Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Kebaikan Hero

Dan di sinilah aku sekarang. Berada di kantin sambil memakan seporsi nasi goreng yang di bandrol dengan harga tiga puluh ribu untuk satu porsi nasi goreng di sebuah kantin sekolah. Dan segelas teh hangat yang di bandrol sepuluh ribu per gelasnya.

Ini adalah alasanku tidak pernah untuk sekedar jajan di kantin sekolah. Uangku tidak cukup untuk membayar makanan ini. Jadi, lebih baik aku selalu membawa bekal dari rumah.

Dan di saat aku sedang makan dengan penuh kesungkanan. Hero terus saja melihat ke arahku sambil mengaduk ngaduk cofe putih di cangkirnya.

Aku sangat salah tingkah di buatnya. Jantungku berdegup kencang. Ada apa dengan pria di hadapanku? Melihat gadis cupu dan jelek sepertiku dengan tatapan manisnya. Oh ya Tuhan, aku mohon jangan buat aku jatuh cinta pada pria yang sangat jauh dariku.

"Makan yang banyak ya, biar nggak sakit lagi."

Aku menganggukan kepalaku sambil terus melahap nasi goreng di hadapanku.

"Kamu minus ya?"

"Iya,"

"Minus berapa?" Tanya Hero lagi.

"Banyak, sampai blur kalau lihat tanpa kacamata,"

Hero menganggukan kepalanya mengerti sambil sedikit tersenyum setelah mendengarkan jawabanku.

"Pasti kamu suka baca buku ya?" Tanya Hero yang tentu saja aku angguki.

"Waah keren. Kamu udah baca banyak buku?"

"Iyah, tapi kebanyakan aku juga baca cerita di Wattpad. Aku nggak mampu beli buku yang aku suka," jawabku.

"Sama banget. Aku juga punya akun Wattpad,"

Aku tersenyum senang ke arah Hero. Ternyata pria se tampan Hero juga gemar membaca. Syukurlah, ternyata pria kaya di hadapanku ini juga suka dengan sesuatu yang biasa di lakukan gadis cupu sepertiku.

"Ternyata kamu punya wattpad juga ya. Jarang jarang loh laki laki model kayak kamu mau baca," jelasku ke arah Rat.

Hero terkekeh menanggapi ucapanku.

"Model model kayak aku gimana?" Tanyanya tanpa melunturkan senyum manis itu.

"Ya model model cowok kaya dan tajir, kamu kan berpenampilan kaya gini. Siapa yang ngira kamu suka baca?" Kekeh ku sambil meneliti penampilan Hero yang sangat keren kataku.

"Penampilan nggak menjamin sifat dan karakter seseorang kali, Ca. Aku suka baca karena keluargaku juga suka baca. Dari kecil di biasain buat baca buku,"

Aku mengangguk anggukan kepalaku. Terlihat sangat menarik,

"Keren keluarga kamu ya. Bagus sih menerapkan kayak gitu, biar nggak kebawa arus zaman.." kataku yang mulai nyambung dengan topik pembicaraan.

"Iyah. Papaku Dokter , dan Mama juga Dokter . Semua kakakku udah kerja. Dan di balik ke suksesan mereka semua ada Mama yang siap cerewet untuk ngingetin anak anak mereka buat sekedar baca buku," jelasnya yang membuatku mengangguk anggukan kepala lagi.

"Keren ya punya Papa sama Mama Dokter. Dokter apa?"

"Papa Dokter tulang. Mamaku Dokter gigi," jelasnya sambil memainkan tepi cangkir kopinya yang berbentuk bulat.

"Keren banget ya jadi anak Dokter,"

Hero menghela napasnya,

"Yah gitulah.. Aku punya tiga kakak. Yang satu udah menikah, dia arsiteksur. Kakak kedua ku juga seorang Dokter tulang, sama kayak Papa. Dan yang ke tiga kakak perempuanku, dia masih kuliah."

"Jadi kamu anak ke empat?"

Hero menganggukan kepalanya lagi.

"Biasanya kalau di tokoh tokoh novel yang aku baca, anak ke empat itu paling ganteng. Dan paling pendiam lho," kekehku sambil membenarkan letak kaca mataku yang melorot dari hidung pesekku ini.

