Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 03 - Keputusan Sandra

"Keputusanku sudah bulat, aku titip anak-anak ya." Candra berkata demikian sebelum dia pergi meninggalkan rumah.

Jemarinya masih menggenggam tangan putra sulungnya. Raka seolah mengerti dengan situasi, dia mengeratkan genggaman itu.

"Kamu tega, Kang. Mana ada seorang Ayah meninggalkan anak-anaknya karena penampilan istrinya yang tidak lagi seleramu. Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikirmu, Kang." Sandra terisak, dia mencoba untuk menghentikannya, tapi tetap saja air matanya terus berjatuhan begitu saja.

"Aku akan urusi semua surat-suratnya, karena aku tahu kamu tidak punya waktu untuk itu." Pria berusia tiga puluh dua tahun itu mengabaikan perkataan sang istri.

Sandra menggeleng pelan, dia masih tidak percaya jika ikatan pernikahan mereka hanya bertahan beberapa tahun saja. Itu pun bukan karena pihak ketiga, Sandra merasa salah dirinya sendiri yang tidak begitu mementingkan penampilannya.

Tidak berselang lama, saat Candra hendak melangkah pergi suara putrinya terdengar membuatnya menghentikan langkah. Dia berpikir untuk menemui mereka lebih dulu karena kapan lagi akan bertemu.

Pria itu memandangi kedua putrinya yang tengah terbaring. Alika baru saja bangun dari tidurnya, merengek manja. Candra meraihnya, menggendong anak itu mendekapnya dengan penuh kehangatan pada menciuminya.

"Alika cantik putri, Papa."

Matanya kini melirik pada Malika, anak paling kecil masih bayi. Dia tidak mengerti apa-apa perihal permasalahan yang menerjang keluarganya.

Candra melepaskan gendongannya, membiarkan Alika terduduk di atas lantai. Kali ini dia meraih Malika yang ada dalam gendongan ibunya. Dia mengecup kening anak itu beberapa saat.

"Apa kamu tidak menyesal, Kang?" Untuk kesekian kalinya Sandra mempertanyakan hal itu. Dia tidak cukup kuat untuk menghadapi semuanya bersama ketiga anaknya. Bagaimana mungkin semua ini terjadi padanya?

"Sama sekali tidak." Bisa-bisanya Candra menjawab seperti itu bahkan dengan tegas.

Sandra mengembuskan napasnya dengan kasar. Dia tidak dapat mencegah suaminya meski sampai nangis darah. Keputusannya itu sudah bulat, sulit sekali untuk ditawar.

"Uang untuk anak-anak nanti saya transfer saja ya."

Candra mengembalikan Malika pada Sandra, dia kembali meraih tas ranselnya di pundak kanan.

"Papa mau pergi sekarang?" tanya Raka, dia meraih jemari Candra dengan erat.

"Iya, Sayang. Papa kan ada pekerjaan di luar kota. Baik-baik di sini sama Mama, jaga adek-adek ya, Nak." Tangan kekarnya mengusap lembut puncak kepalanya.

Pria itu melangkah keluar dari rumah, Sandra segera mengikuti langkahnya. Dia mematung di ambang pintu sembari terisak. Memandangi suaminya yang benar-benar meninggalkannya bersama ketiga anaknya yang masih membutuhkan kasih sayang darinya.

"Kang," panggil Sandra. "Pikirkan kembali."

Perkataan Sandra seolah angin berlalu yang hanya sekedar lewat. Candra memasuki mobilnya dan menancap pedal gasnya, dia mulai melajukan mobilnya melesat meninggalkan pekarangan rumahnya.

Kedua lutut Sandra terasa lemas karena dia sudah ditinggalkan suaminya begitu saja. Beberapa minggu ke depan dia akan berjuang sendirian mengurus ketiga anaknya. Wanita itu akan menjadi janda entah sampai kapan.

Ada rasa takut dengan apa yang akan dihadapinya kelak, bagaimana jika suaminya tidak lagi kembali padanya? Dia mendengus kesal, dadanya terasa sesak kala mengingat hal menyakitkan itu.

Dia sangat mencintai suaminya sehingga apa pun yang diinginkan pria itu selalu saja dipenuhi. Sudah terlalu bucin sehingga sangat sulit baginya untuk melupakannya.

"Pokoknya Kang Candra harus kembali ke dalam pelukanku."

Wanita itu bertekad untuk berusaha semaksimal mungkin agar suaminya kembali lagi ke tengah-tengah mereka. Melihat ketiga anaknya yang masih membutuhkan kasih sayang juga ingin adanya peran sosok Ayah membuatnya berpikir keras untuk melakukan sesuatu.

"Kalau kamu mau, kita akan kembali rujuk setelah kamu cantik." Perkataan itu terus terngiang di pikirannya.

Setiap kali mengingatnya dia bertekad untuk berusaha merubah dirinya seperti apa yang diinginkan suaminya. Namun, pastinya semua itu tidak mudah. Bahkan dia tidak tahu bagaimana selera Candra saat ini.

Padahal, awal pertama menikah dengannya dia seorang suami yang tidak neko-neko. Jika kebanyakan pria selalu memerhatikan penampilan sang istri, dia seolah tidak peduli. Akan tetapi, kini perubahannya jauh berbeda. Pemikirannya tidak lagi sama, dia lebih menyukai wanita yang berpenampilan modis di zaman sekarang. Bukan yang mengenakan daster kebesaran, tapi dress sebatas lutut yang seringkali dikenakan wanita modern kebanyakan.

"Aku akan berusaha untuk tampil cantik."

Akan tetapi, keinginannya itu terhalangi oleh ketiga anaknya. Terlebih si bungsu yang masih digendongnya. Tampaknya akan sangat sulit baginya untuk berpenampilan modis sembari mengurusi anak-anaknya. Dia sudah terlalu nyaman mengenakan pakaian kebangsaan ibu-ibu dapur.

"Bagaimana dengan Raka, Alika, dan Malika?"

***

"Ma ... buku Raka mana?" tanya anak sulungnya saat hendak pergi ke sekolah. Dia kebingungan mencari beberapa bukunya yang hendak dibawa.

"Memangnya semalam enggak kamu masukin ke dalam tas, Nak?" tanya Sandra.

Wanita berusia tiga puluh tahun itu tengah mengoleskan kutek di atas kukunya berwarna merah cerah. Dia ingin memulainya saja dimulai dari merawat tangannya. Dia menemukan kutek itu di dalam laci lemarinya, beruntungnya belum kadaluarsa. Seingatnya kutek itu dibeli karena terpaksa, sahabatnya menawarinya terus menerus hingga akhirnya dia membeli.

"Aku lupa, Mah."

"Memangnya kamu simpan di mana, Sayang?" Sandra berusaha menanyakannya untuk memastikan ingatan putranya.

Pada akhirnya Sandra beranjak dari duduknya dengan kedua tangan yang diacungkan ke depan. Dia menghampiri putranya yang merenung galau karena bukunya tidak saja ditemukan.

"Raka enggak mau pergi sekolah, karena bukunya saja tidak ada." Dia terduduk di kursi sembari merenung.

"Mama akan cari bukunya dulu ya, Nak."

Sandra menelusuri sekeliling dalam rumahnya. Namun, buku putranya tidak saja ditemukan.

Begitu dia membuka kamar putrinya yang kedua. Sontak saja kedua matanya melebar saking terkejutnya begitu melihat beberapa lembar kertas berserakan. Setiap lembarnya ada banyak coretan asal. Begitu pandangannya menatap lurus, ternyata Alika pelakunya.

"Alika itu bukunya Kakak, Sayang."

Wanita itu membenahi tiap lembar buku milik Raka. Dia mengumpulkannya sampai tidak tersisa. Kala melihat ibunya yang kesal, Alika malah tergelak tawa. Namanya juga anak-anak belum mengerti apa-apa.

Tidak lama Raka datang, pandangannya langsung tertuju pada setumpuk kertas yang dipegang ibunya.

"Itu bukunya Raka, kok rusak?" tanyanya. Dia melirik sang adik yang masih tergelak tawa. "Alika, kamu yang sudah merusaknya?"

Tawa Alika semakin pecah, membuat anak itu jengkel saja. Dia mendorong keras adiknya, tapi beruntungnya Sandra sigap menengahi mereka. Wanita itu menahan putrinya dengan kedua tangannya, kukunya yang beri kutek rusak karena belum sepenuhnya kering.

"Sudah, Nak. Raka ingat sama pesan Ayah kan?" tanya Sandra berusaha untuk menyadarkan putranya agar tidak menyakiti adiknya lagi.

"Raka memang harus menjaga adik-adik. Tapi kan buku Raka dirusak sama Alika. Masa aku diam saja."

"Ibu belikan lagi buku baru ya, Sayang. Alika kan masih kecil belum mengerti apa-apa." Sandra mengusap puncak kepala putranya lembut.

"Yaudah deh. Enggak apa-apa." Pada akhirnya Raka mengalah.

Sandra menghela napasnya lega, tidak mudah baginya menjadi orang tua tunggal. Kalau saja ada Candra, dia pasti yang selalu menengahi mereka seperti beberapa waktu lalu saat kedua anaknya saling merebut mainan.

Terlepas dari masalah pertengkaran anaknya, dia melihat kuku-kukunya yang sudah tidak lagi berupa. Rusak semua, membuatnya mengelus dada.

"Tidak mudah menjadi cantik untuk seorang ibu rumah tangga yang mempunyai tiga orang anak," ucapnya lirih.

Suara tangisan Malika terdengar dari kamar. Baru saja selesai mengurusi pertikaian dua anaknya, kini dia harus mengurus putri bungsunya yang baru saja terbangun dari tidurnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel