Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

Alfa tengah menangani sebuah kasus. Seseorang jadi tersangka pembunuh dan dia merupakan teroris. Ia sudah rapi dengan jas hitamnya lengkap dengan jubah hitam hakimnya. Ini adalah persidangan final dari orang ini,  dan dia harus segera mengambil keputusan menurut hasil persidangan beberapa waktu lalu,  bukti dan saksi yang telah di panggil semuanya.

Orang-orang di dalam ruang persidangan berdiri dari duduknya saat ia dan beberapa orang lainnya memasuki ruangan. Saat ia dan yang lain duduk di kursi masing-masing,  semua orang kembali duduk di tempatnya. Sang tersangka yang merupakan seorang wanita tua.

“Selamat siang,  ini adalah persidangan final dari Ny. Merliana Swedda.” Alfa menatap tajam pada tersangka di depannya.

“Ada yang ingin anda sampaikan,  Ny. Sebelum keputusan pengadilan di bacakan?” tanya Alfa.

“Sudah saya katakan sebelumnya,  saya bukanlah seorang teroris. Saya hanya melakukan pembalasan dendam pada orang-orang yang sudah membunuh suami dan anak-anakku! Suamiku adalah tentara Amerika tetapi dia dihukum mati karena dia di fitnah. Tak ada keadilan kepada kami! Dan kami di tuduh sebagai teroris,  bahkan anak-anakku mati saat pembantaian teroris  15 tahun lalu.”

Deg

Alfa mematung di tempatnya dan ia mengepalkan kedua tangannya saat ia mengingat kalau adiknya pun korban pembantaian teroris.

“Alasan anda tetaplah tidak bisa di benarkah. Anda telah membunuh lebih dari 10 orang dan beberapa di antaranya merupakan aparat Negara.” Alfa berucap dengan tegas.

“Baiklah,  saya akan membacakan hasil keputusan hakim. Setelah menelaah semua bukti dan keterangan dari para saksi, hakim memutuskan Ny. Merliana Swedda akan di hukum mati!” setelah itu terdengarlah suara ketukan palu sebanyak tiga kali di sana sebagai keputusan akhir.

Di ruangan persidangan itu mulai ricuh oleh para orang-orang yang datang.

“Persidangan berakhir.” Alfa menutup persidangan dan berdiri dari duduknya diikuti yang lain. Dan semua orang pun berdiri sebagai penghormatan.

“Tunggu pak Hakim,  selain aku,  masih ada gadis yang selamat dari pembantaian teroris itu. Mungkin dia juga akan membalaskan dendamnya sama seperti aku. Dia gadis malang,  dia sudah memiliki kaki pincang dan harus di tuduh sebagai teroris oleh keluarganya, “ teriak Ny. Merliana.

Deg

Mendengar itu mata Alfa melotot sempurna,  ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Ny. Merliana.

“Siapa maksud anda?” pekik Alfa berjalan mendekati Ny. Merliana membuat semua orang kaget dengan sikap Alfa.

“Katakan Ny,  siapa nama anak itu? Dan dimana dia sekarang? Apa benar dia selamat?” pekik Alfa membuat Ny. Merli sedikit bingung dan takut.

“Saya tidak tau,  setelah berhasil melarikan diri,  kami berpisah.”

“Siapa? Siapa nama gadis itu?”

“Itu-“

“Tenangkan diri anda,  Mr.”

Semua mata tertuju pada Alfa yang kini berdiri di dekat Ny. Merliana dengan emosi yang tidak terkontrol. Tiga orang polisi membawa Ny. Merli untuk keluar dari ruangan.

“Tunggu! Katakan siapa namanya?” teriak Alfa yang terus mengikuti Ny. Merli yang ketakutan.

“Mr. Tolong bersikaplah dengan baik,  ini di pengadilan!” ucap seseorang menahan Alfa yang seakan melupakan segalanya.

“Katakan siapa nama gadis itu!” sekali lagi Alfa menghadang langkah mereka dan mengabaikan asistennya.

“Azahra Lamia.”

Alfa merasa kedua lututnya Bergetar,  ia merasa senang,  bingung mendengarkan semua itu. Tiga polisi langsung membawa Ny. Merliana pergi meninggalkan Alfa yang kini berdiri dengan berpegangan pada dinding di sampingnya.

“Mr.” Raji yang merupakan asisten Alfa segera menghampirinya.

“Dia masih hidup,  Adikku,” gumam Alfa dengan rasa haru.

“Aku harus segera mencarinya,  Raji.” Alfa bergegas pergi meninggalkan Raji dengan perasaan senang dan haru,  bahkan tanpa sadar matanya basah karena air mata.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel