Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#Chapter 4

‎Kedua tangan Rayhan melepas kaos yang yang di kenakan Ustadza Dewi, lalu di susul dengan melepas branya. “Sama Ustadza, aku juga kangen Ustadza, kangen tetek dan memek Ustadza.” Goda Rayhan, sembari melahap payudara Ustadza Dewi.

‎“Oughkk Ray! Lepaskan kerinduan mu sayang.” Desah Ustadza Dewi sembari mendekap kepala Rayhan.

‎Kemudian Rayhan mendudukkan Ustadza Dewi diatas sofa, sembari mencumbu kedua pasang payudara kembar milik Ustadza Dewi, setelah puas mengulum payudara Ustadza Dewi, Rayhan kembali memanggut bibir Ustadza Dewi, sementara tangannya merogoh ke dalam celana training yang di kenakan Ustadza Dewi.

‎“Ray… Ehmmpsss…” Desah Ustadza Dewi.

‎Kedua jari Rayhan menggosok-gosok klitoris Ustadza Dewi, membuat memek Ustadza Dewi semakin basah.

‎Rayhan melepas pagutannya dan berlutut di hadapan Ustadza Dewi. Kedua tangan Rayhan menarik celana training sekaligus celana dalam yang di kenakan Ustadza Dewi dengan perlahan. Reflek Ustadza Dewi mengangkang kan kakinya di hadapan Rayhan sembari membuka cela bibir memeknya.

‎Sruuupss… Sruuupss… Sruuupss… Sruuupss… Sruuupss… Sruuupss… Sruuupss….

‎Rayhan membenamkan wajahnya di selangkangan Ustadza Dewi, menjilati memek Ustadza Dewi. Tubuh sang Ustadza menegang sembari mendekap kepala Rayhan.

‎Lidah Rayhan menusuk masuk ke dalam lobang memek Ustadza Dewi, mengocok lobang memek Ustadza Dewi dengan lidahnya. Sementara jari telunjuk Rayhan mencolok lobang anus Ustadza Dewi dengan mudah.

‎“Oughkk… Ray! Aaaahkk… Ustadza dapat… Aaaahkk…” Desahnya panjang, sembari menyambut orgasme pertamanya dari Rayhan.

‎Setelah menyapu bersih lendir memek Ustadza Dewi, Rayhan menanggalkan celananya. Kemudian ia menindih Ustadza Dewi yang tengah duduk bersandar di sofa rumahnya. Dengan perlahan kontol Rayhan menembus lobang memek Ustadza Dewi yang terasa licin karena lendir cintanya.

‎Dengan intonasi perlahan, Rayhan menggerakkan pinggulnya maju mundur menyodok memek Ustadza Dewi yang tengah meremas-remas payudaranya sendiri.

‎“Terus Ray! Aaaahkk… Enak.” Erang Ustadza Dewi.

‎Ploookkk… Ploookkk… Ploookkk… Ploookkk… Ploookkk… Ploookkk… Ploookkk… Ploookkk…

‎Kedua telapak tangan Rayhan mengangkat kedua lutut Ustadza Dewi hingga makin terkangkang. “Memek Ustadza nikmat sekali! Aahkk… Rasanya legit Ustadza.” Desah Rayhan, yang semakin mempercepat tempo permainannya.

‎“Enak banget Ray! Ouhk… Kontol kamu masuk semua, memek Ustadza jadi penuh.” Racau Ustadza Dewi.

‎Rayhan membelai wajah Ustadza Dewi, menyentuh bibir merahnya dan memasukan jarinya ke dalam mulut Ustadza Dewi yang di sambut dengan hisapan oleh Ustadza Dewi.

‎Tubuh Ustadza Dewi kembali melejang-lejang ketika ia kembali orgasme. Rayhan mencabut kontolnya, kemudian ia mengarahkan kontolnya diatas payudaranya yang membusung besar. Rayhan mengocok kontolnya, dan beberapa detik kemudian wajah Rayhan mengeras dengan nafas memburu.

‎“Oughkk…”

‎Croooottss… Croooottss… Croooottss… Croooottss… Croooottss… Croooottss…

‎Rayhan menumpahkan spermanya diatas payudara Ustadza Dewi. Setelah tidak ada lagi sperma yang keluar, Ustadza Dewi melahap kontol Rayhan hingga bersih

‎“Terimakasih Ustadza!” Bisik Rayhan sembari mengecup kening Ustadza Dewi.

‎Ustadza Dewi tersenyum tipis. “Sama-sama sayang.” Jawab Ustadza Dewi, sembari membelai perut kotak-kotak milik Rayhan yang terasa keras.

