Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Belum Siap

Kai keluar dari ruangan bosnya itu dengan lesu. Di tangannya terdapat uang yang tidak hentinya Kai perhatikan.

Apa yang dilakukan Jonathan benar-benar membuatnya sakit hati. Jonathan tidak pernah bisa menghargai dirinya. Bahkan Jonathan hampir setiap malam menampar Kai.

"Kai, Lo gak papa?" Fathan buru-buru menghampiri Kai di saat melihat Kai keluar dari ruangan bosnya.

"Gue ... gue dipecat, Han."

"Astaga. Kok bisa sih lo dipecat?"

"Lo tau sendiri kalau dia nggak suka sama gue, dan tiba-tiba gue minjem duit sama dia."

Fathan melepaskan tangan yang sedari tadi memegang pundak Kai dan memindahkannya ke kepalanya sendiri.

"Lagian lo kenapa sih nggak nurutin aja apa yang gue bilang."

"Lu tau sendiri, 'kan gue gak punya baju. Mana ada cewek yang mau sama Gue. Lagian gue juga masih ragu dan duit yang gue butuhin itu besok, makanya gue maksain buat minjem ke dia, tapi yang gue dapat malah kayak gini." Kai berucap dengan lesu sembari berjalan melewati Fathan.

"Gue minta maaf, ya, Kai. Gue nggak bisa bantu lo. Kalau aja gue punya duit, gue pasti akan bantu lo dari awal. Dan lo nggak harus dipecat."

Fathan menyesal karena tidak bisa membantu sahabatnya itu.

"Nggak papa, santai aja. Gue bakal cari pekerjaan lain nanti."

Kai menepuk-nepuk bahu Fathan, mencoba untuk menenangkan Fathan, seolah mengatakan jika ia tidak apa-apa.

Lalu Kai pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Setelahnya Kai keluar dari klub malam itu. Namun, tidak sengaja Kai menabrak seseorang depan pintu masuk klub.

Kai terlalu terburu-buru dan tidak melihat seseorang yang ada di depannya karena Kai sedang mengambil sesuatu dari saku celananya.

"Aih, Mas kalau jalan hati-hati dong," bentak si wanita yang dipertabrak oleh Kai.

"Maaf-maaf, Mbak. Saya sedang buru-buru," ujar Kai dengan perasaan bersalah.

"Anjir, gila gue ditabrak sama orang buluk banget kayak gini."

Wanita itu melihat Kai yang awalnya menunduk. Wanita itu tiba-tiba berteriak histeris karena penampilan Kai yang mengkhawatirkan membuatnya merasa sangat jijik.

Kai juga tersentak kaget tiba-tiba wanita itu berteriak. Tiba-tiba security datang menghampiri wanita itu dan Kai.

"Ada apa, Mbak?"

"Ini kenapa ada orang gila masuk ke klub semewah ini sih?" Wanita itu langsung membentak security hingga mereka menjadi perhatian banyak orang yang berada di depan klub malam itu.

"Kami minta maaf atas ketidak nyamannya, Mbak. Dia adalah karyawan di klub ini jadi saya tidak bisa melarangnya masuk," security Itu menjelaskan.

Wanita itu menyerengit tidak percaya. Sementara Kai memperhatikan wajah wanita itu dengan seksama. Tangannya tidak henti mengepal kuat. Kai merasa tidak terima ia dipermalukan oleh wanita yang sama sekali tidak ia kenal.

"Kok bisa klub malam ini memiliki karyawan sekumuh ini?"

Wanita itu menatap Kai dari atas sampai bawah. Pakaian dengan hanya mengenakan kaos oblong yang sudah lusuh dipadukan dengan jaket bapak-bapak yang juga tidak kalah lusuh, celana bahan yang sudah tidak layak pakai dan sandal jepit yang mungkin sebentar lagi akan putus, sangat mengkhawatirkan dan wanita itu tidak habis pikir.

"Jijik banget gue lihatnya. Tolong, Pak usir dari sini, bisa-bisa yang ada di sini ketularan virus dia lagi."

"Tidak perlu diusir pun saya akan pergi, Nona," ujar Kai dingin.

"Anjir, dia bisa jawab. Dasar laki-laki kumuh!"

Seandainya saja tidak ada orang di tempat ini, mungkin Kai sudah mencabik-cabik mulut wanita itu agar bicaranya bisa sedikit lebih dijaga atau sekalian bisa langsung diam.

"Udah, Pak. Usir aja, ngapain juga melihara karyawan kumuh kayak gitu?! Nggak cocok buat klub malam se elit ini," ucap seseorang yang sedang bersandar di tembok dan memperhatikan mereka berdua sedari tadi.

Terlihat security itu merasa tidak enak karena Kai adalah salah satu karyawan di klub malam itu, jadi mana mungkin ia mengusirnya.

Kai yang melihat security itu terdiam langsung angkat bicara.

"Kalau begitu saya pamit dulu, ya, Pak," ujar Kai pada security itu dan menatap tajam kepada wanita yang baru saja ia tabrak.

"Jaga bicara Anda kalau Anda menyayangi nyawa Anda, Nona," tekan Kai sebelum ia meninggalkan tempat itu.

Wanita itu tersenyum sinis mendengar Kai mengancamnya. "Hei, memangnya siapa kau berani mengancamku. Dasar bajingan, gak tau diri."

Kai tidak menghiraukan lagi cacian wanita itu. Kai langsung pergi meninggalkan klub malam yang membuat hatinya semakin sakit saja.

Niat hati bekerja untuk mencari uang, tapi yang didapat hanyalah penghinaan. "Nasib-nasib jadi orang susah."

Saat Kai melewati taman, Kai melihat beberapa orang sedang sedang menunggu pelanggan. Jalan yang di lewati Kai kali ini memang jalan tempat kupu-kupu malam menunggu para hidung belakang atau Tante girang mencari hiburan.

Ini untuk pertama kalinya Kai pulang sendiri karena biasanya ia akan pulang berboncengan bersama Fathan. Namun, tidak di sangka ada seorang wanita paruh baya cantik tiba-tiba mencegat jalan Kai.

Wanita itu mempehatikan wajah Kai. Meski penampilan Kai sangat berantakan, wanita itu bisa melihat garis-garis ketampanan di wajah Kai, apalagi wanita itu menyadari bahwa tubuh Kai macho karena dia sering mengangkat beban berat saat menjadi portir di pasar.

"Halo, kamu pasti gigolo disini, 'kan?" tanya wanita itu dengan Ara berbisik.

Jleb

Kai meneguk saliva dengan susah payah. Kai hanya lewat sini, kenapa tiba-tiba di kira gigolo?

Lalu, perempuan ini benar-benar mengguncang hasrat Kai. Dress ketatnya yang berwarna merah menyala melekat ketat pada bagian atas dan bawah Wanita itu, menonjolkan gumpalan besar yang membuat milik Kai mulai bereaksi.

"Kamu mau temani, Tante malam ini? Nanti Tante sih uang lebih?" tawarnya dengan genit.

Kai meneguk kembali Saliva. Mencoba menetralkan perasaan gelisah yang tiba-tiba menyerang dirinya. Bahkan angin ingin malam itu tidak mampu membuat telapak tangan si untuk tidak mengeluarkan keringat.

"Ayo," ajak wanita paruh baya itu menarik tangan Kai.

Kai membeku, ia bingung harus melakukan apa. Di satu sisi, ini adalah jenis pekerjaan ini ditawarkan oleh Fathan dan dia bisa mendapatkan pengalaman pertama dari Wanita seksi paruh baya itu, tetapi karena Kai belum pernah melakukannya dan dia masih canggung.

"Ayo," ajaknya lagi karena Kai hanya terdiam.

Kai mengikutinya. ‘Bukankah ini kesempatan,’ batin Kai. ‘Tapi-”

Kai merasa bingung sendiri dengan keadaan ini. Namun, ia tetap mengikuti wanita paruh baya itu. Wanita paruh baya itu membukakan pintu mobil untuk Kai dan menyuruh Kai masuk. Tangan Kai sampai gemetar dan berulang kali celana bahan kumuhnya menjadi sasaran Kai mengelap keringat di telapak tangannya.

“Bayaran mu berapa?” tanya wanita itu setelah duduk di samping Kai.

Lagi-lagi pria itu hanya terdiam karena situasi canggung yang menyelimutinya.

“500 rb cukup? Ah, aku akan memberikan uang lebih jika kau berhasil memuaskanku,” lanjutnya membuat mata Kai membulat seketika.

‘Bahkan itu lebih dari cukup, aku bisa membuat membantu ibu mengobati Raihan jika setiap hari dibayar segitu. Ta …tapi … a-aku belum siap,’ batin Kai masih sangat ragu dengan apa yang ia lakukan.

Kai semakin membulatkan matanya ketika tangan wanita itu menggelarayangi lutut dan naik semakin ke atas. Darah Kai rasanya berdesir begitu cepat. Sentuhan itu semakin dekat dengan ‘senjata’ Kai hingga membuat lelaki itu semakin gelisah.

“A-apa, Tante benar-benar akan membayarku?” tanya Kai.

Pertanyaan Kai seakan lewat begitu saja. Lalu, tanpa aba-aba ia langsung melumat bibir Kai. Kai yang tidak berpengalaman itu pun langsung membulatkan matanya terkejut.

Tangan wanita itu dengan nakalnya membuka celana Kai dan milik Kai yang sudah menegang tak karuan.

“Wow, ukurannya melebihi ekspetasiku,” ujarnya sembari menaik turunkan genggaman tangannya di ‘senjata’ Kai setelah melepaskan lumatan di bibir Kai yang terasa kaku.

Belum sempat Kai menyadarkan diri setelah dilumat bibirnya oleh wanita tersebut, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang lembut dan basah.

Matanya terbelalak ketika melihat Wanita paruh baya itu tengah melumat miliknya, membuat Kai membeku. Ia seperti tak mampu bergerak dan dipaksa menikmati setiap gerakan lidah Wanita tersebut.

Setelah puas mempermainkan milik Kai, Wanita itu segera melepas dressnya dan terpampang gumpalan kencang miliknya yang besar, menutupi pandangan Kai. Apalagi, bagian belakang mobil yang sempit membuat jarak keduanya sangat sempit sehingga tubuh Kai dan Wanita tersebut saling terhimpit.

Lalu, dengan lembut, Wanita tersebut mengarahkan senjata Kai ke liang miliknya seraya tersenyum. Wajahnya sudah tak mampu membendung gairah yang sudah kadung di puncak.

“Puaskan aku, dan aku akan bayar kamu lebih dari tawaran pertama!”

Kai hanya bisa menelan ludah kembali…

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel