Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Kencan Pertama

Ashley cukup kagum dan bangga dengan Kenny, akhir pekan dia masih saja mau dipanggil menangani pasien, saat dia menanyakan mengapa pria itu mau mengorbankan akhir pekannya, dia dijawab jika nyawa pasien tidak memandang hari dan jika sampai dia dipanggil artinya dia memang dibutuhkan, bahkan pria itu meminta pengertiannya jika kebersamaan mereka mungkin akan terganggu dengan panggilan tugas profesinya.

Mereka tiba dirumah sakit dan Kenny meminta Ashley untuk mengingat lokasi parkirnya karena mereka akan bertemu kembali disana saat akan pulang. Mereka masuk kedalam lift dan Kenny turun di lantai dasar tempat instalasi gawat darurat berada, tanpa mengganti pakaian santainya dan membuat para wanita yang dilewatinya menatapnya tanpa berkedip, dan Ashley langsung menuju ke lantai dimana ruang bermain berada.

Ashley mengunjungi tempat bermain dan cukup kaget saat disana terlihat ramai, "Ashley? Bukankah hari ini kamu tidak ada jadwal disini?" tanya salah seorang perawat disana.

"Apakah jika tidak ada jadwal aku tidak boleh kemari?" tanya Ashley dengan nada dibuat sedih.

"Hahahah, tentu saja boleh dan kedatanganmu hari ini sangat dibutuhkan, ada salah satu pasien yang berulang tahun dan keluarganya akan merayakan dengan sederhana disini nanti sore."

"Oh ya? Baiklah aku akan membantu menyiapkannya. Sekarang katakan apa yang harus kukerjakan?"

Kenny tiba diruang bermain, dan melihat Mary berdiri diluar ruangan dan terdengar sura yang ramai didalam.

"Ada apa?" tanyanya pada Mary.

"Oh, sore dok. Ada yang pasien yang berulang tahun dan keluarganya merayakannya disini, untung saja ada keponakan saya tiba-tiba datang dan membantu menyiapkannya dan sekarang didalam sana acara sedang berlangsung." Jawab Mary.

Kenny melihat kedalam ruangan dari jendela kaca, dalam hati dia tersenyum melihat Ashley menggunakan topi ulang tahun dan mengajak anak-anak itu bermain dan bernyanyi sambil mendorong kursi roda pasien yang berulang tahun, pancaran kebahagian bukan hanya pada raut wajah anak yang berulang tahun tetapi pada semua pasien anak disana termasuk Ashley, dan beberapa orang dewasa didalam sana.

Ashley menoleh ke jendela dan melihat Mary dan Kenny disana, dia tersenyum dan tanpa sadar melambaikan tangannya pada Kenny, namun yang membalasnya adalah Mary dan membuat Ashley sadar jika dia melupakan permintaannya, Ashley tersenyum pada Kenny, dia bisa melihat Kenny memang tidak membalas lambaiannya dia tatapan mata dokter tampannya itu terlihat lembut dan menatapnya dalam sampai membuat wajahnya memanas dan dia yakin pipinya akan merona. Dia memang tidak tahu yang namanya jatuh cinta tetapi bersama Kenny yang begitu memperhatikannya membuatnya merasa terbang tinggi, dia masih berusaha untuk menyakinkan dirinya jika Kenny memang serius dengannya, dan tidak berniat mempermainkannya.

Setelah acara selesai dan dia sedang merapikan ruang bermain, orangtua pasien yang berulang tahun mendekatinya dan memeluknya, "Terima kasih membuat acara ini meriah dan sangat berkesan."

"Saya senang jika mereka semua senang dan dengan begitu mereka memiliki semangat untuk menjadi sehat."

"Ini untukmu." Ashley binggung saat orang tua pasien itu memberinya amplop dan untunglah dia sadar dengan cepat, "Oh, maaf saya tidak bisa menerimanya. Saya hanya kebetulan kemari dan ikut membantu."

"Tapi..."

"Tidak ada tapi, saya melakukannya dengan sukarela, saya menikmati dan menyukai mereka semua, jadi jika saya menerima pemberian itu bukankah artinya saya tidak tulus melakukan semua itu?"

Kedua orang tua itu tersenyum, "Baiklah, kami tidak akan memaksamu, hatimu benar-benar baik dan kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya."

"Sama-sama." Ashley melihat telepon genggamnya yang bergetar dan membaca pesan yang masuk. "Maaf saya harus pulang sekarang, saya pamit dulu." Ashley menyalami mereka berdua dan keluar dari ruang bermain, berlari kecil menuju lift dan melihat Kenny sudah berada didepan lift.

Kenny keluar dari ruangannya dan melihat acara diruang bermain telah selesai, dia berdiri didepan pintu ruangan itu ketika mendengarkan suara yang sudah sangat dikenalnya itu. Dia berdiri diluar pintu mendnegarkan pembicaraan mereka, dia bangga dengan sikap kekasihnya, dan dengan cepat dia mengirim pesan pada kekasihnya untuk mengajaknya pulang bersama dan dia menunggu didepan lift sampai kekasihnya muncul dan mereka turun bersama keparkiran mobil.

"Kita mau kemana?" tanya Ashley pada Kenny.

"Ke penthouseku."

"Untuk apa kamu membawaku kesana?" tanya Ashley panik.

"Tenang saja, aku rasa lebih baik kita makan malam disana saja, aku akan menyiapkannya untukmu, jauhkan pikiran kotormu itu tetapi aku tidak keberatan jika kamu menginginkannya."

Ashley langsung memukul lengan Kenny, "Pikiran kotor apa? kamu yang pikirannya kotor!" teriaknya dan disabut tawa dari Kenny.

Mereka tiba di penthouse Kenny, Ashley langsung berteriak kagum saat dia dipersilahkan masuk, dia berlarian seperti anak kecil melihat sesuatu yang menyenangaknnya, Ashley melihat pemandangan yang ditampilkan dari dinding kaca dan kemudian berbalik, "Apakah aku boleh berkeliling?" tanyanya dengan raut wajah penuh harap.

"Silahkan, berkelilinglah sesukamu, aku akan menyiapkan makan malam kita." jawab Kenny sambil tersenyum dan melangkah ke dapur.

Tanpa menunggu lagi Ashley langsung berkeliling, membuka dan mengintip kedalam ruangan pintu-pintu yang ada disana dan menganguminya, dia naik lantai atas dan semakin kagum dengan kemewahan yang ada disana, selain itu penthouse ini rapi dan bersih. Ashley membuka salah satu pintu dilantai atas dan matanya langsung melihat pemandangan yang disuguhkan dari pintu dan dinding kaca disana, tanpa ragu dia masuk dan membuka pintu yang ternyata menuju balkon, dan di balkon itu ada kolam renang. Ashley sangat menyukai tempat ini, dia belum pernah melihat apartement atau penthouse semewah ini, dia yakin biaya sewa disini pasti sangat mahal.

Setelah puas dia kembali masuk dan baru menyadari jika ruangan itu adalah kamar tidur yang Ashley yakin adalah kamar Kenny, dia melihat kesekeliling dan menilai jika Kenny adalah orang yang rapi, Ashley melangkah salah satu sudut yang terlihat seperti ruang ganti dan semakin berdecak kagum melihat deretan pakaian digantung dan dilipat, rak aksesoris dan perlengkapan pria lainnya.

Ashley tidak sadar jika Kenny sudah berdiri disana mengamatinya, dan betapa terkejutnya dia saat berbalik dan melihat pria itu disana, "Kamu membuatku terkejut lagi!"

"Tenang saja, aku akan segera mengosongkan satu tempat untukmu disana."

"Untuk apa?"

"Untuk meletakan pakaian da perlengkapanmu tentunya."

Ashley menatap Kenny dengan tatapan curiga dan berkata, "Maksudmu aku akan tinggal disini?"

"Terserah pada dirimu, aku akan dengan senang hati menerimamu disini."

"Jangan bermimpi tuan dokter Kenny!"