"Hah kamu bisa aja. Enggak kok, ini kan real life jadi aku nggak kayak gitu," jawabnya di iringi kekehan.

"Maksutnya?" Tanyaku tak mengerti.

"Anak terakhir mah tinggal sisa sisanya aja, Ca. Gantengan kakak kakakku. Aku mah cuma apa atuh," kata Hero yang membuatku terkekeh keras. Ternyata pria ini memiliki selera humor yang berbeda dari bayanganku.

"Waah kalau sisa sisanya aja begini. Brarti yang pertama lebih lebih dong," sahutku yang di angguki Hero dengan anggukan antusias.

"Jadi? Cerita apa yang sekarang kamu baca di Wattpad?" Tanya Hero yang membuatku menunda suapan nasi goreng ke mulutku.

"Aku baru baca Surat Cinta Ellen, ceritanya bagus banget. Kasian banget tau ngejar ngejar cowok yang nggak punya perasaan," jelasku yang di angguki antusias oleh Hero lagi.

"Astaga SCE ya? Aku juga baca cerita itu. Bagus, aku juga suka. Apalagi yang Anzela. Kasian sih jadi ceweknya punya penyakit kayak gitu," kata Hero yang ternyata juga tau tentang cerita yang sama sedang aku baca.

(Mon maap ini author sekalian promosi, hihihi)

"Iya yang karyanya ChellindyGabriellia itu kan?"

Hero menganggukan kepalanya lagi.

"Aku pengen banget beli novel The Bad Boy is My Perfect Husband karya dia. Tapi, aku nggak punya uang buat beli. Ini baru nabung tapi nggak dapet dapet huuftt.. sampai sampai TBBIMPH 2 udah mau terbit lagi," kesalku ke arah Hero.

Hero tersenyum lebar ke arahku. Kemudian berkata. " Besok kapan kapan kamu main ke rumahku ya? Aku mau tunjukin sesuatu ke kamu,"

Aku mengangkat sebelah alisku. Bingung dengan pria di hadapanku ini. Baru saja kenal sudah sangat percaya padaku dan mengajaku ke rumahnya. Astaga Hero. Dia baik atau pura pura baik? Aku masih ragu.

"Eng.. engg ngapain? Nggak ah. Kita kan baru kenal, aku nggak enak main ke rumah kamu.."

Hero menggelengkan kepalanya tanpa memudarkan senyuman itu.

"Udah lah. Besok main aja. Besok ya pulang sekolah,"

"Haa jangan..anu.. itu.. kenapa? Anu..itu jangan," kataku gugub yang membuatnya terkekeh.

"Jangan gugub. Kan cuma main ke rumah. Kamu temen pertamaku di sekolah ini. Dan kamu baik, jadi besok aku pengen kamu tau sesuatu yang aku simpen. Mungkin kamu suka," katanya yang berhasil membuatku sangat penasaran.

Dan tiba tiba saja aku teringat sesuatu yang mengejutkan Hero di hadapanku.

"Astaga aku lupa," kataku reflek.

"Lupa apa?" Tanyanya bingung ke arahku.

"Sebelum aku pingsan tadi, aku di suruh buat beliin minuman Rangga sama temen temennya di koperasi. Tapi, aku lupa belum beliin. Pasti Rangga nunggu," kataku sambil berdiri dari dudukku.

"Mereka siapa?" tanya Hero penasaran.

"Mereka teman temanku," jawabku bohong ke arah Hero.

Hero mengangkat sebelah alisnya. Aku yakin, ada sesuatu yang membuatnya bingung.

"Maaf Hero, udah ngrepotin kamu. Aku makasih banget ya udah di beliin makanan. Besok kalau aku punya uang aku bakal ganti semuanya. Sekarang aku pergi dulu ya," ucapku sambil tergesa gesa ke arah Hero.

"Tapi, makanan kamu belum habis Ca."

"Maaf, aku nggak mau kena marah sama Bunga.." jawabku sambil berlalu dari sana

"Tapi,"

"Aku permisi," kataku kemudian berlalu dari kantin untuk ke koperasi.

Aku segera berjalan cepat ke arah koperasi untuk segera membelikan pesanan minuman dari Bunga dan teman temannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel