Berkelahi Dengan Preman Pasar
“Hmm … kalau begitu, aku permisi dulu ya. Masih ada kue yang harus aku jual.”
Dengan terburu-buru, Kai hendak langsung mengambil langkah seribu dari kost Fathan.
"Semoga habis, ya," ujar Livia.
"Iya. Terimakasih, ya."
Livia menganggukan kepalanya dan tersenyum. Kai berdiri dan mengambil keranjang kue itu dan mulai melangkah berniat keluar. Namun, tiba-tiba dihentikan oleh Fathan.
"Tunggu dulu!"
Kai menghela nafas kesal dan berbalik. "Apa lagi?" tanya Kai.
"Ngomong-ngomong, kok tumben Ibu lo nyuruh lo ngasih gue kue?"
"Em ... em itu," kata Kai tergagap.
Ingin memberi tahu, tapi ada Livia. Kai malu jika ketahuan berbohong.
"Itu apa?"
"Gue harus buru-buru," ucap Kai dengan cepat sambil berlari keluar.
"Ha-ha-ha. Gue yakin lo boong, 'kan sama Ibu lo? Ha-ha-ha."
Fathan melihat Kai berlari menuruni tangga lalu ia kembali masuk. Fathan duduk di samping Livia dan trsenyum padanya sambil mengangkat alis.
"Lanjut lagi?" ucap Fathan sembari menggoyang-goyangkan alisnya. Tangannya terutur mendorong pundak Livia dengn perlahan hingga Livia terbaring kembali dan Fathan menindihnya.
***
Sampai di pasar Kai tidak langsung mengangkat barang. Ia justru malah berjualan di dekat teman-temannya.
"Itu sekarang banyak yang belanja, lo malah jualan kue bukannya ngangkat barang. Gimana sih, Kai?" ujar Abang-abang teman Kai mengangkut barang di pasar.
"Nanti dulu lah, Bang. Gue mau jualan dulu. Nanti kalau udah abis baru ngangkut."
Kai nongkrong di tempat biasa di bangku kayu dekat warung. Kebetulan tempatnya sangat nyaman unuk jualan. Selain dekat bawah pohon, tempat itu juga depan pasar. Jadi ketika ibu-ibu keluar dari pasar dan meminta barangnya di angkat bisa langsung di angkat ke kendarannya. Dan bapa-bapa yang menunggu ibu-ibunya belanja pun banyak yang membeli kue Kai sebari membeli kopi di warung.
"Lo mau-maunya jualan kue, Kai?"
"Demi dapet duit apapun gue lakuin, Bang," jawab Kai.
"Yaudah kalau gitu gue balik kerja dulu."
"Okay, Bang semangat."
"Sip."
Setelah kepergian Bang Jamrot, teman Kai itu. Kai kembali berjualan. Karena Kai penjual baru jadi Kai berkeliling sebentar menawarkan pada ibu-ibu bahkan anak muda yang ikut ke pasar.
Setelah jual kuenya terjual sisa sedikit lagi kayak kembali duduk di kursi sebelumnya ia duduk. Kai menghitung uang yang ia dapat, tapi tiba-tiba entah datang dari mana seseorang merebut uang Kai.
Kai sampai dibuat kesal olehnya. "Lumayan juga duit yang Lo dapet jualan hari ini," ucap seseorang preman dengan pakaian yang berantakan dan tato hello Kitty yang tidak rapi menghiasi tangan besarnya.
"Bang, jangan diambil dong, Bang. Itu, 'kan hasil jualan saya."
"Gue tahu ini hasil jualan lo, tapi lu jualan di wilayah gue. Jadi lo harus bayar!"
"Lah, ini pasar untuk umum. Kenapa gue harus bayar sama lo?" kesal Kai melupakan kesopanannya.
Kai berusaha mengambil uangnya dari tangan preman itu, tapi preman itu langsung menghindarkan uang Kai dari tangan Kai yang tidak hentinya berusaha mengambil uang hasil jualan itu.
"Tapi ini wilayah gue, dan lo tetap harus bayar sama gue. Itu masih kuenya, 'kan? Jadi lo jualin itu aja."
Dengan seenaknya preman itu menendang kue ke yang ada di bangku samping Kai duduk. Kai hanya bisa melihat dengan tatapan marah dengan tangan yang mengepal kuat.
Preman-preman itu tertawa melihat Kai, lantas mereka berbalik dan berniat untuk pergi. Namun, Kai yang terlanjur kesal dengan perbuatan preman-preman itu langsung saja dengan berani ia menendang preman itu dari belakang.
"Njir." Bos preman itu langsung tengkurap karena jatuh oleh tendangan Kai yang cukup keras.
Sementara kedua teman preman itu yang sepertinya anak buah preman yang jatuh berbalik dan menetapkan Kai.
"Berani-beraninya loh," ucapnya dengan tatapan tajam menusuk ke mata Kai.
"Lo pikir gue takut? Anjing lu pada!"
Bos preman itu berdiri kembali dan menetap Kai dengan sorot mata tajam. "Kenapa kalian diam aja? Hajar bangsat!" bentaknya.
Akhirnya perkelahian pun terjadi, kedua anak buah preman itu langsung menghajar Kai. Kai yang memang sedang emosi dengan sigap meladeni mereka.
Baku hantam pun terjadi di pasar itu hingga tidak tahu tenaga dari mana hingga kayu dapat membanting anak buah preman itu ke banggu yang tadi ia duduki.
"Aaaah!" teriaknya.
Kai melihat ke arah preman itu dan anak buahnya satu lagi. "Balikin duit gue atau nasib kalian bakalan sama kayak dia!" ancam Kai.
Tidak peduli menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di pasar itu Kai tetap meminta uangnya yang dirampas oleh preman itu.
"Alah bacot." Kali ini Bos premannya sendiri yang menghajar Kai.
Kepalan tangan Bos preman itu hampir saja mengenai wajah Kai. Namun, Kai yang sudah siap siaga langsung menahan tangan itu dan mencengkram kepalan tangan Bos preman dengan kuat. Lantas memelintirkannya hingga Bos preman itu berbalik membelakangi Kai.
"Sa-sakit," rintihnya kesakitan.
"Balikin duit gue atau tangan lo gue patahin tangan lo!"
"Lo lawan bukannya diam," masih kukuh dengan pendiriannya preman itu menyuruh anak buahnya satu lagi untuk melawan Kai.
"Berani lo nyuruh dia ngelawan gue, tangan lo."
Kai kembali memelintirkan tangan Bos preman itu.
"Aaaaaah!" teriaknya menahan rasa sakit.
"Oke-oke gue balikin duitnya. Sekarang lepasin dulu tangan gua."
Dengan kasar Kai melepaskan tangan preman itu hingga preman itu tersungkur kembali jatuh.
Preman itu mengambil uangnya dari saku dan menyerahkannya ke Kai. Kai langsung merampasnya dengan cepat.
Untuk pertama kalinya Kai melakukan perkelahian seperti ini. Karena pada dasarnya Kai selalu mengalah. Namun, kali ini Kai tidak bisa mengalah karena uang itu adalah uang milik ibunya, jadi Kai tidak ingin uang itu hilang. Apalagi mengingat kerja kerasnya menjajakan dagangan kue itu.
Kai sampai belum makan siang karena tidak punya uang agar uang itu utuh sampai di tangan ibunya.
"Sekarang lo pergi dari sini dan jangan pernah ganggu gue lagi!"
"Oke-oke." Dengan cepat preman itu bangun dan membantu temannya tadi yang dilempar Kai ke bangku hingga membuat temannya itu sulit berjalan mungkin karena patah tulang atau bagaimana, Kai tidak mengerti.
Kai juga sampai meringis saat anak buah preman itu dibantu diangkat oleh Bos preman dan temannya satu lagi.
"Gila, lo berani ngelawan dia," ucap Bang Jamrot yang ikut menyaksikan perkelahian Kai dan preman-preman itu.
"Mereka merampas duit gue, Bang. Gue nggak terima lah duit gue rampas. Enak aja, susah payah gue dapetinnya," ucap Kai sambil menyimpan uangnya ke saku celana dan kembali duduk di bangku.
Kai juga mengambil keranjang kue yang ada di bawah kakinya lalu menyimpan di sampingnya. Kei juga membukanya dan mengecek, takut kuenya rusak.
