Pustaka
Bahasa Indonesia

Love In The Ceo's Secret

50.0K · Ongoing
Halimun Aksara
37
Bab
424
View
9.0
Rating

Ringkasan

Kisah seorang CEO Pemilik perusahaan yang bergerak di bidang batu bara, yang keluarganya hilang secara misterius, dia dan adiknya bertekad mengungkap tabir misteri yang telah bertahun-tahun, menimpa keluarganya, juga mencari istri yang ia nikahi dengan cara Vidi call karena keadaan yang sangat darurat. Semua itu atas permintaan kakeknya yang merasa terdesak oleh keadaan, pun ikut menghilang beserta keluarganya. Siapakah dalang di balik semua tragedi menghilangnya seluruh anggota keluarganya? akankah mereka berdua bisa menemukan titik terang? Akan kah semuanya masih hidup termasuk istri dan mertuanya? Mari kita ikuti kisahnya hanya di "Love In The Ceo's Secret!"

DewasaOne-night StandCinta Pada Pandangan PertamaMengungkap MisteriPulau TerpencilDetektif

Bab 1 Pulau Misterius

Seorang gadis cantik berpakaian kuno terbuat dari kulit binatang yang sudah sedikit usang, sedang berusaha mencari ikan di tepi pantai, di sebuah pulau terpencil. Iya begitu lincah menggunakan kail seadanya untuk memancing.

Saat tengah asik dengan aktifitasnya, ia di kejutkan dengan suara gemuruh seperti kapal pesiar mewah yang tak terlalu besar dengan tipe homecare24, hendak melintasi pulau tersebut.

Terlihat olehnya penampakan mahkluk ciptaan Tuhan yang begitu nyaris sempurna meski terlihat dari kejauhan, wajahnya tampan berkulit putih, menggunakan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, kemeja putih dengan bagian lengan yang di gulung separuh tangannya yang bertopang di pagar pembatas tepian kapal pesiar tersebut, menambah kegagahannya.

Saking terpesonanya ia dengan pemandangan langka tersebut, hampir saja ia meneteskan air liur dan hasrat ingin berlari ke arah kapal tersebut, namun sebelum itu kesadarannya kembali mengingatkan akan sebuah larangan.

Gadis itu segera beranjak pergi dari tempatnya semula, ia bersembunyi di balik bebatuan tebing di sekitar pulau kecil itu.

Sebenarnya dia ingin sekali memberikan isyarat permintaan tolong kepada kapal tersebut, siapa tahu bisa menyelamatkan dirinya dari keterdamparan sejak lima tahun lalu di pulau ini.

Dia bahkan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kenapa orang tua angkatnya tidak mengijinkan dirinya memberi isyarat permintaan tolong kepada yang melintas di laut sana.

Padahal setahu dia mendengar cerita dari kedua orang tua angkatnya, mereka pun sebenarnya terdampar tak berapa lama sebelum ia terdampar di sini, tapi demi kepatuhannya kepada orang yang sudah merawatnya selama bertahun-tahun lamanya, akhirnya ia urungkan niatnya tersebut dan tetap bersembunyi di balik bebatuan tebing dan juga semak belukar.

Semakin lama suara itu semakin mendekat ke sekitar pulau tersebut, entah apa yang mereka lakukan hampir setiap bulan kalau dia hitung dengan hari, karena tidak adanya kalender di persembunyiannya.

Kapal pesiar itu seakan mengelilingi lautan lepas itu, salah satunya mengitari pulau tersebut. Gadis itu nampak keheranan karena biasanya kapal pesiar itu akan berjalan lurus namun kenapa kali ini berbelok?

"Apa yang mereka lakukan di setiap bulannya? Kenapa mereka seakan sengaja menjelajah lautan dan mengitari setiap pulau? Bahkan kali ini, apa yang sebenarnya mereka cari? Kenapa tiba-tiba berbelok ke arah sana?" gumam gadis tersebut penasaran.

Kapal pesiar itu berada tak jauh dari daratan, kapal itu melaju perlahan mengitari pulau tersebut menuju ke arah bagian kiri, ya itu bagian belakang tebing terjal yang selama ini menjadi tempat bernaung gadis itu dan kedua orang tua angkatnya yang tinggal di dalam gua, di dasar tebing, dan bagian pulau itulah yang selalu di sebut sabagi bagian pulau terlarang oleh ayah angkatnya.

Door ... door ....

Suara mirip tembakan bergemuruh di bagian utara barat pulau tersebut, gadis itu terperanjat dan berusaha memanjat tebing untuk melihat apa yang terjadi di sisi sebelah sana.

Rasa penasarannya semakin tinggi akan bagian pulau terlarang itu, ia tak lagi mengindahkan larangan untuk tidak boleh melihat ke sana, ada apa sebenarnya di sebelah sana?

Gadis itu terus merangkak secara perlahan memanjat dinding yang terjal, namun banyak akar pepohonan yang menggantung menjadi pegangan gadis itu.

Setelah susah payah ia hampir mencapai puncak tebing, gadis itu berhenti antara takut dan penasaran memenuhi isi rongga kepalanya.

"Cuma sekedar ngintip aja mah, aman kali ya?" gumamnya, kemudian ia merayap lagi ke puncak tebing yang ternyata di atas sana tak ada pepohonan tinggi, hanya ada semak belukar yang tumbuh, mungkin karena bebatuan cadas sehingga tak ada pohon yang tumbuh.

