Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9

Di sisi lain, Zara baru saja menuruni taxi dan menatap rumah yang cukup besar di depannya seraya menyamakan dengan kartu nama di tangannya. Ia celingak celinguk melihat ke kanan dan ke kiri, lalu berjalan mendekati gerbang utama rumah yang cukup tinggi dan terbuat dari kayu.

"Bagaimana aku bisa masuk ke dalam yah," gumam Zara. Ia berjalan menyusuri area dinding di luar rumah itu seakan mencari pintu lain, hingga dia menemukan pintu terbuat dari pagar besi hitam dan hanya mampu untuk memuat satu orang. Ia bisa menatap ke dalam dimana pemandangan pertama yang ia lihat adalah sebuah kolam renang indah dan taman yang di penuhi salju. Ia mengusap kedua tangannya yang hanya terbalut sarung tangan tipis berwarna hitam. Rasanya kedua tangannya mati rasa karena rasa dingin ini.

Tatapan Zara melotot sempurna saat ia melihat dua orang berpakaian hitam sedang mencoba masuk melalui jendela.

"Ya Tuhan ternyata firasatku benar, ada yang berniat mencelakai kak Alfa," gumam Zara.

Zara tak ada pilihan lain, ia mengirimkan pesan pada Ali dan meminta bantuan untuk membawa pasukannya karena ia yakin tak hanya dua orang yang berniat mencelakai Alfa.

Setelah mengirimkan pesan itu, Zara masuk ke dalam melalui pintu itu karena sudah di bongkar sebelumnya. Zara yang mengenakan mantel berwarna merah dengan sepatu boots, kerudung hitam dan pakaian gamis sebawah lutut berwarna hitam di padu dengan celana hitamnya.

"Sepertinya mantelku ini terlalu menonjol," gumamnya, ia melepaskan mantelnya dan menyimpan di dekat pohon yang berada di dekat pintu. Ia mengencangkan cadarnya dan sedikit mengusap kedua lengannya yang terkena hembusan angin dan terasa begitu dingin. Dengan mengumpulkan keberaniannya, ia berjalan masuk mengikuti jejak para penjahat tadi masuk, setidaknya dengan pakaiannya yang serba hitam tak akan menjadi pusat perhatian mereka.

Kini Zara sudah masuk ke dalam rumah Alfa dan ia mendengar suara berisik dan berkelahi di lantai dasar. Ia sedikit berlari menuju tangga dan melihat apa yang terjadi, ternyata Alfa sedang melawan mereka kurang lebih ada 10 orang dengan membawa senjata. Zara bingung harus menolong Alfa bagaimana apalagi situasi Alfa yang terlihat terpojok dan kewalahan melawan mereka yang tampaknya begitu terlatih.

Tatapan Zara kini tertuju kepada seorang pria yang berdiri tak jauh dari mereka seraya mengacungkan senapan miliknya ke arah kepala Alfa dimana terlihat ada titik merah tepat di belakang kepala Alfa.

"Kak Alfa awas!" Teriak Zara mlemprkan hiasan dinding dari kayu ke arah sang penembak.

Dor

Semuanya menatap ke arah Zara begitu juga dengan Alfa. Tembakan itu meleset ke arah lain. Pria tadi kesal dan berjalan cepat ke arah Zara yang kini ketakutan dan bingung.

Dengan keahlian bela dirinya,  Alfa meloncat ke arah pembatas tangga dan menendang tubuh pria tadi dari samping hingga pria tadi terjatuh ke bawah.

"Kau?" Tanya Alfa saat kini berhadapan dengan Zara yang terihat ketakutan.

"Awas!" Zara menarik kedua lengan Alfa hingga tubuh Alfa berdekatan dengannya dan lemparan kursi itu kembali meleset.

Alfa mengernyitkan dahinya menatap manik mata Zara di depannya. Tatapan mereka beradu dan tampak setetes air mata jatuh dari pelupuk mata polos nan lembut milik Zara. Entah kenapa hati Alfa ikut merasakan kesedihan itu. Rasanya air mata itu tak asing baginya.

"Kau memanggilku,  Kakak?"

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel