Pustaka
Bahasa Indonesia

Beautiful Nerd

32.0K · Tamat
chellindyyygabs
35
Bab
2.0K
View
7.0
Rating

Ringkasan

Di rendahkan? Di hina? Di kucilkan? Di Bully?Hal yang wajar bukan? Apalagi saat kamu terlahir tidak cantik dan hidup biasa saja. Dunia memang tidak adil. Mereka hanya akan berpihak pada yang cantik.Mungkin Aku adalah aku yang selalu mereka pandang sebelah mata. Hanya karena penampilanku yang tidak sama dengan mereka, lalu dengan seenaknya mereka selalu menyakitiku.Sampai aku merasa dunia ini sudah di penuhi manusia jahat. Tidak ada lagi yang sebaik dan setulus ibuku. Tapi, ternyata aku salah. Masih ada satu orang yang sangat baik sampai sampai aku ragu pada diriku sendiri. Apa aku pantas mendapatkan kebaikannya? Perilaku baiknya?Aku selalu berjuang untuk memperbaiki status sosialku.Dan apakah aku berhasil keluar dari segala rasa sakit itu?

RomansaTeenfictionAktorRevengeCinta Pada Pandangan PertamaPengkhianatanKampusKeluargaTuan MudaSalah Paham

1. Kekerasan

Diam bukan berarti bodoh.

Terkadang yang diam itu hanya ingin menutupi rasa sakit di hatinya.

Terkadang yang diam itu hanya ingin di mengerti perasaanya.

Bukan untuk di injak injak harga dirinya.

Sore ini aku berlari, sambil membawa empat buku tebal di tanganku. Berat rasanya, tapi beginilah aku.Terbiasa dengan buku tebal dan kaca mata tebal yang bertengger manis di wajahku. Monica Ellsa, panggil saja aku Ica. Wajahku tak secantik namaku. Si gadis cupu yang sama sekali belum pernah jatuh cinta. Aku tidak tertarik dengan itu semua. Mereka memanggilku cupu karena penampilanku. Kalian pasti bisa membayangkan bagaimana wajahku. Tidak tidak, bukan di hiasi tompel hitam di pipi, aku hanya berkaca mata dan hoby membaca. Selain itu aku suka menyendiri karena aku adalah gadis pemalu yang selalu saja halu dengan segala pikiranku.

Mereka sering menyuruhku seenak hati mereka. Mereka adalah teman temanku, yah mungkin hanya aku saja yang menganggap mereka temanku. Tidak dengan mereka, mungkin mereka malu menganggap aku bagian dari mereka.

Aku bersyukur karena aku masih mempunyai seorang sahabat, Jamelah namanya dia berasal dari Probolinggo, Jawa Timur. Aku memanggilnya Mela, agar lebih keren kataku. Dia gadis rantau, jauh jauh dari Jawa Timur hanya untuk bersekolah di Jakarta. Dia juga sangat pintar seperti aku hihihi. Mela bernasip sama sepertiku, karena dia pendiam dan lugu dia jadi sulit untuk mencari teman. Jadi, anggap saja aku dan Mela memiliki nasip yang sama.

Tanganku sudah sangat pegal membawa buku ini untuk aku berikan di atas meja wali kelasku. Ini adalah tugasku setiap pulang sekolah, karena semua temanku tidak sabaran untuk segera pulang.Dan hanya aku yang siap menjadi kacung mereka kapan saja dan di mana saja.

Baiklah, aku mulai lapar. Lebih baik aku segera menuju kantor guru dan segera mengembalikan buku buku ini.

Sesampainya di ruang guru, aku segera mencari meja Bu Heni, wali kelasku. Dan segera meletakkan buku buku itu di atas meja. Huuuft akhirnya tugasku selesai, setelah mengembalikan buku buku ini aku akan segera pulang. Inginku.

Aku berjalan menuju gerbang depan sekolah untuk segera menunggu bis di sana. Tapi aku agak ragu, apa masih ada bis sesore ini? kalau tidak Yaah, terpaksa aku harus jalan kaki untuk penghematan uang saku dan membantu ibu,

Oke mereka lagi. Aku yakin mereka akan menggangguku lagi. Bunga dan segala antek anteknya. Aku heran, sampai kapan mereka akan melakukan itu padaku. Lagi pula apa untungnya mengerjaiku. Kuat Ica, kuat. Mereka adalah bagian dari suksesmu.

Aku berjalan sambil menundukan kepalaku melewati gerombolan beberapa orang yang berdiri dengan gaya mereka. Tiga orang perempuan dan dua orang laki laki. Mereka adalah Bunga and the geng. Sebut saja mereka adalah anak anak yang populer di sekolah ini karena mereka adalah anak orang kaya. Jadi mereka bisa bergaya sesuka hati apalagi mendeskriminasi anak anak sepertiku ini.

"Haaay Ica," sapa Elang, pria famous dengan ketampanannya.

Aku berjalan tanpa peduli dengan sapaan itu, aku tau itu hanyalah tipu daya mereka untuk kembali mem bully ku lagi.

"Heh budek!"

Telingaku memanas mendengarkan lontaran kasar dari mulut pedas Bunga. Gadis berambut uwel uwelan itu selalu saja membuatku mengelus dada. Aku menyebut seperti itu karena dia selalu meng curly rambutnya yang panjang. Cantik, memang cantik. Tidak seperti aku, aku sama sekali tidak cantik. Jauh sekali dengan Bunga, wanita dambaan setiap kaum adam.

"Heh cupu, lo jalan yang sopan dikit dong.."

Langkahku terhenti mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Cila, teman Bunga.

Aku menoleh ke arah mereka. Ku lihat mereka satu persatu. Elang dengan seringai liciknya, Rangga dengan kedua tangannya yang angkuh berlipat di depan dada. Dan ketiga wanita itu, Bunga, Cila, dan Sindi. Baiklah, mereka memang pantas di sebut the most Wanted sekolah, tapi tidak dengan etika mereka.

"Ica, lo udah mau pulang? Masa sih udah mau pulang? Sekarang masih terlalu siang buat lo pulang," kata Elang yang tiba tiba mengelilingi tubuhku.

Apalagi yang mereka inginkan ya Tuhan..

Aku menghela napasku, memejamkan mataku menerima perilaku mereka sore ini. Aku sudah terbiasa, tapi apa lagi sekarang? Aku harus segera pulang dan membantu ibuku yang pasti sudah menungguku.

"Lo nggak punya mulut ya? Nggak bisa jawab omongan orang yang lagi ngajak lo bicara?" Kata Sindi ke arahku.

"Iya, aku mau pulang," jawabku terpaksa bersuara.

"Eiiitssss lo nggak pantes pulang jam segini,"

"Bener kata, Elang. Lo nggak pantes pulang jam segini. Lo pantesnya pulang nanti, agak sorean karna sekarang masih terlalu siang buat lo," lanjut Rangga yang membuat otak ku semakin berputar. Pasti ada makna terselubung yang mereka inginkan dariku sore ini.

"Apa maksut kalian?" Tanyaku tanpa basa basi.