Bab 8
Zara kecil tampak berlarian dengan begitu senang di ladang dimana terdapat pertenakan kuda dan juga kambing. Di sana juga ada Alfa yang sibuk mengurusi kuda kesayangannya.
"Kak, ayo bermain dengan Zara!" teriak Zara kecil itu.
"Berhenti berlarian, Zara. Nanti kau kelelahan dan sakit lagi kakinya," seru Alfa yang selalu mengkhawatirkan adiknya itu.
"Tidak apa-apa, Zara kan kuat," kekeh Zara tetap berlarian mengejar seekor bebek. Alfa hanya tersenyum dari kejauhan.
Situasi itu mendadak berubah menjadi di dalam hutan yang gelap nan menakutkan. "Kak Alfa!" teriak Zara saat menyadari keadaannya sekarang.
Zara kecil itu berlarian penuh ketakutan menyusuri hutan gelap itu. "Kak Alfa!" teriak Zara begitu ketakutan.
Air mata Zara tak mampu di bendung lagi, ia menangis karena ketakutan dan terduduk di bawah pohon. "Kak Alfa dimana kamu? hikz... Aku membutuhkan Lenteraku, aku takut, hikzz...."
"Kak Alfa! hikz...." Zara kecil itu semakin menangis histeris.
"Zara!" teriakan itu menghentikan tangisan Zara, Ia bangit dari duduknya. Ia mulai celingak celinguk mencari sumber suara.
"Zara! kamu dimana?" teriak Alfa yang tampak menyusuri hutan gelap itu.
"Kak Alfa, aku di sini!" teriak Zara.
Ia begitu senang dan berlari menuju sumber suara milik Alfa. Hingga akhirnya ia melihat sosok Kakaknya itu berada tak jauh darinya dan tampak masih mencari Zara, Alfa belum menyadari kehadiran Zara di depannya.
"Ka-" ucapan Zara menggantung di udara saat ia melihat sosok hitam berjubah menggunakan topeng memukul Alfa dari belakang.
Tubuh Alfa tersungkur ke tanah seraya memegang kepala bagian belakangnya. Dan pria bertopeng itu mengeluarkan sebuah pistol dan menarik pelatuknya.
Dor
"Kak Alfa!!!"
Zara terbangun dari tidurnya dengan tubuh yang sudah di banjiri keringat juga nafasnya yang ngos-ngosan. "Kenapa? Kenapa aku bermimpi akan ada yang mencelakai kak Alfa. Pertanda apa ini ya Allah?"
Zara termenung di tempatnya memikirkan maksud dari mimpinya itu.
"Apa ini sebuah pertanda?" gumam Zara.
***
Malam itu entah kenapa Zara merasa tak nyaman dan merasa gelisah. Ia merasa memiliki firasat buruk tentang Alfa. Dengan tekad besar, Zara memutuskan untuk pergi mencari keberadaan Alfa melalui alamat yang dia dapat dari kartu nama Alfa yang dulu pernah di tinggalkan oleh Sahira.
Di kediamannya, Alfa baru saja sampai setelah melalui perjalanan panjang untuk mencari keberadaan adiknya Zara. Ia tidak bisa terus mencarinya dan meninggalkan kewwajibannya sebagai seorang Hakim. Banyak kasus yang harus dia tangani, ia kembali mempercayakan pencarian kepada Gio. Ia menggantungkan mantel tebal berwarna hitamnya di patung gantungan baju. Ia juga menyimpan syal abu miliknya di sana. Ia berjalan menuju kamarnya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia melepaskan semua pakaiannya dan membiarkan tubuh kekarnya di guyur air hangat. Rasanya sangat tenang dan nyaman setelah melewati dinginnya udara di luar sana.
Dimana Alfa yang sibuk membersihkan diri, ada beberapa komplotan berbaju hitam dan bertopeng layaknya ninja. Mereka ada sekitar 10 orang yang memanjat gerbang dan menerobos masuk ke dalam rumah milik Alfa.
Mereka berusaha memanjat ke lantai dua dengan keahlian khusus.
Di dalam rumah, Alfa tampak sudah segar dengan sudah mengenakan piyama tidurnya. Seperti biasa dia berjalan ke pantry yang terlentak di lantai dasar dan membuat kopi hangat menggunakan mesin pembuat kopi. Setelahnya ia membawa gelas kopinya untuk duduk di kursi kesukaannya yang berada dekat perapian yang kini menyala.
"Aku sangat berharap besar pada Gio untuk menemukan Zara," gumam Alfa menyeduh kopi miliknya.
Bruk
Alfa menoleh ke arah sumber suara. "Suara apa itu," gumamnya. Ia beranjak dari duduknya dan menyimpan gelas kopinya di meja. Ia berjalan dengan sangat hati-hati ke arah sumber suara. Merasa ada yang mencurigakan, Alfa mengambil pisau dari dapur dan membawa pemukul baseball miliknya.