NGEENG ....

"Huhu ... haha ... huhu ...."

Terdengar keributan di bagian belakang tebing sana, gadis mengendap sambil terus mengawasi keadaan di sana.

Terlihat olehnya, kapal pesiar itu pergi menjauh dari pulau itu, terdengar suara gemuruh seperti sekumpulan suara manusia yang sedang teriak-teriak di bawah bagian sana.

Mata gadis itu membulat, ia baru paham kenapa ayah angkatnya selalu melarang ia keluar gua tersebut, ternyata di balik tebing sana ada sekelompok orang-orang suku primitif terlihat dari pakaian dan tempat tinggal mereka yang terbuat dari daun Rumbia, dan sangat berbeda jauh dari peradaban jaman.

Sepertinya tadi mereka berusaha menyerang kapal pesiar yang kini sudah melarikan diri, terlihat ada banyak tombak yang tertancap di tepian pantai, namun ada beberapa di antara mereka sepertinya ada yang terluka, sebab nampak terlihat sedang di gotong oleh beberapa orang lainnya.

Mata gadis itu semakin melebar, tatkala beberapa orang yang tadi di gotong, kini malah berada di atas bara api, mungkin orang-orang tersebut sudah tewas dan akan di semayamkan dengan adat dan kepercayaan mereka, namun dugaan gadis itu salah, manusia tersebut di bolak balik sampai beberapa bagian kulitnya terlihat menghitam, beberapa saat kemudian mereka malah menyantapnya.

Gadis itu terperanjat hampir saja ia menjerit karena saking syok nya melihat pemandangan mengerikan tersebut.

"Mereka kanibal?" pekik gadis itu dalam hatinya, tangannya berusaha sekuat tenaga menutup mulutnya agar tak bersuara, saking syoknya dia melihat manusia memakan kawanannya sendiri.

Jarak ia ke tempat pemukiman mereka memang cukup jauh, tetapi keadaan di sana cukup gersang, berbeda dengan keadaan di bawah tebing yang cukup rimbun dengan pepohonan dan semak belukar yang lumayan tinggi.

Jadi kalo dia bersuara sedikit saja, dikhawatirkan akan terdengar langsung oleh mereka, apalagi posisinya berada di puncak tebing yang pastinya sedikit saja suara atau pergerakan akan membuat mereka sadar bahwa ada manusia lain yang hidup dan tinggal di sekitar mereka.

Perlahan ia menggeser tubuhnya kembali merosot ke bawah dengan bertumpu pada akar yang menggantung di sepanjang tebing, ia melakukannya dengan sangat hati-hati sekali agar tak menimbulkan pergerakan di sekita semak tersebut. Meskipun kini seluruh tubuhnya bergetar hebat, pikirannya kacau tak karuan, ia sangat ketakutan atas apa yang baru saja ia lihat.

Dengan susah payah dan segala ketakutan yang memenuhi pikirannya, akhirnya gadis itu sampai ke dasar tebing, ya itu bibir gua dengan sedikit cekungan cadas yang menampung mata air yang keluar dari sela-sela tebing tersebut.

"Dari mana kamu, Nak?" tanya seseorang dengan nada pelan namun penuh penekanan.

Gadis itu terperanjat dan berjingkat saking kagetnya, hampir saja ia hendak berlari namun keburu kakinya terpeleset di cadas yang licin karena rembesan mata air.

"Ah ... Ayah, a ... aku ... anu ... em ...." gadis itu terbata, bingung harus menjawab apa, karena ketauan melanggar larangan. Wajahnya memucat, rasa syok yang dia lihat barusan saja masih terasa mengerikan, ditambah lagi perbuatannya kepergok oleh orang tua angkatnya.

"Apa yang sudah kamu lihat di atas sana, Nak?" tanya ayahnya lagi dengan nada yang sama.

"Itu ... pe ... peperangan mengerikan, dan ... kanibal ...." jawab gadis itu masih terbata, menahan segala gejolak dalam dadanya yang hampir ingin muntah saat itu juga, saat mengingat telah melihat manusia memakan manusia lainnya.

Nampak sekali wajahnya penuh ketakutan yang luar biasa, bibir bawahnya digigit sambil menunduk, jemarinya gelisah sambil terus memilih ujung baju kulitnya.

Terdengar helaan nafas yang begitu berat dari lelaki tua di hadapannya. "Jadi kamu sudah tahu kenapa ayah melarang mu ke sana?"

Gadis itu hanya mengangguk, tubuhnya masih sangat gemetaran.

"Itulah sebabnya ayah melarang mu untuk berkeliaran dari area sini, apa lagi ke bibir tebing di atas sana, selain berbahaya tergelincir, juga takut ketauan sama mereka, berbahaya pula jika ketauan oleh manusia-manusia pengendara kapal laut atau pun helikopter yang bisa saja mereka bukan orang yang baik tetapi mereka orang yang sedang mengincar keberadaan kita."

Bapak tua itu menjelaskan cukup panjang lebar sambil melangkah masuk ke dalam goa tersebut.

Tetapi perkataan beliau malah membuat gadis itu semakin bingung. "Kenapa harus takut sama pengendara kapal laut atau helikopter? Kan mereka bisa saja orang baik, yang mungkin bisa saja menyelamatkan kita semua?" gumam gadis itu keheranan.

Namun ternyata gumamannya terdengar oleh sang Ayah.

Bersambung ....