Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. Hinaan

Jam istirahat ke dua pun di mulai. Aku membawa satu buah novel ku ke arah kursi di dekat lapangan depan. Aku duduk di sana sambil membaca buku yang sudah aku bawa. Tidak ada Mela, aku sedikit kesepian. Untung tadi aku sudah makan nasi goreng pemberian Hero. Jadi sekarang lumayanlah perutku tidak keroncongan.

Banyak siswa siswi yang menatapku dengan tatapan aneh dan jijik. Melihat gadis cupu dan dekil yang tidak punya teman ini duduk sendirian di kursi yang panjang. Tidak ada lagi orang yang mau duduk di sisa kursi sebelahku. Aku tidak papa, aku sudah terbiasa.

" Icaa.." panggil seseorang yang berhasil mengejutkanku. Aku menoleh ke arah orang itu. Dan mataku berhasil membulat sempurna saat Hero tiba tiba saja duduk di sampingku.

"Hero,"

"Lagi baca apa kamu?" Tanyanya sambil mengalungkan earphone di lehernya.

"Baca buku, nih.." jawabku sambil menutup kembali buku novel di tanganku.

"Itu apa judulnya?"

"Ayah," jawabku yang menarik perhatian Hero.

"Waah ini novelnya juga keren banget. Kamu udah baca sampai bab berapa?"

"Baru sampai Bab 12," kataku sambil meringis.

"Ini menceritakan tentang perjungan Ayah buat puteri kecilnya kan?" Tanyanya yang aku angguki.

Ternyata Hero juga suka membaca. Bakhan buku yang belum bisa aku baca sudah ia ketahui lebih dulu.

"Kamu udah baca ini sampai selesai?" Tanyaku penasaran.

Hero menganggukan kepalanya. Kemudian mulai bersuara lagi. "Aku udah baca sampai ending. Pas si Ayah nikahin Puterinya," katanya.

"Aku nggak sabar buat baca sampai akhir," ucapku sambil tersenyum ke arah Hero.

Hero menganggukan kepalanya, kemudian melepas earphone di lehernya.

"Mau dengerin lagu nggak? Aku ada lagu bagus yang bisa bikin rileks di hati,"

Aku menganggukan kepalaku. Kemudian Hero memasangkan earphone nya di atas kepalaku. Oh ya Tuhan, lagi lagi sikapnya sangat manis. Dan aku suka ini. Eh tidak, maksutnya aku menghargai perlakuan orang yang untuk pertama kalinya bersikap baik padaku.

Hero memutar musik itu dengan volume sedang di telingaku. Lagu Beautiful- bazy berputar di kepalaku. Lagu ini sangat bagus, membuatku larut dalam suasana lagunya.

"Heh cupu,"

Namun, aku kembali terganggu dengan kedatangan Bunga, Sindi, dan Cila yang berdiri di hadapanku dan Hero. Tidak hanya aku, Hero pun ikut terkejut dengan kedatangan tiga orang wanita cantik itu.

Aku segera melepas kembali earphone di telingaku kemudian memberikannya kepada Hero.

"Lo ngapain deket deket sama Hero? Pake segala pakai earphone dia lagi? Lo udah mulai berani ya kegatelan?hah!" tanya Bunga sambil memincingkan lengan bajunya.

"Telinga lo nggak gatel pakai barang mahal? Dasar bocah miskin nggak tau diri. Lo nggak tau malu ya emang!" Tambah Sindi yang membuat telingaku semakin memanas.

"Lo harusnya sadar diri. Lo nggak pantes deket deket sama cowok kayak Hero. Ngaca sana lo. Ngaca! Muka lo dekil kayak gitu jangan pernah berharap lebih dari sekedar babu di sekolah ini!"

Ucapan Bunga, Sindi dan Cila semakin membuat mataku memanas. Aku menundukan kepalaku. Tak berani bersuara. Lagi lagi aku di buat malu di hadapan banyak orang. Aku di hina di depan semua orang. Di tambah lagi sekarang ada Hero di sini. Aku benar benar tidak tau lagi harus apa. Saat mereka menghinaku aku hanya bisa tertunduk lesu karena omongan mereka benar adanya. Di sini aku cupu, dekil, dan miskin. Aku tidak menjawab omongan mereka karena aku tidak punya sesuatu yang membuat mereka berhenti menghinaku.

"Lo sadar diri nggak sih! Pergi sana lo! Jangan deket deket Hero!" ucap Bunga tegas yang membuatku segera bangkit berdiri.

Sebelum benar benar pergi, mataku melirik sekilas ke arah Hero. Pria itu tampak menatapkan matanya ke arah tiga wanita di sana dengan tatapan jengkel. Namun Hero diam tak bergerak sama sekali.

Aku takut mereka semakin gencar memakiku di hadapan semua orang. Dan aku tidak mau itu semua terjadi.

"Maaf Hero," ucapku kemudian melangkahkan kaki pergi dari sana.

"Hus hus sana lo pergi.. jauh jauh!"

"Cewek cupu, dekil, nggak pantes lo di sini. Bisa bisa Hero jadi gatel gatel karna deket sama lo,"

Bunga tersenyum di sudut bibirnya kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel