Bab 6
Dengan dirinya yang merupakan seorang hakim, Alfa bisa memiliki akses ke dalam penjara wanita dimana Ny. Merliana di tahan sebelum hukumannya di laksanakan besok pagi.
Alfa dengan sangat tidak sabaran menunggu kedatangan Ny. Merliana.
“Mr?” panggil Ny. Merli membuat Alfa menoleh.
“Ny, langsung saja, katakan dimana kalian berpisah terakhir kali?” tanya Alfa tanpa menunggu lama lagi langsung menodong Ny. Merliana dengan pertanyaannya.
“Kenapa anda begitu penasaran dengan gadis malang itu?” tanya Ny. Merliana.
“Itu bukan urusan anda! Sekarang katakan dimana dia, dimana kalian terakhir berpisah?” tanya Alfa sedikit memaksa.
“Maaf Mr. Tetapi saya tidak bisa memberi informasi ke sembarang orang tentang Azahra. Dia gadis malang, dia mungkin sudah hidup bahagia tanpa gangguan orang-orang yang dulu pernah membuatnya tersiksa dan masuk ke dalam kubangan orang-orang yang berbahaya.”
“Aku tidak akan melukainya, aku justru ingin menolongnya. Sudah lama aku mencarinya, sekarang katakan dimana terakhir kalian berpisah?” tanya Alfa sedikit memaksa.
“Tidak, aku tidak akan mengatakannya.”
“Ny. Jangan keras kepala, tolong jangan mempersulitku.”
“Tidak, aku tak akan pernah mengatakannya sampai matipun aku tak akan mengatakannya, “ ucap Ny. Merliana dengan nada tegas.
“Maaf Mr, waktu kalian telah habis. Ny. Merliana harus kembali.” Seorang polisi wanita datang dan mengintruksikan Ny. Merliana untuk beranjak dari duduknya.
“Tunggu sebentar! Ny. Tolong katakan, “ ucap Alfa sedikit memaksa.
“Aku tak akan memberitahukannya!” jawab Ny. Merliana dengan tegas. Dan ia mulai berjalan memasuki ruangan yang terhalang jeruji besi.
“Baiklah akan aku katakan, aku adalah Alfando, Kakak dari Azahra. Selama 15 tahun ini aku mencari keberadaannya. Jadi saya mohon bantuan anda untuk bekerja sama.” Alfa masih berusaha membujuk Ny. Merliana. Tampak Ny.Merliana menimbang-nimbang keputusannya. “Ny?”
“Terakhir kami berpisah di Salinas, California.” Setelah mengucapkan itu, Ny. Merliana menghilang di balik pintu.
“Salinas?” gumam Alfa.
###
Zara memutuskan untuk berjalan-jalan, sudah lama ia tak keluar dari rumah. Ia butuh sesuatu yang bisa menyegarkan otaknya dan mengalihkan pikirannya dari kenangan kenangan yang menjadi trauma nya. Zara sampai di taman kota dimana banyak sekali orang yang juga sedang menikmati suasana di sini. Ia berjalan menuju jembatan hingga langkah kakinya terhenti, tatapannya seketika berkabut dan memerah, setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Pemandangan di hadapannya sungguh menggetarkan hatinya. Dimana seorang Ibu yang sedang menyuapi anak gadisnya makan dan mereka tampak tertawa bersama.
Sejak kecil Zara selalu merindukan masa-masa itu, dulu dia pernah mendapatkannya sebentar dari Ibu kandung Alfa yang sangat baik hati, dan bisa menggantikan sosok Ibu nya yang telah meninggalkannya. Tetapi kenangan itu tak lama, karena Zara, Alfa, dan Rival di boyong ke Amerika. Dan lenyaplah sudah harapan dan impian Zara untuk merasakan kehangatan seorang Ibu, kehangatan keluarga saja dia tidak dapatkan. Hanya penyiksaan yang bisa ia rasakan.
Zara memalingkan tatapannya dan berdiri di jembatan itu. Ia menatap air di bawah jembatan yang tampak tenang dan jernih.
###
"Kau yakin akan mencarinya ksana sendiri?" Tanya Gio saat mendengar keputusan dari Alfa.
"Tak ada pilihan lain, aku tak percaya lagi pada anak buahmu. Mereka memberikan laporan palsu dan kebohongan! Nyatanya Adikku masih hidup." Alfa tampak sudah kesal pada semua anak buah Gio.
"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu? Tempat itu di pesisir barat Amerika, apa kau yakin akan ke sana?" Tanya Gio.
"Sangat yakin, kalau kau ingin menemaniku, maka kita berangkat malam ini. Tetapi kalau tidak, aku bisa pergi sendiri."
"Dasar Stone! Oke, aku ikut denganmu."