"Aku pastikan, jika aku tidak sednag bermimpi."

"Bagaimana caranya?" dan Ashley sedikit menyesali pertanyaan terakhirnya.

Kenny langsung menariknya kedalam pelukannya dan belum sempat Ashley menyadari apa yang akan dilakukan Kenny, bibirnya sudah menyatu dengan bibir seksi dokter tampannya. Ashley tidak menolak karena dia menyukai rasa bibir Kenny, dan dia membuka mulutnya saat Kenny menggigit pelan bibir bawahnya, dan saat itu lidah Kenny mulai membelit lidahnya, kakinya terasa lemas dan tidak mampu menopang tubuhnya, untung Kenny menahannya jika tidak dipastikan dia akan langsung jatuh terduduk dilantai.

Kenny melepaskan ciumannya, membersihkan bibir Ashley dan mengecupnya lembut, "Aku sudah membuktikan jika ini bukan mimpi."

Ashley yang tersadar langsung menyembuyikan wajahnya yang merona kedada Kenny tanpa melepaskan rangkulan tangannya dipinggang Kenny. Kenny hanya tersenyum melihat ulah kekasihnya yang lugu dan polos, dia menyukai melihat rona pada pipi Ashley dan membuat Ashley semakin mengemaskan.

Mereka makan malam setelah Kenny selesai memasak makan malam mereka di bantu Ashley, "Aku tidak menyangka jika dokter pandai memasak."

"Elora!, biasakan memanggilku dengan nama." kata Kenny tegas.

"Bukankah lebih orang-orang memanggil dengan panggilan'dokter'?"

"Kamu bukan rekan kerjaku, juga bukan pasienku, mengapa kamu ikut memanggilku dengan sebutan itu?"

Ashley hanya tertawa, "Bagaimana jika itu adalah panggilan khususku untukmu?"

"Tidak adakah panggilang khusus yang lain? itu panggilan khusus untuk umum bukan untuk kekasihku."

"Jadi aku harus memanggilmu dengan apa?"

"Terserah, selama kamu tidak memanggilku dengan sebutan 'dokter'"

"Baiklah, akan kupikirkan." Kata Ashley dengan memasang tampang yang dibuat serius meniru Kenny, yang berakhir dengan tawa dari mereka berdua.

Selesai makan mereka mencuci piring berdua sambil bercanda, Ashley memang masih merasakan keraguan pada Kenny tetapi melihat apa yang Kenny perbuat padanya sejak semalam, dia mencoba mengikuti kata hatinya, karena dia juga merasa nyaman ebrsama Kenny.

"Aku sudah mengajukan cuti lusa, dan besok ajukan cutimu di café, jika mereka mempersulitmu katakan padaku, aku akan mengurusnya."

"Untuk apa aku mengajukan cuti?"

"Bukankah kamu akan menemaniku untuk bertemu dengan keluargamu?"

"Kamu serius?"

"Mengapa? Bukankah dari awal aku sudah mengatakan jika aku serius dengan hubungan kita."

"Apakah kamu tidak malu memiliki kekasih atau tunangan, seperti anak kecil dan hanya pelayan café?"

"Apakah umurmu dibawah 17 tahun? Jika tidak artinya kamu bukan anak kecil lagi, dan apakah ada yang salah dengan pekerjaan sebagai pelayan café?"

"Tidak, tetapi keluargamu adalah keluarga terkenal..." Ashley belum menyelesaikan kalian ragu-ragunya saat Kenny langsung menangapinya.

"Keluargaku bukalah keluarga yang melihat derajat atau kekayaan sebagai dasar untuk berteman ataupun berkeluarga, karena bagi kami yang terpenting adalah adanya kasih sayang dan perhatian yang menandakan kami saling menyayangi dan mencintai."

"Bukankah semalam mereka keberatan dengan keputusanmu?"

"Mereka bukan keberatan, hanya kebiasaan mereka yang terlalu perduli dengan saudara membuat mereka merasa tidak terima dengan keputusanku, tetapi masalah itu sudah dibereskan tadi pagi dan mereka menghargai keputusanku."

"Benarkah?" tanya Ashley yang entah mengapa perasaannya sangat senang saat mendengar jika keluarga Kenny menerimanya.

"Apakah kamu bahagia karena kelaurgaku merestuimu? Bagaimana dengan keluargamu, apakah kamu yakin mereka akan menerimaku?"

"Mungkin akan sedikit sulit mengingat daddy masih tidak rela aku memiliki kekasih."

"Aku rasa aku sudah punya pengalaman untuk menaklukkan daddymu."

"Maksudnya dokter sudah sering ditolak wanita?"

Kenny menatap tajam pada Ashley yang tanpa sadar memanggilnya dengan sebutan 'dokter', dan Ashley yang sadar langsung menutup mulutnya dan memberi senyumnya yang paling manis sebagai permintaan maaf.

"Satu-satunya wanita yang menolakku saat aku mengatakan aku akan bertanggung ajwab adalah dirimu, satu-satunya wanita yang pernah bertemu keluargaku secara lengkap adalah dirimu, satu-satunya wanita yang pernah masuk kedalam kamarku di rumah maupun di sini adalah dirimu, dan satu-satunya wanita yang pernah masuk ekdalam hati dan pikrianku juga adalah dirimu, jadi aku sangat serius untuk meminta restu dari keluargamu. Lusa kita akan pergi berdua dan jika aku berhasil, mereka langsung menyusul."

"Mereka?"

"Keluargaku, terutama mommy dia sudah tidak sabar menjadikanmu calon istriku."

"Mommy? maksudmu nyonya Walker?" tanya Ashley dengan raut tidak percaya, jika seorang nyonya besar mau langsung menerimanya.

"Mengapa? Kamu tidak percaya? Perlu kuteleponkan untuk memastikannya?"

"Tidak....jangan....tidak perlu, aku hanya tidak menyangka jika nyonya Walker akan langsung menyetujui hubungan kita."

Kenny menjetik kening Ashley, "Tentu saja dia akan menyetujui bahkan suaminya yang kemarin kamu bilang sebagai pengawalnya saja langsung menyukaimu, padahal dia pria paling tidak pernah menyukai wanita lain selain istri dan putri-putrinya."

"Bagaimana bisa keluargamu mau menerima aku yang kekanak-kanakan ini, selain itu usia kita bukannya terpaut jauh?"

"Karena sikapmu tidak palsu, kamu kekanak-kanakkan karena memang sifat aslimu bukan dibuat-buat, untuk usia, kamu pikir berapa beda usia tuan dan nyonya Walker, atau berapa beda usia kedua kakak iparku?"

"Berapa?"

"Perbedaan usia tuan dan nyonya Walker hampir sama dengan kita, dan kedua kakak iparku dengan kakakku berbeda usia sekitar 7 tahun, jadi jangan pikirkan perbedaan usia kita. Satu hal lagi yang penting adalah nyonya Walker itu juga bukan dari keluarga berada, bahkan dia bukan lulusan perguruan tinggi, hanya lulusan sekolah perawat, ditinggalkan oleh orangtuanya, pernah tinggal di panti asuhan, bahkan tidak diakui anak oleh daddynya dan hampir dibunuh oleh ibu tirinya."

"Astaga? Apakah benar ceritamu itu?"

"Kamu bisa menanyakan langsung padanya, aku yakin mommy akan mengomelimu jika kamu berpikir rendah diri seperti itu."

"Oh..." Ashley menatap Kenny dengan tatapan tidak percaya.

"Jadi, apakah kamu mau menginap disini atau kuantar pulang ke asrama?" tanya Kenny setelah melihat jam tangannya.

"Oh, sudah malam....mengapa aku bisa tidak menyadari ini sudah malam, untung saja ini liburan, jam malam asrama sedikit dibebaskan."

"Jadi?"

"Tentu saja pulang ke asrama tuan dokter, ayo antarkan aku pulang ke asrama."

Kenny tertawa dan berdiri, mengambil tas Ashley dan menggandeng tangannya keluar dari penthousenya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel