Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Cinta Lama Yang Terkuak

Seorang pria berbadan tegap sedang berdiri di depan lapangan mengamati para anggotanya sedang latihan menembak. Pria itu memberi hormat Kala seorang atasannya datang menghampiri.

"Aizan, ikut saya" titah sang atasan berpangkat Marsekal Madya. "Siap komandan"

Aizan mengikuti sang atasan keluar dari lapangan tembak. Mereka menuju sebuah cafe. Aizan melihat seorang gadis berhijab sedang menunggu di meja dengan teh lemon.

Cantik. Batin Aizan

"Papa lama banget deh. Jadi kan temani Aila?" Aizan mengamati wajah cantik gadis di depannya itu dan tersenyum tipis. 

"Maaf nak. Papa harus rapat dua Matra, kamu sama Lettu Aizan ya"

Aila memandang Aizan yang berdiri di belakang Hasan. Aila tersenyum ramah. "Aizan Alfarezel" Aizan memperkenalkan dirinya. "Aila Nuha Zahira"

"Kamu ajak makan dulu ya Aizan. Papa harus kembali" Aila mengerutkan bibirnya. Aizan gemas sendiri pengen cubit.

Aila dan Aizan mengobrol dan bercanda ria untuk mengusir kebosanan kala menunggu Hasan. Bagi Aila, sosok Aizan sangat hangat bagi Aila. Tidak mudah bagi Aila untuk bercanda dengan lelaki lain selain saudaranya sendiri.

Sejak saat itu, mereka sering bertemu dan ngobrol bersama. Aila nyaman dengan pertemanan dengan Aizan. Aizan sudah seperti kakak dan sahabat bagi Aila. Aizan jatuh hati pada Aila, Aila sendiri juga ada hati dengan Aizan. Tapi Aila sadar, bahwa Aizan hanyalah selingan sebelum dia menikah dengan Azlan.

Aizan sudah menyiapkan apa yang akan dia bawa nanti ke rumah Hasan untuk bertemu Aila. Aizan membawa mawar merah dan juga boneka Teddy bear. Aizan melihat Aila sedang duduk di teras depan rumah Hasan sendiri.

"Aila" sapanya seperti biasa. Aila tersenyum dan menyuruh Aizan Untuk duduk. "Ada yang ingin aku sampaikan ke kamu" Aila mengangguk dan menunggu Aizan bicara.

"Aila. Aku jatuh cinta sama kamu. Kamu mau kan jadi pacarku?" Ada binar kebahagiaan dan keberanian di mata Aizan dan Aila bisa melihat itu. Tapi Aila sadar, mereka bukan di takdir kan untuk bersama.

"Kak Aizan, maaf tapi... Tapi aku sudah dijodohkan dengan papa" Aizan tersenyum hangat, meskipun ada kekecewaan di matanya. Dia masih bisa tersenyum.

"Saya bersedia menerima kamu kembali jika kamu membatalkan perjodohan kamu dengan Letnan itu" Aila hanya mengangguk. "Aku pamit ya Aila"

Setelah sekian lamanya tidak bertemu, Aizan dan ke pernikahan Aila. Aizan menyalami Aila dengan mata yang berkaca-kaca. 

"Selamat Aila. Semoga kamu bahagia"

Setelah itu Aizan pergi. Dia kembali ke Jambi. Menyibukkan diri. Sampai saat dia tugas ke Jakarta, dia bertemu dengan Aulia cinta pertamanya. Belajar dari pengalaman dengan Aila. Aizan segera melamar Aulia.

Aizan dipindah tugaskan ke Surabaya setelah mereka berdua menikah. Disaat Aulia hamil lima bulan, mereka sedang jalan-jalan ke mall untuk membeli kebutuhan bayi mereka nantinya. Disana Aizan bertemu dengan Aila. Aila yang pernah menolaknya.

"Siapa mas?" Tanya Aulia, melihat gadis cantik di depannya itu, Aulia pasti tahu, dia adalah salah satu masa lalu suaminya. "Dia... dia--"

"Haiy kakak cantik. Saya Aila teman kak Aizan. Kami berteman saat di Jambi" Aila memperkenalkan diri Sendiri dengan ramah. "Haiy, kamu juga cantik kok. Saya Aulia istrinya mas Aizan"

"Ngobrol yuk disana" ajak Aulia. Aila mengangguk senang bisa mempunyai teman ngobrol, meninggalkan Aizan berdiri sendirian disana.

Mantan gebetan jadi akrab dengan istri sendiri. Batin Aizan.

"Dia siapanya mas sih? Gak mungkin kan kalau cuma teman biasa?" Tanya Aulia setelah mereka sampai di rumah.

"Kenapa, hm?" Tanya Aizan niatnya menggoda Aulia. "Coba aku tebak ya. Hmm pasti pacar mas?" Aizan menggeleng.

"Salah. Yang benar, dulu waktu aku nembak dia, dia nolak aku karena udah dijodohkan sama Letnan AD" Aulia hanya tertawa. "Pantesan. Dia cantik gitu, gak mungkin kan kalau mas gak punya rasa sama dia"

"Kamu cemburu?" Aulia menggeleng. "Enggaklah mas. Dia perempuan yang baik dan asyik diajak berteman"

???

Aizan menaruh kembali foto dirinya bersama Aila dan Hasan. Aulia tersenyum ramah dan memeluk suaminya dari Samping.

"Jadi gitu ceritanya nak. Aila Nuha Zahira, perempuan masa lalu Ayah dan teman baik ayah. Ayah Nggak tahu sekarang dia dimana" Arsa mengangguk.

"Yah, Bu, hmm Arsa jatuh cinta sama seorang dokter" mereka berdua duduk di depan Arsa ingin tahu. "Cuma ketemu satu kali waktu itu, kemarin ketemu tapi Arsa gak nyapa dia".

"Bego kamu Sa. Mana tahu kalau kamu suka dia. Bego nih anak ibu" Arsa melongo saat ibunya sendiri membego-begokan dirinya. Sedangkan ayahnya hanya tertawa.

"Jangan sampai keduluan seperti ayah kamu" kata Aulia, Aizan mencebik.

"Jadi nak, siapa nama calon menantu ibu, hm?" Arsa tersenyum ketika ibunya menyebutkan calon mantu. "Namanya Azalea Zahira Alfarizqi"

"Zahira? Namanya sama seperti nama Aila. Apa dia anaknya ya?" Aulia menggedikkan bahunya. "Kalau iya, ibu gak masalah besanan sama Aila, seneng malah" kata Aulia.

???

Azalea sedang sibuk mengemasi barang-barangnya kedalam koper. Azlan duduk di sampingnya dan membantu Azaleanya memasukkan kebutuhan anak semata wayangnya itu.

"Kenapa harus di Surabaya sih nak, jauh banget" gerutu Azlan. "Fotonya bunda dong yah" Azlan memberikan foto Aila. Azalea mencium foto Aila. 

"Bunda, ayah nih masih gak rela Lea tinggal intership. Lea kan ngejar mimpi Lea Bun, tolong bilangin ayah ya Bun" Azaleanya bermonolog sendiri.

"Iya deh. Hati-hati ya kamu disana dek, kalau ayah libur, ayah kesana" Azalea mengangguk dan memeluk Azlan.

"Tidur gih, besok ayah yang antar kamu kesana. Ayah juga yang akan Carikan tempat menginap" Azalea mengangguk.

Seperti janji Azlan, dia mengantarkan Azaleanya sampai ke Surabaya. Akhtar kemarin telepon agar Azaleanya menginap di kosan milik Aila. Azalea senang, dia bisa mengenang sang bunda.

???

Arkana atau yang akrab disapa Kana, sedang duduk di depan televisi dengan wajah yang di tekuk masam. Bocah berumur 10 tahun itu, benar-benar sedang merajuk. Dia sudah menunggu seorang gadis berusia 8 tahun, yang telah berjanji akan mengajaknya jalan-jalan pagi ini di taman bermain, diujung gang sana. Tapi sampai waktu menunjukkan angka 10 pagi, gadis itu tidak terlihat batang hidungnya.

Kalandra duduk disampingnya dengan membawa setoples biskuit coklat dengan pita biru menghiasi tengahnya. Dia mengangkat toples itu setara dengan wajah cemberut Arkana. Menggoyangkannya pelan, yang mengakibatkan biskuit coklat itu ikut bergoyang didalam.

"Biskuit coklatnya enak, mau nggak?" Arkana hanya menggelengkan kepalanya, dia bersidekap dada, dan memandang televisi yang tengah menampilkan kartun Doraemon.

Kalandra membuka tutup toplesnya, dan memakan satu biskuit coklat yang rasanya sedap. Dia memang suka biskuit buatan Tante Mila. Melirik kearah Arkana yang tetap awet dengan wajah cemberutnya itu.

"Ini biskuit spesial buatan dari Rembulan, dia bilang tolong sampaikan maaf ke Bang Kana." Arkana menoleh kearah Kalandra yang tetap memakannya tanpa dosa.

"Rembulan kemana?" Kalandra menggedikkan bahunya tanda tidak tahu.

"Cuma nitip ini aja--. Hei!" Arkana mengambil paksa toples di pangkuan Kalandra, dan membawanya lari masuk ke kamarnya. Dia tidak ingin berbagi biskuit coklat ini pada siapapun termasuk Kalandra yang terus saja menggedor pintu kamar Arkana.

Dia terus mengamati jendela kamarnya yang berhadapan langsung dengan jendela kamar Rembulan. Sampai malam tiba, Rembulan tidak nampak, bahkan lampu dirumahnya pun masih gelap gulita. Tidak ada penerangan sama sekali dari dalam sana. Satu pertanyaan yang bercokol dalam diri Arkana, kemana Rembulan?. Dia sudah melupakan janjinya untuk bertemu dengan Arkana, bahkan dia tidak berpamitan secara langsung dengannya. Orangtuanya pun juga tidak mengabari apapun padanya kemana Rembulan pergi. Sampai berhari-hari pun, rumah itu tetap kosong. Dan sampai keluarga Arkana pindah rumah beberapa hari setelahnya, Rembulan tidak pernah nampak. Dia menghilang.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel