Pustaka
Bahasa Indonesia

Kontroversi Pondok Part 2

60.0K · Tamat
lah'adul
52
Bab
7.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

“Hhmm… gini-gini kemarin gue gak sengaja menemukan spot yang bagus buat ngintipin Ustadza Risty mandi.” Ujar Doni berbisik. Wajah ketiga sahabatnya mendadak tegang mendengar penuturan Doni. “Serius?” Tanya Nico bersemangat. Hallo... Sebelum membaca cerita yang PART 2 ini ada baiknya untuk membaca yang pertama dulu biar tau alur ceritanya dengan judul KONTROVERSI PONDOK!!!.

RomansaFantasiMetropolitanIstriDewasaKampusMemanjakanSweetWanita CantikBaik Hati

#Chapter 1

‎Rayhan, Nico, Azril dan Doni kini tengah berkumpul di kantin pesantren setelah hampir dua Minggu Rayhan tidak sekolah. Mereka mengulang kembali cerita keberhasilan mereka meringkus kolor ijo yang hampir merenggut nyawa Rayhan. Kalau di pikir-pikir Rayhan merasa sangat bersyukur karena masih di biarkan hidup.

‎Untuk merayakan kembalinya Rayhan, Azril mentraktir teman-temannya di kantin. Tentu saja tawaran Azril di sambut gembira oleh ketiga temannya.

‎Rayhan merasa sangat bersyukur karena memiliki ketiga sahabat yang begitu baik kepadanya. Yang selalu ada dan siap membantunya ketika dalam masalah. Bahkan Rayhan masih ingat ketika Doni dan Nico berteriak histeris melihat Rayhan yang dalam keadaan sekarat.

‎“Gue punya rencana?” Usul Doni.

‎Nico yang tengah menguyah pentol bakso langsung menyahut. “Rhenchana hapha?” Tanya Nico tak jelas, alhasil potongan bakso itu mengenai sahabatnya yang duduk di depannya.

‎Bletaaak…

‎“Bangke habisin dulu tuh bakso di mulut baru ngomong.” Protes Doni setelah menjitak kepala Nico sahabatnya.

‎“Sorry mas bro, hehehe…” Cengir Nico.

‎“Lo punya rencana apa?” Azril mengulang pertanyaan Nico.

‎Doni tersenyum sumringah sembari menatap ketiga wajah sahabatnya yang tampak serius menunggunya. “Kalian lagi nunggu ya?” Candanya, wajah ketiga sahabatnya yang tadi terlihat serius, berubah meringis. Doni tertawa terbahak-bahak puas mengerjai ketiga sahabatnya.

‎“Bangke.” Umpat Rayhan yang sedari tadi hanya diam.

‎“Anjing lah.” Sahut Nico.

‎Doni semakin tertawa puas sembari memegangi perutnya yang terasa keram. “Oke… Oke… Oke… Gue serius.” Doni menarik nafas perlahan, merendahkan tawanya. “Gini, gue punya rencana untuk menyambut kembali sohib kita. Sebuah rencana yang sangat menyenangkan sekaligus menegangkan, dan gue yakin kalian pasti suka.” Ujar Doni antusias.

‎“Langsung aja.” Potong Azril tanpa melihat kearah Doni.

‎“Hhmm… gini-gini kemarin gue gak sengaja menemukan spot yang bagus buat ngintipin Ustadza Risty mandi.” Ujar Doni berbisik. Wajah ketiga sahabatnya mendadak tegang mendengar penuturan Doni.

‎“Serius?” Tanya Nico bersemangat.

‎Doni menganggukkan kepalanya, lalu mengalihkan pandangannya kearah kedua sahabatnya yang sepertinya sama sekali tidak tertarik dengan ide gila Doni. Ustadza Risty memang salah satu Ustadza favorit di pesantren, tapi untuk mengintip Ustadza mandi, tentu itu ide yang gila.

‎Kalau sampai mereka ketahuan, maka tamatlah sudah nasib mereka di pesantren.

‎Azril memang dari dulu tidak begitu tertarik dengan kegiatan yang bisa melunturkan hafalannya. Sementara Rayhan, ia takut kalau sampai ketahuan dan membuat Kakaknya mengamuk. Bisa-bisa ia akan di coret sebagai Adik Kakaknya.

‎“Kalian kenapa?” Tanya Doni heran.

‎Nico mendesah pelan. “Cemen!” Ejek Nico.

‎“Kalian udah pada sinting ya? Gue gak mau ikut-ikutan ide gila kalian.” Ujar Rayhan sembari menggelengkan kepalanya. Sementara Azril memilih diam karena sudah merasa di wakilkan oleh Rayhan.

‎“Semenjak kapan Lo jadi penakut kayak gini?”

‎“Lawan mahluk aneh aja berani, masak ngintip doang takut.” Ejek Nico, sembari menyeruput es jeruknya yang tersisa seperempat. Harga diri Rayhan berontak mendengar komentar Nico yang menyentil harga dirinya.

‎“Yang takut siapa?” Tantang Rayhan.

‎Doni dan Nico saling pandang. “Oke, kalau begitu besok pagi kita kumpul jam enam pagi di belakang rumah Ustadza Risty.” Tantang Doni, membuat Rayhan dengan terpaksa menyanggupinya dengan menganggukkan kepalanya.

‎“Deal!” Seloroh Nico semangat. Azril mendesah pelan.

‎Dan pada saat bersamaan segerombolan anak pesantren memasuki kantin. Mata salah satu dari mereka menatap tajam kearah Rayhan. Kemudian ia memberi aba-aba kepada temannya yang lain untuk mengikutinya. Dari gerak-gerik nya ia terlihat sangat mencurigakan.

‎Mereka berjalan petantang petenteng kearah Rayhan and gang. Nico melihat gelagat yang tidak baik dari mereka.

‎“Ada Dedy, pura-pura tidak tau.” Bisik Nico.

‎Rayhan mengangkat alisnya, sejak pertama kali tinggal di pesantren ia sudah tidak suka dengan Dedy dan kawan-kawannya yang suka sekali menindas orang lemah. Tapi sejauh ini, Rayhan tidak berfikir untuk mencari masalah dengan Dedy, walaupun ia sangat tidak menyukai Dedy.

‎Seperti yang di katakan Nico, mereka pura-pura tidak melihat kedatangan Dedy yang menghampiri mereka.

‎“Wah… Wah… Wah… Pahlawan kita lagi santai ni.” Ujar Dedy memprovokasi Rayhan. Tetapi pemuda itu tidak menanggapinya. Tidak ada untungnya bagi Rayhan untuk menanggapi provokasi dari Dedy.

‎“Cie… Pahlawan kesiangan.” Celetuk anak buah Dedy.

‎Mereka berlima tertawa terbahak-bahak mengejek Rayhan yang tetap memilih diam. Hanya saja cengkraman di sendoknya semakin erat.

‎Kemudian dia menepuk pundak Rayhan, sembari menatap tajam kearah Rayhan, seakan menantang Rayhan untuk menjawab tantangannya. Tapi pemuda itu tetap berusaha tenang, walaupun kepalan tangannya sudah gatal ingin memukul wajah Dedy.

‎Dedy mengendus kesal sembari membuang muka kearah teman-temannya yang lain. Kemudian ia mengambil gelas Rayhan dan menumpahkan es teh diatas kepala Rayhan. Doni, Nico dan Azril terlihat kaget dengan aksi Dedy.

‎“Cukup bangsat.” Umpat Doni sembari berdiri.

‎Nico ikut berdiri di samping Doni, ia menatap marah kearah Dedy. Walaupun Dedy di kenal sebagai sosok menakutkan, tetapi mereka sama sekali tidak gentar.

‎Dedy membalas tatapan Doni dan Nico, sembari tersenyum meremehkan kearah mereka berdua.

‎Keributan kecil tersebut memancing pusat perhatian para santri yang tengah menikmati jajanan kantin. Sadar kalau kondisi saat ini mulai tidak kondusif Rayhan segera melerai kedua sahabatnya agar tidak terbawa emosi.

‎“Sudah-sudah, kita pergi saja.” Ajak Rayhan.

‎Ia menarik Nico untuk menjauh, sementara Azril menarik Doni yang masih beradu tatapan dengan Dedy dkk.

‎Dedy meludah ke tanah sembari mengacungkan jari tengah kearah mereka berempat. “Pergi jauh-jauh sana, bila perlu keneraka sekalian!” Umpat Dedy.

‎“Hahaha…” Tawa anak buah Dedy.

‎Tapi Rayhan tidak memperdulikan ejekan Dedy walaupun ia sangat marah, ia lebih memilih membawa teman-temannya untuk menjauh. Bagi Rayhan tidak ada gunanya ribut hanya karena masalah sepele.