‎Masih tanpa mengenakan celana Rayhan duduk di samping Ustadza Dewi. Reflek Ustadza Dewi memeluk pinggang Rayhan sembari membenamkan wajahnya di dada bidang Rayhan sembari menikmati aroma keringat Rayhan yang memabukkan Indra penciumannya.

‎Tangan Rayhan membelai kepala Ustadz Dewi sembari sesekali mengecup kening Ustadza Dewi.

‎“Gimana kabar kamu Nak? Maaf Ustadza baru tanya sekarang?” Ujar Ustadza Dewi. Rayhan meraih dagu Ustadza Dewi sembari mengecup lembut bibir Ustadza Dewi.

‎Ustadza Dewi memejamkan matanya, membiarkan muridnya menikmati bibir merahnya.

‎“Kabar saya sangat baik, apa lagi kalau sudah ketemu Ustadza!” Goda Rayhan, tangannya membelai payudara Ustadza Dewi, memelintir putingnya.

‎“Ughkk… Kamu bikin Ustadza gatal sayang.”

‎Rayhan mengecup pipi Ustadza Dewi. “Apa yang gatal Ustadzah?” Wajah Ustadza Dewi bersemu merah mendengar pertanyaan Rayhan.

‎“Memek!”

‎“Apa? Saya gak dengar.” Tangannya turun kebawah membelai rambut kemaluan Ustadza Dewi. Jari telunjuknya membelai klitoris Ustadza Dewi.

‎Tangan Ustadza Dewi membelai kontol Rayhan. “Kamu bikin Ustadza gemas sayang.” Jemari lembut Ustadza Dewi membelai kepala kontol Rayhan. “Memek Ustadza gatal banget, pengen di garuk-garuk sama kontol kamu.” Desah Ustadza Dewi di dekat telinga Rayhan.

‎“Tapi sayakan murid Ustadza?”

‎“Bagaimana caranya agar status kita bisa berubah sayang?” Tanya Ustadza Dewi, ia sudah kembali bergairah dan ingin cepat merasakan kontol Rayhan di dalam memeknya.

‎“Ada satu cara Ustadza?”

‎“Apa?”

‎Rayhan tidak langsung menjawab, dia membelai bibir memek Ustadza Dewi, lalu memasukan kedua jarinya ke dalam memek Ustadza Dewi. “Ustadza jadi budak saya! Dengan begitu kita bisa bebas ngentot kapanpun Ustadza mau.” Bisik Rayhan, membuat punggung Ustadza Dewi merinding.

‎“A-akuu mau sayang.” Jawab Ustadza Dewi terbata-bata.

‎Rayhan tersenyum kemudian ia merogoh saku celananya sembari mengambil uang kertas dua ribuan. “Ini mahar untuk Ustadza.” Ujar Rayhan menyerahkan uang dua ribu kepada Ustadza Dewi.

‎“Terimakasih sayang.”

‎“Sebagai bentuk kepatuhan Ustadza kepada saya, Ustadza harus bersedia saya tato.” Rayhan mengeluarkan alat tato di dalam tasnya.

‎Ustadza Dewi terlihat sangat terkejut dengan keinginan Rayhan yang ingin mentato tubuhnya. Sedikitpun tidak terbesit di benak Ustadza Dewi untuk mentato sebagian tubuhnya. Selain karena ia tidak suka tato, Ustadza Dewi juga merasa tato tidak mencerminkan dirinya sebagai Ustadza.

‎Tapi yang meminta kali ini adalah Rayhan, murid sekaligus Tuannya yang harus ia patuhi.

‎“Kita ke kamar Ustadza sekarang.” Ajak Rayhan.

‎Walaupun ia ragu tapi Ustadza Dewi menurut saja ketika di ajak ke kamarnya. Ia seakan terhipnotis oleh karisma yang di miliki Rayhan. “Ray….” Lirih Ustadza Dewi.

‎“Panggil saya Tuan.”

‎Ustadza Dewi tampak terkejut ketika mendengar ucapan Rayhan. Walaupun Rayhan mengatakannya dengan pelan, tapi ia merasa kalau ucapan Rayhan sungguh-sungguh. Sikap Rayhan yang lembut tapi tegas membuat Ustadza Dewi semakin menaruh respek terhadap Rayhan.

‎“Iya Tuan Ray!” Ujar Ustadza Dewi patuh.

‎Rayhan tersenyum lalu menyuruhnya untuk berbaring diatas tempat tidur dengan posisi telungkup. Kemudian Rayhan mencolokkan mesin tato miliknya. Setelah mesin tato di isi tinta berwarna hitam, Rayhan mulai menggambar sebuah kupu-kupu di atas pinggul Ustadza Dewi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel