Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Zara tengah memeriksa stok barang yang ada di tokonya. Ini masih sangat pagi,  sejujurnya Zara ingin menyibukkan dirinya dan mellupakan semua rasa sakit dan kepingan-kepingan pahit yang terus mengusiknya.

Zara mengalihkan pandangannya dari barang di depannya ke arah pintu masuk saat mendengar pembicaraan seseorang. Ia tersenyum di balik cadarnya. ‘Kak Alfa.’

Zara berjalan mendekati pintu dan bersembunyi di balik lemari besar. Ia senang melihat Alfa yang tersenyum dan begitu perhatian pada Sahira. Zara sangat setuju kalau Kakak kesayangannya itu mendapatkan Sahira,  wanita yang sangat baik.

‘Aku senang melihat Kakak baik-baik saja,  dan sangat bahagia. Ini sudah sangat cukup untukku.’ Batin Zara.

Alfa tampak sudah berlalu pergi menyisakkan Sahira yang kini masuk ke dalam toko.

“Assalamu'alaikum, “

“Wa'alaikumsalam, “ jawab Zara.

“Ah miss Lamia. Selamat pagi, “ ucap Sahira tampak kaget saat Zara keluar dari salah satu kubikel.

“Selamat pagi,  kelihatannya kamu semakin dekat dengannya. Apa dia kekasihmu?” tanya Zara.

“Eh,  itu-“ Sahira tampak bersemu merah dan canggung untuk menjawab.

“Ah maaf aku lancang bertanya seperti itu,  lupakan saja pertanyaanku, “ kekeh Zara membuat Sahira tersenyum.

***

“Bagaimana keadaanmu?” Gio masuk ke dalam ruangan Alfa dimana Alfa tengah mengerjakan sesuatu di laptopnya.

“Apa?”

“Sepertinya kau terlihat lebih baik. Apa ini karena pengaruh dari gadis berkerudung itu?” tanya Gio yang kini duduk di sofa yang berada di ruangan Alfa.

“Maybe,  Sahira membawa banyak hal dalam hidupku. Dan aku merasa begitu nyaman berada di sampingnya, “ ucap Alfa.

“Well,  kenapa kau tidak menikahinya saja?”

“Menikah?” Alfa tampak terpekik kaget. “Aku belum sampai terpikirkan kesana.”

“Kalau begitu cobalah memikirkan ke hal itu. Kurasa kehidupanmu akan lebih berwarna kalau menikahinya.”

Alfa hanya diam membisu mendengar penuturan Gio barusan. Dia sendiripun belum yakin dengan perasaannya pada Sahira.

Π

Ali mendatangi Zara yang tengah menyiram bunga di balkon samping kamarnya. Ali menatap punggung Zara cukup lama,  sudah satu minggu ia tidak bertemu dengan Zara karena kesibukannya.

“Assalamu'alaikum, “

“Wa’alaikumsalam.” Zara menoleh ke arah pintu penghubung mendengar salam yang terlontar barusan.

“Kak Ali?” gumam Zara.

“Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya Ali.

“Alhamdulillah sudah lebih baik, “ jawabnya dan kembali menyiram tanamannya.

“Zara,  bisakah kita berbicara?” tanya Ali menghentikan gerakan Zara.

“Baiklah.” Zara menyimpan alat untuk menyiram tanaman dan berjalan terlebih dahulu menuju kursi yang ada di balkon diikuti Ali.

“Apa yang ingin Kakak bicarakan?” tanya Zara saat Ali tak kunjung berbicara. Mereka telah beberapa menit duduk di atas kursi dengan saling berhadapan.

“Zara,  aku ingin melamarmu untuk menjadi istriku.”

Deg

Pupil mata Zara mengecil karena kaget. Ia tak menyangka kalau Ali akan melamarnya.

“Aku sungguh mencintaimu,  Zara. Dari pertama kali kita bertemu,  aku sudah menaruh hati padamu. Aku ingin menjagamu dan melindungimu lebih dari ini. Jadi ku mohon,  menikahlah denganku.”

Zara beranjak dari duduknya dan berdiri memunggungi Ali.

“Aku-“

“Demi Allah aku mencintaimu,  Zara. Jangan menolakku, “ ucap Ali kini ikut beranjak dari duduknya dan berdiri di belakang Zara.

“Beri aku waktu untuk berpikir, “ ucap Zara.

“Baiklah,  aku akan menunggu dengan sabar kepputusan darimu, “ ucap Ali setelahnya berlalu meninggalkan Zara yang masih memunggunginya.

“Ya Allah, “ gumam Zara memegang dadanya sendiri yang berdebar cepat.

Ia juga tidak memungkiri kalau dia memiliki perasaan terhadap Ali,  tetapi keadaannya sekarang? Kondisi tubuhnya,  yang bahkan dirinya sendiripun tak sanggup melihatnya. Mampukah Ali menerima semua itu?

Tidak! Ini tidak benar.

Ali tak sepantasnya mendapatkan dirinya yang memiliki banyak kekurangan. Ali terlalu baik dan dia pantas menerima pendamping yang lebih baik dari dirinya.

Π

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel