Bab 8 Mimpi
Pagi itu semua anggota keluarga Walker kembali berkumpul untuk meminta penjelasan dari Kenny, semua tampak penasaran karena mereka sangat mengenal Kenny, tidak mungkin dia mau bertanggung jawab jika tidak terjadi sesuatu, namun mengapa kemarin mereka merasa sama sekali tidak menggenal adik mereka, hanya Kayla dan Calvin yang tampak santai. Semalam saat Kayla kembali dari kamar Kenny, Calvin sudah menunggunya dan melihat istrinya masuk dengan senyum bahagia dia yakin jika Kenny sudah menjelaskan dan penjelasan itu membuat istri tercintanya itu bahagia.
Calvin menambahkan kebahagiaan istrinya dengan mengatakan jika dia menyukai kejujuran dan keluguan gadis mungil itu, jika dia tadi kesal bukan karena perkataan gadis itu tentang dirinya tetapi karena tawa dari semua anggota keluarganya dan sebenarnya saat itu dia juga ingin tertawa, bagaimana tidak seorang berani terang-terangan mengatakannya cacat, tua dan pengawal dari istrinya sendiri, selain itu memanggil istrinya dengan sebutan 'kakak', sepanjang usianya tidak ada pernah seorang pun berani menghinanya dengan 3 sebutan itu, dan tadi Ashley mengataknya tanpa rasa bersalah.
Kenny menyantap sarapannya dengan tidak peduli pada tatapan penasaran saudara-saudaranya, dia yakin tidak ada yang akan berani memulai saat di meja makan jika tidak ingin mendapat teguran dari mommynya, biarlah mereka menunggu lebih lama sampai waktu sarapan selesai.
Setelah selesai sarapan mereka berkumpul di ruang keluarga dan tanpa menunggu lebih lama lagi Kelly langsung memulai karena dia tidak percaya kembarannya mengambil keputusan tanpa pertimbangan.
"Ken, jelaskan semuanya sebelum rasa penasaran kami membuat kami bertindak diluar batas."
"Jelaskan apa lagi? bukankah kemarin sudah jelas semuanya." Jawab Kenny.
"Ken, apakah kamu benar-benar menyukai gadis kecil itu?" tanya Kevan.
"Ken, berapa perbedaan umur kalian? Jangan sampai kamu menjadi seorang pedofil." Kata Kim.
"Kalian diamlah dulu, biarkan Kenny menceritakan semuanya dari awal. Dan kamu Ken, pastikan kamu benar-benar serius dengan keputusanmu, jangan mempermainkan hati seorang wanita apalagi anak kecil seperti Ashley." Kata Kevin lebih tenang dari saudara-saudaranya yang lain.
Calvin dan Kayla hanya dia melihat bagaimana Walker bersaudara itu menyelesaikan permasalahan mereka, termasuk para menantu yang juga ikut hadir disana, anak-anak kecil telah dibawa oleh pengasuh mereka untuk pergi bermain.
Kenny menceritakan latar belakang Ashley dan bagaimana pertemuan mereka dan bagaimana perasaannya pada Ashley, semua yang hadir disana diam menunggu cerita Kenny berakhir, dan mereka bisa melihat jika Kenny serius pada Ashley dan bukan terpaksa seperti mereka bayangkan semalam, dan mereka pria Walker menyadari jika Kenny mengakali gadis itu, setelah Kenny selesai barulah mereka mulai berkomentar.
"Jadi akhirnya kamu sudah mengalami apa itu cinta pertama, Bagaimana rasanya?" tanya Kevan pada Kenny di iringi tawa semuanya.
"Apakah perlu aku jelaskan bagaimana rasanya jika kalian semua sudah pernah mengalaminya?"
"Kamu yakin dengan perasaanmu itu?" tanya Kevin ingin memastikan keseriusan Kenny.
Kenny menjawab dengan suara mantap, "Yakin 100%"
"Bagaimana dengan usia dan sifat polos dan lugunya?" tanya Kim.
"Ya, bukankah dia masih kuliah? Bagaimana dengan pendidikannya?" tanya Kelly.
"Aku menyukai sifatnya, untuk usia aku tidak akan berkomentar karena akan ada yang kesal jika diteruskan, dan aku tidak akan melarangnya untuk melanjutkan pendidikannya karena itu adalah impiannya."
"Upsss, maaf Dad aku lupa." Kim sadar apa yang dimaksud Kenny, karena perbedaan usia daddy dan mommynya juga 10 tahun.
"Bagaimana tanggapan dad dan mom?" tanya Kevin yang yakin jika kedua orang tuanya sudah memberi lampu hijau untuk Kenny.
"Jika Kenny sudah memutuskan, kami akan mendukungnya." Kata Calvin.
"Kalian curang, mengapa Kenny begitu mudahnya mendapat ijin dari kalian sedangkan aku harus berjuang dulu." Protes Kelly.
"Jangan iri, kami hanya memastikan sama seperti Kenny saat ini karena kamu adalah kesayangan kami." kata Kevan.
"Jadi apa rencanamu selanjutnya?" tanya Calvin pada Kenny.
"Aku akan menemui keluarganya untuk meminta restu mereka."
"Bukankah sebelum meminta restu keluarganya kamu harus memastikan Ashley menerimamu dulu?" tanya Emily.
"Aku kuatir keluguan Ashley, tidak akan menyadari perasaanmu sesunguhnya dan berpikir kamu hanya bercanda atau mempermainkannya." Kata Claire
"Aku setuju, melihat bagaimana Ashley kemarin aku kuatir dia berpikir kamu hanya bercanda dan mempermainkannya." Kata Kevan menyetujui perkataan istri dan kakak iparnya.
"Dan bagaimana jika Ashley berpikir semalam kamu menjebaknya dan membohonginya?" tanya Kim.
"Jika aku berada diposisi Ashley, aku akan marah dan tidak ingin bertemu denganmu lagi." tambah Kelly.
"Biarkan Kenny mengatasi hal itu sendiri agar dia bisa mengalami yang namanya perjuangan seperti yang kalian alami, kita hanya perlu mendukungnya dan merestui hubungan mereka." kata Kayla.
"Daddy setuju dengan mommy." kata Calvin.
"Daddy pasti menyetujuinya, mengingat tipuan dan jebakan yang telah daddy lakukan pada mommy." kata Kayla dengan ketus, diiringi tawa semuanya.
"Bagaimana lagi, daddy terpaksa saat itu dan ternyata kita mengkahirinya dengan bahagia. Dan kamu Kenny, ingatlah kejujuran itu adalah yang terpenting supaya dia mengetahui ketulusan dan perasaanmu padanya. Benar begitukan mommy cantik?" kata Calvin.
"Akan Kenny ingat pesan daddy. Aku akan memastikan Ashley mengerti perasaanku, dan mendapat restu dari keluarganya. Dan terima kasih atas dukungan kalian semua." Kenny bersyukur memiliki keluarga yang saling menyayangki dan mendukung apapun yang terbaik untuk keluarga, bahkan para kakak iparnya, dia yakin Ashley akan cocok dengan mereka semua.
"Akhirnya mommy lega, kalian semua sudah mendapatkan pasangan kalian masing-masing." Kata Kayla.
"Jadi mulai sekarang waktu dan pikiran mommy hanya untuk daddy, ya?" kata Calvin menggoda istrinya yang dibalas dengan tatapan dan cubitan, diiringi tawa semua anggota keluarga.
Ashley keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya dan terkejut saat melihat Kenny sudah berada dikamarnya, "Bagaimana kamu bisa masuk kemari? Bukankah ini asrama perempuan?"
"Karena aku merindukanmu, apapun akan kulakukan supaya bisa melihatmu."
"Merindukanku? Tetapi bagaimana kamu bisa masuk kemari tanpa ketahuan?"
Tanpa menjawabnya Kenny langsung menarik Ashley dalam pelukannya, mata mereka saling menatap dan Ashley menutup matanya saat dia melihat Kenny akan menyatukan bibir mereka, dia sangat menikmati rasa dari bibir pria tampan yang memeluknya ini. ciuman lembut berganti menjadi ciuman saling menuntut, bahkan tangan mereka mulai bergerak, saling menyentuh, lidah mereka salaing membelit, bertukar saliva berbagi nafas. Handuk yang dipergunakan Ashley terlepas, menampilkan tubuh polosnya yang mulus, tangan besar meremas dua bukit kembarnya membuatnya mendesah dan menginginkan lebih dari sekedar sentuhan. Ciuman Kenny berpindah ke telinga, leher dan berakhir di belahan dadanya, "Kecil tapi indah" bisiknya membuat Ashley semakin mendesah. Kenny mendorong tuhung mungil Ashley keatas tempat tidur dan kembali menyatukan bibir mereka, Ashley tidak menyangka dia akan menikmati perlakuakn Kenny padanya bahkan dia pasrah pada semua perbuatan Kenny pada tubuhnya, dia semakin menikmatinya saat Kenny mencium seluruh tubuh polosnya sampai dia mendengar telepon genggamnya berbunyi, awalnya dia mengabaikannya karena dia tidak ingin kehilangan kenikmatan ini tetapi karena bunyi yang tiada henti membuat perhatianya teralih dan dengan terpaksa dia membuka matanya.
"Hallo" katanya dengan berat.
"Aku sudah didepan asramamu, apakah kamu baru bangun tidur?"
Ashley langsung membuka matanya dengan lebar saat mendengar suara ditelepon, bukankah pria yang meneleponnya ada dikamarnya, mengapa dia menelepon dan mengatakan berada didepan asramanya?
"Cepatlah bersiap dan turun, aku menunggumu di parkiran mobil."
Tanpa menjawab Ashley menutup teleponnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan berteriak, "Astaga!!!! Bagaimana bisa aku bermimpi seperti itu? memalukan sekali!!!" Ashley melihat jam pada handphonenya dan kembali berteriak, "Astaga aku kesiangan!"Dengan cepat dia bangun dan membersihkan diri, dan dalam hati dia bertanya mengapa Kenny datang menjemputnya pagi ini, maksudnya siang ini mengingat sekarang sudah lewat jam 10 dan hari ini untuk pertama kalinya Ashley bangun kesiangan, dan jika dia mengingat apa yang membuatnya terlambat bangun maka dia akan merasa sangat malu.
Ashley turun dan melihat kesekeliling sampai sebuah mobil berhenti didepannya, dengan lugunya dia mencoba mengintip kedalam mobil sampai dia tidak sadar jika pemilik mobil telah turun dan berdiri disampingnya, "Apa yang kamu intip?"
Ashley terkejut dan langsung mundur dan tubuhnya menbarak Kenny, dan untung saja langsung ditahan oleh Kenny supaya dia tidak sampai jatuh.
"Kamu selalu membuatku terkejut." Kata Ashley setelah dia sadar dari rasa terkejutnya.
Kenny hanya tersenyum, membuka pintu mobil untuk Ashley, "Masuklah."
Ashley menurut, dia masuk dan dia tidak menyangka jika Kenny menunduk dan memasangkan sabuk pengaman untuknya sebelum menutup pintu, pipi Ashley langsung merona membuat Kenny semakin gemas padanya.
Ashley berpikir, untung saja sedang libur semester sehingga asrama sepi karena banyak penghuni yang pulang sehingga tidak ada yang melihat siapa yang menjemputnya dan apa yang dilakukan Kenny padanya.
"Eh, kita akan kemana? Dan mengapa kamu menjemputku siang ini?" tanya Ashley yang baru sadar apa yang terjadi, dan dia heran mengapa kecepatan berpikirnya melambat saat disamping dokter tampan yang mengaku kekasihnya ini.
"Mengapa kamu baru bertanya setelah setengah perjalanan? Bagaimana jika orang jahan menjemputmu untuk menculikmu?"
"Apakah kamu orang jahat?"
"Tentu saja tidak."
"Kalau begitu aku aman, dan tenang saja aku masih bisa membedakan penajhat dan orang baik."
Kenny tertawa kecil mendengar perkataan Ashley, "Apa kegiatanmu hari ini?"
"Tidak ada, aku mendapat libur dari café karena telah bekerja semalam dan juga tidak ada jadwal di rumah sakit."
"Baiklah, kita makan siang bersama setelah itu kita lihat apa yang bisa kerjakan dihari pertama kencan kita."
"Kencan pertama?" tanya Ashley binggung.
"Ya, bukankah semalam hubungan kita sudah diresmikan?"
"Semalam itu benaran bukan bercanda?"
"Ya, semalam bukan bercanda jadi kamu mau makan apa siang ini?"
Ashley diam, dia sedang berpikir apakah dia bisa mempercayai perkataan pria disebelahnya ini, tetapi hatinya mengatakan jika pria ini serius dan membuatnya berbunga-bunga.
"Elora?" panggil Kenny, Kenny menyukai nama tengah Ashley dan memutuskan untuk menjadikannya panggilan khususnya.
"Hah? Elora? Mengapa kamu memanggilku dengan nama tengahku?"
"Karena aku menyukainya, dan aku ingin menjadi satu-satunya orang yang memanggilmu dengan nama itu."
Ashley kembali tersipu, kupu-kupu berterbangan didalam dirinya menghampiri bunga-bunga yang bermekaran didalam hatinya, perasaan apakah ini?
Karena tidak mendapat jawaban dari Ashley, Kenny akhirnya memutuskan dimana mereka akan makan siang. Kenny membawanya ke sebuah restaurant Italy sederhana tapi romantis, dan mengajaknya duduk di meja pojok tanpa gangguan, sejujurnya Ashley sedikit malu karena dia hanya menggunkan tshirt dan jeans santai, dia merasa tidak pantas memasuki restaurant itu. tetapi ekraguannya hilang saat tangannya digandeng oleh Kenny dan dia menurut saja saat Kenny menarik kursi dan mempersilahkannya untuk duduk.
"Jangan ragu, aku sama sekali tidak berminat mempermainkan perasaanmu dan aku menikmati kebersamaan kita." kata Kenny yang melihat keraguan pada Ashley.
"Aku hanya tidak percaya, bagaimana bisa seorang sepertimu, kaya, tampan , mapan dan dari keluarga terkenal mau dengan diriku."
"Apakah aku bukan manusia?"
"Tentu saja kamu manusia."
"Jika begitu kita sama-sama manusia dan kamu harus ingat jika setiap manusia selalu memiliki kelebihan dan kekurangan jadi mungkin saja saat ini kamu melihat semua kelebihanku tetapi apakah kamu masih mau bersamaku saat kamu melihat kekuranganku?"
"Kekuranganmu? Apakah kamu memiliki kelainan? Atau kamu seorang psikopat?"
Dengan gemas Kenny mecubit pelan pipi Ashley, "Aku tidak tahu apa kekuranganku dimatamu dan kamu yang harus menemukannya, jadi jangan hanya melihat kelebihanku."
"Perasaan aku yang banyak kekurangan." Kata Ashley pelan yang sebenarnya ditujukan untuk dirinya sendiri.
"Tidak ada manusia yang sempurna, sama sepertimu saat ini aku tidak melihat kekuranganmu selain kecepatan berpikirmu yang benar-benar lambat, lainnya kamu cantik dan mengemaskan."
"Kamu menghinaku!" Ashley mengerucutkan bibirnya, kesal karena Kenny menghina kecepatannya dalam berpikir.
"Aku memujimu, Elora sayang."
Pipi Ashley kembali bersemu mendengar panggilan sayang dari Kenny, dan perlahan dia berkata, "Aku tidak pernah memiliki kekasih, aku tidak tahu harus bagaimana."
Kenny tersenyum, "Kita hanya harus jujur satu sama lain, saling memperhatikan dan kita akan belajar bersama untuk menjadi kekasih yang saling menyayangi."
"Memangnya ada pendidikannya?"
"Pendidikan apa?"
"Tadi kamu bilang kita harus belajar bersama? Dimana?"
Kenny tidak tahu harus mengatakan apa lagi, dia ingin tertawa dengan kelugan Ashley tetapi dia yakin jika dia menertawakannya Ashley akan marah padanya, untung saja teleponnya berdering dan dia langsung mengangkatnya.
"Apakah kamu mau menemaniku ke rumah sakit?" tanya Kenny setelah dia mengakhiri panggilannya.
"Kamu sakit?" tanya Ashley dengan nada kuatir yang membuat Kenny bahagia.
"Bukan, ada panggilan dari rumah sakit, dan aku pikir kamu bisa menungguku di ruang bermain atau di kamar pasien yang perlu dihibur selama aku menangani pasienku."
"Oh iya, aku lupa kamu adalah dokter gunung es. Tapi bolehkah aku memohon sesuatu?"
"Apa?"
"Aku tidak ingin orang-orang mengetahui hubungan kita, karena aku yakin mereka akan membullyku, apalagi kamu dokter terkenal dan taman, tentu banyak penggemarmu."
Kenny berpikir mungkin permintaan Ashley masih bisa diterimanya, karena dia juga tidak ingin Ashley sampai disakiti oleh para wanita yang mungkin bisa berbuat diluar batas kewajaran hanya karena terbakah rasa cemburu atau tidak terima idola mereka dimiliki oleh orang lain. "Bagaimana dengan keluargamu? Apakah kamu juga akan merahasiakannya?"
"Bukankah kamu akan menghadap mereka untuk meminta restu?."
"Oh, baiklah. Kita akan bersikap tidak saling mengenal saat dirumah sakit, tetapi aku tidak ingin melihatmu dekat dengan pria lain, karena kamu sudah menjadi milikku."
"Ok, setuju. Lagian pria mana ada pria yang mau mendekatiku."
"Aku tidak yakin dengan kalimat terakhirmu, tetapi aku percaya kamu tidak akan menganggap mereka karena bagimu aku sudah sempurna sehingga kamu tidak perlu mecari atau melirik pria lain."
Ashley tertawa lepas mendengar kenarsisan Kenny, dan tawa itu membuat Kenny tersenyum lebar.
