya bisa di emut seperti permen," jawab si pria yang kewarasannya nyaris hilang.

"Aku suka eskrim," sorak si wanita sambil membuka pembungkusnya, tak lama kemudian menyembul eskrim super jumbo dengan tekstur keras dan kenyal itu, menggantung tegak di hadapan gadis itu yang langsung melahapnya dengan rakus.

"Aaahhh ... eskrim pisang ku sett ... aaahh ... harta karun ku, beraninya kau icip," ceracau si pria mulai tak karuan sambil memejamkan mata dengan mulut menganga menahan rasa nikmat yang belum pernah ia rasakan. Karena baginya ini pertama kali untuknya, sensasi yang ia rasakan seperti melayang ke luar angkasa yang penuh ribuan bintang.

"Sial, aku tak bisa mengendalikan lagi diriku," desah si pria yang kemudian menyerang tubuh gadis yang sudah pasrah itu, membawanya mendaki ke atas puncak gunung berapi hang siap memuntahkan laharnya, menciptakan gempa lokal di sekitarnya, tetapi semua itu tidak membahayakan wilayah dan penghuni lainnya.

Bersambung ....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel