Tawaran Pekerjaan
"Fathan, gila Lo, ya,"
Kai sampai tidak percaya Fathan melakukannya pagi-pagi sekali, apalagi ini di kos-kosan. Dan wanita itu bukan istri Fathan.
Tidak berapa lama pintu kembali terbuka, Fathan yang membuka pintu dan menyuruh Kai masuk.
"Masuk!"
"Anjir banget lo." Kai celingukan, takut jika wanita yang berada di dalam belum mengenakan pakainnya.
"Sett ... jangan brisik!" Fathan membawa Kai masuk. Kai menghela nafas lega karena ternyata wanita itu baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan pakaian lengkap.
Kai akan duduk di pojok ruangan karena tidak ingin dekat dengan wanita itu yang duduk di kasur Fathan.
"Ais, lo ngapain duduk di situ. Sini duduk bareng kita."
"Nggak ah," tolak Kai.
"Buruan!"
Kai menelan salivanya dengan susah payah hingga ia menurut duduk di samping Fathan yang juga duduk di samping wanitanya,
"Kenalin, Kai. Ini Livia," ujar Fathan memperkenalkan Kai pada wanita yang ada di sampingnya.
"Hai, Kai. Aku Livia." Wanita itu menyodorkan tangannya pada Kai.
Kai menerimanya dengan Ragu. "Kaifan," ucap Kai.
"Kaku banget lo, Kai. Hahaha," ejek Fathan.
Kai memalingkan mukanya karena pipinya bersemu merah, mengingat apa yang Fathan lakukan tadi membuatnya jadi malu sendiri padahal, 'kan yang melakukan itu adalah Fathan.
"Udahlah,Kai gak usah malu-malu kayak gitu, ntar juga lo bakalan doyan. Hahaha."
Fathan tertawa puas melihat pipi Kai yang merah seperti kpiting rebus. Begitupun juga dengan lipia yang ikut tertawa melihat Kai yang lucu menurut mereka. Meskipun awalnya Livia merasa sangat ilfil dengan pakaian kayak yang terlihat lusuh, tapi kalau dilihat-lihat dari dekat wajah Kai lumayan juga.
"Jadi lo ngapain dateng ke sini pagi-pagi? Ganggu gua aja," kesal Fathan karena sedang melakukan sesuatu yang tidak enak kalau di ganggu. Untung saja saat itu Fathan sudah mendapatkan pelepasan terakhirnya.
"Gue juga ogah tadinya mau ke sini, Njir. Cuman gue terpaksa. Lagisn lo tsdi nsrik gue pas gue mau balik," kesal Kai.
"Iya-iya deh. Emang lo ngapain terpaksa ke kostsan gue? Pake bawa-bawa keranjang kue lagi."
Fathan melihat keranjang berisikan kue yang di simpan Kai di pojok ruangan. Lantas Kai beranjak dari duduknya mengambil keranjang itu. "Gue di suruh Ibu buat nganterin kue ini buat lo."
"Ibu lo nyuruh lo ngasih gue kue sebanyak itu?" Fathan cukup terkejut.
"Nggak semuanya juga."
Fathan langsung melengos. "Gue kira semuanya."
"Ya kali ngasih semuanya, gue sama keluarga gue mau makan apa."
Kai membuka keranjang kue itu dan pergi ke dapur untuk mengambil piring. Fathan menyimpan kue itu di piring dan menghidangkannya di depan Fathan dan Livia. "Nih makan! Siapa tahu kalian kecapean abis kek gutuan."
"Njir."
Livia mengusap paha Fathan hingga Kai menelan salivanya dengan susah payah. ''Bisa-bisanya nih cewe ngelakuin itu depan gue,' ujar Kai membatin.
Kai segera memalingkan mukanya saat tatapan Livia tertuju padanya. Fathan yang melihat itu pun hanya tersenyum.
Untung saja tadi ia buru-buru menawarkan ibunya untuk mengantarkan kue ini pada Fathan. Kalau tidak, bisa bahaya ibunya melihat Fathan sedang melakukan hubungan suami istri dengan Livia.
"Jadi gue sama Livia mau ngomongin sesuatu sama lo, dan ternyata kebetulan lo datang ke sini jadi sekalian aja kali, ya."
Tatapan Kai langsung tertuju kepada Fathan karena Fathan mengatakan ingin berbicara sesuatu kepadanya. Kai juga bingung kenapa Livia dibawa-bawa dalam pembicaraan Fathan dan Kai.
Untuk mengurangi rasa gugupnya karena ada Livia di sini jadi kaya mengambil kue yang ada di depannya, membukanya lalu memakannya.
Kai juga laki-laki normal Di saat dia melihat langsung laki-laki dan perempuan sedang melakukan itu membuat sesuatu yang ada di dalam celananya menegang. Kai sampai keringat dingin apalagi melihat pakaian Livia yang seksi dan terbayang-bayang kejadian tadi.
"Gue sama Livia cuman mau nawarin lo kerja sama kita."
"Kerja?"
"Iya, bukannya Lo butuh kerjaan buat biaya hidup keluarga loh dan kontrakan lo gak terus nunggak?"
"Iya-iya, gue butuh banget." Kai langsung bersemangat ketika Fathan mengajaknya untuk bekerja.
"Tapi kerjaan ini beresiko?"
"Kerjaan apapun gua kawan gue lakuin yang penting gue bisa dapat duit,"tanpa bikin panjang Kai langsung mengiyakan.
Daripada Kai menjadi pengangguran, lebih baik bekerja meskipun itu pekerjaan yang beresiko.
Fathan dan Livia tersenyum saling pandang melihat Kai bersemangat menerima pekerjaan dari mereka.
"Memangnya pekerjaan apa yang harus gue kerjai?" penasaran Kai.
"Katanya Livia butuh seseorang buat bekerja di rumah bordirnya," beritahu Fathan.
"Hah, maksud lo? Gue harus kerja di rumah bordil?" terkejut Kai.
Kai sampai menelan salivanya beberapa kali. Untung saja Kai masih bisa mengendalikan diri.
"Katanya tadi lo mau."
"I-iya, sih. Tapi Kenapa harus di rumah bordil sih? Emang nggak ada pekerjaan lain yang lebih layak gitu buat gue? Kemarin gue kerja di klub malam aja dipecat sama bos."
"Ya cuman ada kerjaan itu satu-satunya yang bisa gue kasih ke Lo. Tapi tenang aja sekarang, 'kan bosnya itu Livia. Jadi gue pastiin kalau lu bekerja dengan baik Livia gak akan pecat lo? Ya, 'kan, Sayang?" tanya Fathan sembari mengusap rambut Livia dan mengecup pipinya.
Kai lagi-lagi memalingkan mukanya melihat patahan mengacu pipi Livia. "Anjing banget lo, bermesraan di depan orang jomblo."
"Hahaha." Fathan tertawa terbahak-bahak melihat Kai kesal membuatnya sangat senang.
"Ntar juga kalau lo udah kerja di rumah bordil, lo gak akan pernah ngerasain jomblo bro. Ya meskipun aslinya lo jomblo, tapi ntar banyak cewek yang bisa lo pilih manapun buat lo aja ngedet," beritahu Fathan.
Kai terdiam membayangkan bagaimana nanti jika ia bekerja di rumah bordir. "Emangnya gue kerja apaan Di rumah bordil? Bukannya kerjaan di rumah bordil itu cuman buat cewek?"
"Kebetulan karena ini permintaan banyak orang buat ngehadirin cowok juga jadi makanya kita nyediain buat cowok juga. Tapi kayaknya kamu cowok pertama yang bakalan kerja di rumah bordir kita," ujar Livia menjelaskan.
Kaifan mangut-mangut mengerti, meskipun ia tidak tahu nanti pekerjaan apa yang harus dia kerjakan di sana, tapi Kai berpikir yang penting ia bekerja dulu daripada Kai menjadi pengangguran dan pastinya akan membuat Kai bisa cepat mendapatkan uang agar bisa membayar kontrakan untuk bulan sekarang.
"Ya udah kapan gue mulai bekerja?"
"Kalau bisa nanti malam," ucap Livia.
"Tapi masa, Yang. Dia pakai baju kayak gini kerja," cicit Fathan sembari menggaruk kepalanya melihat pakaian Kai.
"Kamu pinjemin baju buat dia, Dong. Gimana mau ada pelanggan Kalau dianya pakaiannya kayak gini?"
"Iya, aku bisa pinjam bajunya. Tapi, setelah ini, kita akan ada babak kedua, kan? Tidak apa-apa selama Kai menonton," kata Fathan dengan tatapan menggoda pada Livia, yang dibalasnya dengan senyuman kepada Fathan juga dengan tidak kalah menggoda.
Sedangkan Kai hanya bisa menelan ludah melihat tingkah dua orang di depannya.
