Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

Alfa mengajak Sahira ke rooftop setelah pulang kerja. Mereka duduk berdampingan menatap langit malam yang cerah dipenuhi bintang bintang.

“Kenapa kamu mengajakku kemari?” tanya Sahira.

“Aku sedang merindukan Zara, “ ucap Alfa.

“Aku ikut bersedih dengan kabar meninggalnya adikmu, “ ucap Sahira.

“Hmm,  tetapi entah kenapa aku masih merasa kalau Zara masih hidup dan berada di dekatku.” Alfa memegang liontin yang berada di lehernya dan Sahira hanya memperhatikan gerakannya itu.

“Gadis kecil itu begitu lugu dan polos. Dia sangatlah jujur,  tetapi kenapa takdir hidup begitu kejam pada gadis sekecil itu.” Mata Alfa memerah menahan air mata yang ingin luruh dari pellupuk matanya.

“Ini sudah suratan Tuhan. Yakinlah Allah tidak pernah mengambil sesuatu kalau itu tidak baik menurutnya. Allah itu maha pengasih lagi maha mengetahui,  mungkin jalan ini yang terbaik untuk Zara.” Sahira berusaha menenangkan Alfa yang emosinya tampak sedang sensitive.

“Aku tidak mempercayai Tuhan.”

“Astagfirulloh!” Sahira tampak kaget mendengarnya. “Tidak Alfa,  kau tidak boleh berkata seperti itu.”

“Kau tau,  Zara itu gadis ahli beribadah. Dia rajin solat,  mengaji,  bersedekah,  bahkan dia begitu pemaaf dan penyabar. Tetapi apa yang Tuhan berikan padanya? Hanya penyiksaan! Selama dia hidup,  dia hanya mendapatkan luka dan penyiksaan. Dimana keadilan Tuhan saat itu?” tanya Alfa menatap Sahira dengan tatapan terluka.

“Astagfirulloh. Tidak seharusnya kamu mempertanyakan keadilan Allah,  Allah jelaslah maha adil juga maha bijaksana. Allah hanya sering kali menguji para umatnya untuk senantiasa semakin bertaqwa kepadanya. Alfa,  percayalah garis takdir inilah yang terbaik untuk Zara,  mungkin kini Zara sudah bahagia di surganya Allah.”

“Tetapi tak seharusnya kematiannya setragis itu! Dia mati di anggap menjadi seorang pengkhianat dan anak sekecil itu harus menerima perlakuan kasar dan kematian yang tak wajar! Mana balasan Tuhan atas ketaqwaan Zara!”

Sahira tau Alfa kini di rundung kesedihan yang mendalam terhadap berita meninggalnya Zara. Tetapi ia bertekad akan membawa Alfa kembali ke jalan Allah. Ia ingin Alfa tak sampai semakin jauh dari Allah.

π

“Ada kiriman untuk miss Lamia,” seorang kurir berdiri di ambang pintu dan Zara segera menghampirinya.

Zara sempat kaget melihat bucket bunga indah yang di serahkan kurir tersebut untuk dirinya.

“Terima kasih, “ ucap Zara setelah menandatangani serah terimanya. “Siapa yang mengirim bunga indah ini.”

Di dalam bucket terlihat sebuah kartu. Zara berjalan menuju meja di bagian belakang meja kasir. Ia menyimpan bunga yang cukup berat dan besar itu di atas meja dan mengambil kartu namanya.

Dinner to night...

Rivaldo

Zara menjatuhkan kartu itu,  seketika rasa takut menyeruak di dalam dirinya. Nama itu sungguh membuatnya bergetar dan ketakutan itu kembali mempengaruhi dirinya.

Zara terus berjalan mundur dengan tatapan ketakutan,  ia berpegangan pada dinding yang ada di belakangnya.

“Miss?” Sahira yang kebetulan melewat bergegas mendekati Lamia. “Anda baik-baik saja?”

“A-aku-“ Zara mendadak seperti orang linglung. Tatapannya menjadi siaga dan penuh ketakutan. Keringat dingin bercucuran di tubuhnya.

“Miss-?” Sahira merasa bingung dengan apa yang terjadi pada Zara.

“Miss?” Zara melepaskan pegangan Sahira dan berlari begitu saja ke lantai atas membuat Sahira kebingungan. “Ada apa dengannya?” Sahira berjalan mengambil kartu yang jatuh di ubin. Ia mengambilnya dan membaca isinya. “Tidak ada yang aneh,  dan bunganya juga sangat bagus. Kenapa miss Lamia begitu ketakutan?”

Di dalam kamarnya Zara mengurung diri dan duduk bersembunyi di balik ranjang dengan memeluk kedua lututnya.

Si Cacat

Dia bukan keluarga kita

Cacat! Kau harusnya tau diri siapa dirimu!

Dasar Cacat! Gara-gara kau,  kak Alfa memukulku!

Kau pembawa sial...

Kau harusnya mati...

Kau tak pantas ada di keluarga kami!!!

“Aaaahh hentikan!” teriak Zara menangis terisak seraya menutup telinganya dengan kedua tangannya. “Ku mohon hentikan! Hikzz...”

Zara merasa kepalanya sakit sekali saat kepingan kenangan masalalu yang menyakitkan berseliweran di kepalanya,  hingga tanpa sadar Zara memukuli kepalanya dengan keras. Cukup lama seperti itu hingga ia jatuh tak sadarkan diri.

###

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel