Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10

Alfa mengernyitkan dahinya menatap manik mata Zara di depannya. Tatapan mereka beradu dan tampak setetes air mata jatuh dari pelupuk mata polos nan lembut milik Zara. Entah kenapa hati Alfa ikut merasakan kesedihan itu. Rasanya air mata itu tak asing baginya.

"Kau memanggilku,  Kakak?"

Zara semakin menegang mendengar pertanyaan Alfa. Tak lama terdengar suara tembakan dimana-mana membuat Alfa dan Zara berbalik dan melihat keadaan di bawah ternyata para penjahat tadi sudah di kepung oleh para polisi yang entah sejak kapan masuk ke dalam.

"Kalian baik-baik saja?" Tanya Ali yang menghampiri Alfa dan Zara.

"Ali? Kau Ali,  kan?" Tanya Alfa.

"Apa kabar,  Brother." Alfa tak menyangka sama sekali,  ia tersenyum dan berpelukan dengan Ali.

"Lama gak ketemu, kemana saja kau selama ini?" Tanya Ali.

"Biasalah sibuk dengan tugas Negara, " kekeh Ali walau tatapannya sedikit melirik ke arah Zara yang masih tampak syock dan tetap menatap ke arah Alfa di depannya.

"Kau polisi AS?" Tanya Alfa yang di anggukin Ali.

"Kalian bawa mereka ke markas,  aku akan menyusul nanti, " seru Ali saat salah satu anak buahnya datang dan melaporkan kalau semua penjahat sudah mereka amankan.

"Sebaiknya kita mengobrol di bawah, " seru Alfa sedikit teralihkan oleh Ali dan itu membuat Zara sedikit lega.

Zara mengikuti dua orang pria yang berarti di hati dan hidupnya. Alfa mempersilahkan mereka duduk di depan pantry dan ia menyeduhkan kopi untuk mereka.

"Kau tampaknya kedinginan,  Miss Lamia, " seru Alfa saat menyajikan dua gelas kopi ke mereka. Alfa beranjak pergi meninggalkan mereka.

"Kamu baik-baik,  Zara?" tanya Ali sedikit canggung bertanya kepada Zara.

"Aku baik-baik saja. Kak,  jangan memanggilku Zara. Aku belum ingin kak Alfa mengetahuinya,  aku belum berani muncul di hadapannya dalam keadaan seperti ini."

"Tapi-" ucapan Ali tertahan saat mendengar derap langkah kaki mendekati mereka.

"Gunakanlah mantelku,  ini bisa menghangatkan tubuhmu." Alfa menyerahkan mantel hitam kepada Zara dan ia menerimanya.

"Terima kasih,  Sir."

"Kau bisa datang kemari bagaimana,  Ali?" tanya Alfa.

"Miss Lamia tadi menghubungiku,  dia melihat beberapa orang mencurigakan masuk ke dalam rumah ini. Tak menyangka ternyata ini rumahmu, " seru Ali berusaha sesantai mungkin.

"Begitukah,  terima kasih miss Lamia karena sudah membantuku." Alfa kini menatap manik mata Zara dan kembali termenung,  tatapan itu kenapa begitu melekat di dalam pikirannya.

"Tidak masalah,  Sir. Saya hanya melakukan kewajiban saya sebagai sesama manusia, " ucapnya.

"Maaf,  tadi aku mendengarmu memanggilku,  Kakak?" tanya Alfa pertanyaan itu kembali terucap dari bibir Alfa hingga membuat Zara kembali menegang dan gugup.

"Benarkah? Saya memanggil anda,  Mr." Zara terpaksa berbohong dan saat ia menjawab jelas sekali tatapannya tak lagi menatap manik mata Alfa dan malah menunduk.

Alfa termenung melihat ekspresi yang di tunjukkan Lamia. Itu begitu mirip dengan Zara kalau dia berbohong,  ia tak akan mampu menatap manik mata lawan bicaranya. Dan Alfa sangat yakin kalau tadi Lamia memanggilnya Kakak.

"Alfa,  kalian sudah saling kenal ternyata yah, " seru Ali berusaha mengalihkan pikirannya tentang kecurigaannya pada Zara.

"Kami kenal karena temanku bekerja di tokonya, " ucap Alfa. Dan mengalirlah pembicaraan mereka mengenai masalalu mereka saat sekolah. Zara bersyukur Ali dapat mengalihkan kecurigaan Alfa terhadapnya.

Zara beranjak dari duduknya saat mereka asyik berbicara tentang masalalunya. Zara menatap sekeliling ruangan hingga ia sedikit kaget saat melihat pigura terpajang dinding. Dan beberapa pigura kecil yang di pajang di meja sudut. Tak kuasa lagi Zara menahan air matanya.

Itu pigura dengan foto-foto Zara kecil bersama Alfa. Dan jelas sekali hampir semuanya candid karena Zara tak pernah sadar Alfa telah mengambil potretnya. Dan di pigura besar itu adalah foto didinya bersama Alfa saat di dekat danau. Saat pertama kalinya Zara menikmati daging barbeque. Tampak mulut Zara belepotan dan Alfa memencet kedua pipinya hingga bibirnya sedikit manyun dan Alfa tampak meleletkan lidahnya di samping Zara ke arah camera. Dulu Alfa bilang itu foto terjelek mereka yang akan selalu mengingatkan mereka ke dalam masa masa indah di masalalu.

Dan seketika kenangan manis antara dirinya dan Alfa terngiang di kepalanya bagaikan film yang sedang di putar. Ternyata di balik kenangan pahit itu terselip kenangan manis yang bahkan hampir Zara lupakan.

"Itu adikku, " seru Alfa yang kini sudah berdiri di sisi Zara. Zara segera memalingkan wajahnya dan mengusap matanya yang berair.

"Kalian terlihat dekat sekali, " ucap Zara yang gak tau harus berkomentar apa. Ia ingin sekali memeluk Alfa sekali saja.

Ali menatap mereka berdua. Ada rasa iba dan kasihan pada mereka. Sebenarnya mereka begitu dekat, sebenarnya lentera hati yang mereka nantikan selama ini berada dekat sekali hanya saja terhalang dinding besar yang di bangun Zara.

Ali selalu berdoa untuk kebahagiaan Zara, dan ia berharap Zara mampu mengakui siapa dirinya pada Alfa. Ali juga berharap Zara bisa mampu lebih percaya diri dan menyadari betapa sempurnanya dirinya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel